Meski di gunung, Pesantren Nurul Hadid memiliki keistimewaan. Selain ilmu-ilmu keIslaman, pesantren ini mengajarkan para santrinya untuk menguasai teknologi informasi.
April 2011. Pondok Pesantren Nurul Hadid menjadi sorotan media massa. Saat itu pesantren ini dikait-kaitkan dengan pelaku bom ‘bunuh diri’ di Masjid Mapolresta Cirebon, M Syarif. Media sekuler menuding Syarif pernah mengenyam pendidikan di pesantren ini.
Karena informasi ini tidak benar bahkan menjurus fitnah, pimpinan pesantren Ustad Yusuf Sutisna pun membantah berita ini. “Kalau ada yang bilang pelaku bom bunuh diri MS, adalah alumni Nurul Hadid, itu tidak benar. Sudah dicek tidak ada mantan santri kami yang berinisial MS,” kata Yusuf saat itu.
Diakui Yusuf, setiap ada peristiwa yang berkaitan dengan pengeboman ada saja pihak yang mengaitkannya dengan Nurul Hadid. Pasca peristiwa Bom Bali II, pesantren ini juga dikait-kaitkan dengan aktivitas terorisme. Hanya gara-gara pelaku Bom Bali II, Salik Firdaus, pernah beraktivitas di Nurul Hadid selama dua bulan.
“Salik Firdaus memang pernah beraktivitas di pesantren, istilahnya melakukan pengabdian tapi sebagai pembantu umum, yakni mengedarkan buletin majalah dakwah, tidak ada fungsi lain, waktunya yang jelas sebentar. Setelah itu dia pergi. Dan dua tahun kemudian terjadi BB II,” jawab Yusuf ketika itu.
Karena kecurigaan inilah, Yusuf mengaku pesantrennya sering diintai oleh petugas intelijen. Diceritakan, pernah suatu malam salah seorang ustadz membawa sebuah kasur busa di dalam mobil yang sengaja digulung memasuki pondok. Saat itu rupanya terlihat aparat keamanan. Ternyata pagi-pagi sudah ada para perwira datang. Bukan hanya itu, pesantren yang berada di bukit itu sudah dikepung oleh ratusan aparat keamanan dan Densus 88 dengan senjata lengkap. “Mereka curiga ustadz yang datang bawa kasur itu Nurdin M. Top,” katanya sambil tertawa.
“Sudah berkali-kali telah ditegaskan lembaga ini murni tempat menimba ilmu, tidak mencetak teroris,” lanjut alumni Pesantren Ngruki ini.
Pesantren ‘Plus’ Nurul Hadid
Pondok Pesantren Nurul Hadid berdiri di atas tanah wakaf seluas 24.255 meter persegi. Terletak di sebuah bukit di Desa Winduhaji, Kecamatan Sedong, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Berdiri sejak 2003 lalu dengan santri angkatan pertama berjumlah 16 orang dengan fasilitas sebuah asrama berukuran 4×6 meter. Tahun ini Nurul Hadid telah meluluskan delapan angkatan alumni SMA.
Menurut Ustad Yusuf Sutisna, Nurul Hadid didirikan sebagai upaya memenuhi tuntutan umat akan lahirnya generasi yang bertaqwa, memiliki pemahaman dien yang baik dan memiliki kompetensi yang memadai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan hidup serta memiliki rasa tanggungjawab dalam mengemban tugas dan amanat hidup.
Pondok Pesantren Nurul Hadid berupaya memenuhi kebutuhan akan sekolah berkualitas yang memberi perhatian pada ilmu-ilmu dien dan ilmu-ilmu kauni (iptek) sebagai hajat ummat dengan tetap memprioritaskan ilmu-ilmu dien diatas iptek dalam bentuk menginternalisasi dan mengintegrasikan dien (iman dan takwa) terhadap iptek, selain memberikan pelajaran pokok-pokok ilmu-ilmu dien dan Bahasa Arab secara khusus.
“Sehingga alumni yang dihasilkan diharapkan menjadi manusia dewasa yang utuh kepribadiannya, kuat imannya, cerdas berpikirnya, luhur akhlaknya dan dapat berkiprah di masyarakat menebarkan kebaikan untuk tegaknya izzul Islam wal muslimin,” lanjutnya.
Pesantren ini memiliki visi “terbentuknya muslim cendekia yang shalih, disiplin dan siap menghadapi tantangan global.” Visi yang besar dan mulia itu diyakini akan dapat dicapai dengan alumni-alumni yang memiliki kemampuan unggul seperti aqidah yang kuat, kemampuan penguasaan Al Qur’an dengan minimal mampu menghafal 5 juz, menguasai hadits dengan minimal hafal 100 hadits pilihan, cakap berbahasa Arab dan Inggris, menguasai kitab-kitab karya ulama salaf dan sekaligus menguasai teknologi informasi dan komunikasi.
Sistem Pendidikan Nurul Hadid
Pondok Pesantren Nurul Hadid menggunakan sistem boardingschool. Semua peserta didik tinggal di asrama dalam lingkungan pondok, mentaati tata tertib dan mengikuti ketentuan kegiatan dibawah pengawasan, pengendalian dan bimbingan para pengasuh.
Kurikulum pendidikan dan pembinaan di Pondok Pesantren Nurul Hadid merupakan kurikulum terpadu yang dirancang untuk mencapai visi, misi dan tujuan sebagaimana disebutkan. Tidak ada dikotomi yang memillah ilmu-ilmu umum diajarkan secara formal (pagi hari) dan ilmu-ilmu kepesantrenan diajarkan secara nonformal (sore atau malam) ataupun sebaliknya. Semuanya dipadukan dalam penempatan yang serasi sesuai alokasi yang ada.
Para santri mendapatkan pelajaran dari tenaga pengajar alumni berbagai perguruan tinggi di Indonesia, seperti IKIP Semarang, Universitas Brawijaya Malang, UPI Bandung, IAIN Walisongo Semarang, UNS, UNSWAGATI Cirebon, Universitas Al Aqidah Jakarta), lulusan Pesantren Tinggi (Al Ma’had al ‘Aly) dan guru-guru (asatidz) dari berbagai Pondok Pesantren bermanhaj ahlusunnah wal jama’ah yang memiliki pengalaman mendidik minimal 5 tahun.
Kini Jumlah seluruh pengelola pesantren sebanyak 26 orang, terdiri atas guru 22 orang, karyawan tata usaha sebanyak 2 orang dan pembantu umum sebanyak 2 orang. Sementara jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2011/2012 seluruhnya berjumlah 83 siswa. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata masing-masing 1 rombongan belajar.
Berdasarkan data yang dimiliki pesantren, santri Nurul Hadid berasal dari berbagai daerah, di antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Lampung, Aceh, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
Dua Unit Pendidikan
Ada dua jenis unit pendidikan di Pesantren Nurul Hadid. Pertama, Madrasah Aliyah. Kedua, I’dad Lughawiy atau Kelas Intensif Persiapan Bahasa.
Madrasah Aliyah Nurul Hadid dengan kekhususan program IPA berusaha mendidik kader Muslim cendekia yang berakidah lurus, beribadah benar, berakhlak mulia, sehat mental dan fisik, siap berperan aktif dalam dakwah menegakkan izul Islam wal muslimin. Lama pendidikan 3 tahun diperuntukkan bagi lulusan Kelas Persiapan (I’dad Lughawy) Pondok Pesantren Nurul Hadid, atau lulusan Pondok Pesantren (Boardingschool) lain setingkat SMP/MTs atau yang sederajat dan telah memenuhi persyaratan penerimaan. Setelah menamatkan pendidikan dan lulus ujian santri akan mendapatkan ijasah Ma’had dan ijazah Negara
Sedangkan I’dad Lughawiy adalah program Pra-Madrasah Aliyah Nurul Hadid bagi lulusan SMP/MTs atau yang sederajat non pesantren. Lama pendidikan satu tahun. Program pendidikan diarahkan pada kecakapan bahasa Arab dan materi dasar kepesantrenan (diniyyah) hingga selesai pendidikan, siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan yang setara dalam kemampuan berbahasa dan penguasaan ilmu dien dengan lulusan SMP/MTs berbasis pesantren (Boardingschool). Kepada santri yang tuntas menempuh pendidikan dan lulus pada ujian akhir diberikan Hasil Evaluasi Belajar dan keterangan untuk bisa melanjutkan ke Unit Madrasah Aliyah.
Mahir Teknologi
Stigma pesantren kampungan dan gagap teknologi tidak berlaku bagi Nurul Hadid. Meski secara fisik berada di kampung dan perbukitan, tetapi tidak dengan penguasaan teknologinya. “Alumni kami ada yang bekerja pada bisang teknologi di sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia”, kata Yusuf saat Suara Islam bersilaturahmi ke pesantren ini pada bulan Juni lalu.
Tak mengherankan, pesantren ini memang akrab dengan teknologi informasi dan internet. Bukan hanya untuk santrinya saja, kemampuan penguasaan teknologi ini juga ditularkan kepada pesantren lainnya. Salah satu buktinya, pada awal 2011 lalu pesantren ini pernah mengadakan pelatihan linux, website dan hacking dengan mengundang 26 pesantren di Jawa dan Sumatra. Bisa dibayangkan, istilah linux, website, hacking apalagi yang lebih dalam lagi soal booting, windows, dan lainnya bukanlah istilah-istilah yang ada dalam kitab kuning. Meski demikiaa, mereka bisa menguasai itu semua. Hebatnya, instruktur pelatihan itu juga alumni Nurul Hadid.
Aktif Berorganisasi
Selain kegiatan belajar mengajar, di pesantren ini juga disediakan beragam kegiatan ekstra kurikuler. Selain kesantrian, kegiatan yang menonjol adalah pecinta alam yang diwadahi melalui organisasi Santri Pecinta Alam TRIPALA NUHA. TRIPALA adalah wadah kegiatan pembinaan santri melalui aktifitas alam terbuka. Bertujuan menanamkan jiwa kepemimpinan, kebersamaan, kekompakan, percaya diri dan kecakapan bertahan hidup. Santri dididik sesuai standar materi organisasi pecinta alam mencakup navigasi darat dengan peta dan kompas, ilmu penaksiran, survival dan lainnya dengan penanaman nilai-nilai Islam dan pemahaman fikih ibadah di alam terbuka.
Kegiatan lainnya adalah Bengkel Kreasi NUHA. Bengkel Kreasi adalah unit kegiatan yang mewadahi dan memberikan fasilitas guna menyalurkan minat, bakat dan potensi santri dalam kemampuan berkreasi. Fasilitas yang dimaksud berupa bimbingan dan pelatihan baik secara intensif maupun non-intensif. Bidang kecakapan yang dikembangkan dalam wadah Bengkel Kreasi di antaranya desain grafis komputer, pembuatan program multimedia interaktif untuk pembelajaran dan keterampilan grafika.
Apa yang ditulis oleh redaktur suara-islam itu benar, dan saya sebagai alumni pesantren ini telah membuktikannya, Nurul Hadid berusaha sungguh-sungguh agar dapat mencetak lulusan-lulusan militan dalam segala aspek, ibadah, aqidah, amaliah dan juga perkembangan teknologi.
Mereka juga sangat kreatif, saya belum pernah menemukan pesantren yang sekreatif Nurul Hadid, kalau tidak percaya silahkan buktikan sendiri.
sumber: suara-islam.com