Seorang muslim menyebut Istighfar beberapa kali, bukan saja ketika meminta ampun dari Allah Swt sebagai doa, malah juga ketika dia sedang berbicara dengan orang lain.
Jika seorang muslim hendak mencegah darimelakukan perbuatan yang salah, atau saat mau membuktikan bahwa dia tidak bersalah pada satu peristiwa dia menggunakan pernyataan ini. Setelah shalat, seorang muslim melafadzkan perkataan ini sebanyak tiga kali.
Istighfar dalam filosofi Islam bermakna seseorang yang selalu memohon ampunan atas kesalahan dan terus berusaha untuk mentaati perintah Tuhan dan tidak melanggarnya. Dalam Islam, makna istighfar tidak terletak pada pengucapannya, tetapi pada seberapa dalam seseorang yang beristighfar memaknai dan menghayatinya.
Dalam konteks yang lebih jauh lagi, agar dia terus mengingat Tuhan di saat dia tergoda untuk melakukan perbuatan dosa dan jika telah melakukan dosa, maka istighfar adalah titik baginya untuk bertekad tidak mengulangi perbuatannya.
Taubat menurut Imam Nawawi al-Bantani dalam Nasha’ih al- ‘Ibad, menuliskan sebuah hadits riwayat Abu Abbas bahwa Allah Swt lebih senang pada taubatnya seorang hamba yang bertaubat melebihi senangnya orang haus yang menemukan air atau orang mandul yang memiliki anak atau senangnya orang yang kehilangan barang lalu menemukannya.
Maka barang siapa yang bertaubat kepada Allah Swt dengan taubat nasuha, Allah Swt akan membuat lupa para malaikat yang menjaga, anggota tubuhnya serta bumi yang dipijak atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya.
Dalam surat Hud, banyak sekali diulang-ulang antara taubat dan istighfar dan ayat di atas salah satu dari ayat tersebut.
Allah swt berfirman: “Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya Aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya.
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat. (QS Hud:2-3)
Pada surat ini banyak kisah serial dakwah para nabi semisal nabi Hud, Shalih, Nuh yang kesemua para nabi di atas mengajak kaumnya untuk bertaubat dan beristighfar.
Barangkali rahasia dari keterikatan yang kuat antara taubat dan istighfar adalah ketika seseorang itu sudah banyak dosa maka ia membutuhkan istighfar untuk menghapus dosa-dosa tersebut dan tidak cukup itu saja,ia juga harus memiliki keinginan yang kuat untuk tidak mengulangi kesalahannya dan itulah makna taubat pada ayat di atas.
Faidah dari taubat adalah untuk menghilangkan dosa pada yang lalu dan istighfar agar seseeorang tidak melakukan dosa pada masa mendatang.
Demikianlah pembagian waktu yang telah dijelaskan oleh Imam Hasan al-Bashri, dalam salah satu perkataan hikmahnya ia mengatakan bahwa wakti itu ada tiga, yaitu hari kemarin yang tidak akan kembali lagi, besok yang tidak pasti engkau akan menemuinya dan hari ini dimana engkau bekerja.”
Dan Abdullah bin Munazil mengatakan:”Barangsiapa yang disibukkan dengan hari yang laludan akan datang maka ia tidak akan mendapatkan faidah.”