Huk…huk…huk…saya menitihkan air mata ketika membaca artikel Abi Syakir ini, tentang perjuangan seorang ibu yang di usia senjanya ingin menghafal Al-Quran.
Ada satu hal menarik yang saya dapatkan dari artikel di atas, keinginan bunda (saya panggil saja begitu) untuk menghafal Al-Quran sudah dimulai sejak kecil dan itu juga berkat doa dari kedua orang tua dan karena dia ingin mencontoh kakak kakaknya yang juga menghafal Al-Quran.
Keinginan untuk menghafal Al-Quran itu hendaknya ditanamkan sejak dini, ajak anak kita untuk melihat tayangan tentang anak kecil yang hafal Al-Quran atau berkunjung ke pesantren penghafal Al-Quran agar tumbuh dalam dirinya keinginan menghafal Al-Quran. Cita cita yang tumbuh dimasa kecil seperti mengukir di atas batu, tidak akan hilang sampaipun sudah tua.
Orang tua hendaknya selalu mendoakan kebaikan untuk si anak, di antaranya doa agar anaknya menjadi penghafal Al-Quran dan doa itu sering kita lantunkan bahkan ketika anak berada disamping kita, kekuatan emosional waktu itu sangat tinggi.
Atau mintakan doa kepada orang shalih yang masih hidup, para penghafal Al-Quran agar anak kita juga kelak menjadi penghafal Al-Quran seperti mereka.
Dorongan dari keluarga, atau saling berlomba lomba dalam keluarga juga baik untuk meningkatkan kemampuan anak dalam menghafal.
Saya pun memaksa diri saya untuk selesai menghafal Al-Quran setelah tamat SMA karena dua adik saya sudah purn hafalan mereka ketika masuk SMP dan SMA di pesantren.
Dorongan saya waktu itu adalah ingin menjadi anak berbakti di akhirat yang bisa memakaikan mahkota dan jubah emas kepada orang tua. Itu pahalanya oranf yang menghafal Al-Quran di akhirat nanti.
Selanjutnya, silahkan menyimak tulisan tentang Bunda.