Berdirinya Masjid Jami Cheng Hoo ini merupakan prakarsa dari PITI (Persatauan Islam Tionghoa Indonesia). Masjid Jami tersebut diresmikan pada tanggal 5 Juli 2011 oleh Ketua Umum Simpan Pinjam Jasa. Yang menjadi ciri khas keunikan Masjid ini adalah bentuk bangunannya bergaya arsitektur perpaduan akulturasi khas China/Tiongkok dan Jawa Islam. Bentuknya mirip kelenteng. Tak ada kubah bulat. Bangunan ini banyak dihiasi ukiran dan pernak-pernik ala China seperti lampion merah.
Masjid Jami ini mulai dibangun pada tahun 2005, akan tetapi pada tahun 2006 pembangunannya terhenti disebabkan karena sesuatu hal. Pada tahun 2010 pembangunan kembali dimulai hingga akhirnya Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo berdiri dengan megahnya. Masjid Jami ini kemudian dijadikan Pusat Dakwah dan Pendidikan Islam.
Awalnya Masjid Jami ini sengaja dibuat untuk kaum muslim dan para Mualaf di daerah Purbalinggga. Jumlah Muslim Tionghoa di Purbalingga terdapat kurang lebih 130-an orang. Mereka tersebar di 18 kecamatan.
Mudik kemarin saya bisa shalat ied di bangunan bernuansa Tionghoa dengan dominasi warna merah dan hijau di kiri jalan sekitar 3 kilometer dari Pasar Bobotsari. Keingintahuan saya akan Masjid tersebut semakin menjadi, karena jarang sekali saya temukan Masjid dengan arsitektur perpaduan budaya seperti Tionghoa dengan Islam. Meski saya yakin bahwa Masjid dengan arsitektur serupa tak hanya berdiri di Purbalingga. Mungkin masih ada beberapa Masjid di wilayah lain yang didesain demikian, bahkan lebih unik mungkin. Namun yang perlu diingat adalah esensi dari Masjid sendiri, yakni sebagai tempat peribadatan umat Islam.
Masjid Cheng Hoo sekilas terkesan lebih mirip klenteng. Masjid yang terletak di Selaganggeng, Mrebet, Kabupaten Purbalingga ini cukup strategis letaknya dan mudah untuk dicari. Hanya sekitar 3 km dari Pasar Bocari (Bobotsari) Purbalingga dan sekitar 12 km dari Purbalingga Kota.
Setelah memasuki area Masjid, rupanya bangunan Masjid nampak begitu elegan. Dengan arsitektur ala Tionghoa dan dilengkapi dengan ornamen-ornamen khas China seperti lampion dan pilar-pilar Masjid berwarna merah, serta jendela-jendela dengan ornamen segi delapan, membuat Masjid ini terkesan unik. Ditambah tulisan kanji -yang saya sendiri kurang tahu bagaimana membacanya- menyambut di pintu masuk utama.
Saat membaca tulisan yang tertera di bagian depan Masjid ; Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo, saya sempat penasaran, apa itu PITI. Setelah saya bertanya dan mencari, rupanya PITI merupakan singkatan dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia. PITI juga lah yang memprakarsai berdirinya Masjid Muhammad Cheng Hoo Purbalingga ini sebagai wahana kegiatan keislaman bagi masyarakat Tionghoa Islam di Purbalingga. Kabarnya, Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2005, namun baru bisa diresmikan sekitar pertengahan tahun 2011 karena beberapa kendala.
Untuk nama Masjid ini sendiri sepertinya terinspirasi dari nama Cheng Ho, atau Muhammad Cheng Ho, yakni seorang laksamana pemimpin armada pelayaran besar yang terkenal. Ia adalah seorang panglima perang yang berasal dari Yunnan dan beragama Islam. Menurut sejarah yang ada, Laksamana Cheng Ho kerap mengadakan pelayaran ke berbagai wilayah, termasuk ke kawasan Asia Tenggara dan pernah mengukir jelak pelayaran pula di nusantara.
Jumal Ahmad | ahmadbinhanbal.com