Akhir November ketika sampai di Dusun Buttui, saya dan beberapa teman mengunjungi rumah Aman Lalau, kepala suku di Dusun Buttui. Namun berhalangan karena dapat informasi kalau dia sedang pergi ke gunung untuk menyembuhkan orang yang sakit.
Besoknya, saya bertemu dengan Aman Lalau di Kawasan Bakti Bangsa ketika dia baru pulang dari gunung. Kami sempat beramah tamah dengannya di KBB, kami menyampaikan salam kemudian dia jawab dengan salam juga karena beliau sudah masuk Islam.
Aman Lalau bilang rindu dengan Pak Arifin dan team APB, sudah setahun lebih belum ke Buttui. Sebagaimana diketahui, Pak Arifin khususnya sempat bertugas di US selama enam bulan dan sempat terindikasi covid-19, namun hasilnya negatif.
Aman Lalau habis berobat di klinik dan kemudian diambil video oleh Tim media APB, dia tampak capek, ketika saya minta waktu foto dengannya, dia bilang capek, tapi tidak apa-apa, ayuk kita foto. Disitulah saya tahu kalau Aman Lalau ini baik hati.
Sorenya saya dan teman dari APB jalan ke rumah Aman Lalau, kami melewati jalan pinggir sungai dan menyeberang sungai, butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai ke rumah Aman Lalau.
Awal Januari ini saya kembali ke Buttui dan tinggal cukup lama disana sekitar 15 hari, hari pertama di Buttui saya dan teman-teman YBM PLN berkunjung lagi ke Uma Aman Lalau namun beliau tidak ada di rumah, akhirnya kami datang ke rumah anakanya Aman Lalau yaitu Aman Lepon untuk mengantar ke Uma Aman Lalau. Disana tim PLN ingin membuat video wawancara dengan orang Mentawai.
Di antara pertanyaan dari teman-teman YBM PLN ke Aman Lepon adalah perkenalan tentang siapa dia, Aman Lepon menyebut dirinya sebagai orang Buttui dengan kehidupan yang seperti ini, mencari makanan ke hutan, berburu dan berpesta bersama masyarakat. Pertanyaan lain yang saya masih ingat adalah kenapa di rumah-rumah Mentawai selalu ada kepala tengkorak hewan? Lalu dijawab karena biar mendapatkan buruan lagi, kalau tulang atau kepala tidak disimpan di rumah maka kita tidak akan mendapatkan buruan lagi.
Semoga program dakwah dan pembangunan di pedalaman Mentawai ini dimudahkan oleh Allah SWT.
Hari Rabu bertepatan dengan 13 Januari 2021, saya dan dua orang dai Dusun Buttui yaitu Wandi dan Fikri beserta 5 anak kecil Buttui yang kuat-kuat kakinya, berjalan ke hulu dusun Buttui untuk silaturahmi ke kediaman Aman Sasali dan Aman Manja.
Aman Sasali adalah mantan ketua muallaf di Buttui yang sekarang sudah diganti Aman Naro sedang Aman Manja sering diberi amanah mengantar orang atau membawa barang APB dari Buttui-Muara dan sebaliknya.
Kami start dari Kawasan Bakti Bangsa jam 7 pagi. Jalan yang kami lewati adalah sungai yang jernih, bersih dan jalan yang berlumpur.
Kami menyeberangi sungai yang jernih, sama sekali tidak ada air kotor dan air keruh. Bagi penduduk asli Mentawai, air itu sakral, air itu sumber hidup, air dibutuhkan untuk hidup, tanah tak bisa ditanami bila tak ada air. Karena itu, orang Mentawai tak mau mengotori air, tabu hukumnya buang air besar di sungai.
Kami melewati jalan berlumpur, saya harus pakai sepatu boat untuk lewat jalan ini, sementara anak-anak Buttui dan Ust. Wandi tidak pakai alas sama sekali, bahkan anak Buttui bisa lari di atas jalanan berlumpur.
Kami sampai ke tempat tujuan yaitu Uma milik Aman Sasali sekitar jam 8-an, sampai disana kami bercakap-cakap, Aman memberikan makanan sagu untuk kami dan kami memberikan makanan kue-kue kecil dan permen untuk dimakan bersama.
Pedalaman Mentawai memiliki solidaritas yang tinggi, mereka terbiasa berbagi kepada yang lain, kue kecil di atas dimakan bersama-sama dari yang tua sampai yang kecil.
Ingin ke Dusun Buttui?
Sila simak tulisan saya berikut tentang rute perjalanan ke pedalaman Mentawai: Bagaimana Rute Perjalanan ke Dusun Buttui, Kepulauan Mentawai?
Simak juga keseruan perjalanan saya ketika naik sampan sungai dari Muntei menuju dusun Buttui.
Perjalanan Muara Siberut-Dusun Buttui menggunakan Sampan Sungai
Perjalanan Dusun Buttui – Muara Siberut Menggunkana Motor Trail