Sababun Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Jarir Ath Thabari dari Ibnu Ishaq dan Ibnul Mundzir bahwa ayat ini sampai ayat delapan puluh lebih turun berkenaan utusan Najran yang mendatangi Rasulullah saw, mereka berjumlah enam puluh orang dan sekitar empat puluh orang mereka adalah pemimpin, mentri dan ulama mereka. Mereka berdebat perihal Isa bin Maryam, mereka mengatakan, siapa bapaknya? Lalu mereka mengatakan Isa bin Maryam itu tuhan karena ia mampu menghidupkan orang yang telah mati, ada yang mengatakan Isa itu anak Allah karena dia tidak berbapak. Mereka mengatakan dusta dan kebohongan kepada Allah swt.
Maka Nabi saw mengatakan pada mereka, bukankah kalian tahu kalau seorang anak itu tak kan jauh sifatnya dari bapaknya? Mereka menjawab ya, bukankah kalian tahu kalau tuhan kita maha hidup dan tidak mati, dan Isa itu fana/sementara? Mereka menjawab ya, bukankah kalian tahu kalau tuhan kita menjaga dan memberi rizki semua makhluk-Nya? Mereka menjawab ya, lalu nabi bertanya: Apakah Isa memiliki semua itu? Mereka menjawab tidak, dan nabi bertanya: lalu bagaimana kalian bisa mengada-ada seperti ini? Mereka semua diam. Dan Allah swt menurunkan ayat ini.(Asbabun Nuzul oleh Alwahidi: 53 dan Al-Bahrul Muhith: 2:373)
Intisari Tafsir
Allah menurunkan Al Quran dengan tidak ada kebimbangan dan keraguan, diturunkan dari sisi Allah, lewat pengetahuan-Nya dan disaksikan oleh para malaikat. Kebenaran yang ada dalam Al Quran sudah pasti, sebagaimana firman-Nya: “Dan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenarnya dan Al Quran itu turun dengan kebenaran” (QS Al Isra’: 105). Itulah visi dan misi Al Quran diturukan membawa kebenaran yang universal.
Al Quran menjadi Al-Muhaimin (pemelihara) kitab sebelumnya atas sebagian kebenaran dari kitab terdahulu yang sudah ditahrif atau dirubah dan tidak seperti aslinya lagi, berbeda dengan Al Quran yang sudah Allah janjikan untuk selalu terjaga keasliannya sampai akhir zaman. Al Quran juga sebagai As-Syahid (saksi) bahwa kitab samawi yang terdahulu itu benar dari Allah.
Al-Quran disebut juga Al–Furqan atau pembeda, yang membedakan antara petunjuk dan kesesatan, antara yang benar dengan yang batil dan jalan yang menyimpang dengan jalan yang lurus. Kitab-kitab terdahulu membenarkan Al Quran dan begitu pula Al-Quran, karena Al Quran sesuai dengan yang diberitakan oleh kitab-kitab terdahulu yang isinya antara lain membawa berita gembira dimana Allah akan mengutus nabi Muhammad dan menurunkan Al Quran yang agung kepadanya.
Salah satu tujuan Al Quran sebagai pemelihara (al-muhaimin) atas kitab yang terdahulu adalah agar manusia beriman dan mengikuti syariat nabi Muhammad saw, akan tetapi kebanyakan manusia menolak dan kafir baik itu musyrik Makkah, Yahudi dan Nasrani. Orang yang tidak beriman pada Al-Quran dan nabi Muhammad akan mendapat adzab yang pedih di akhirat sedang di dunia mendapat kehinaan.
Orang yang mengkafiri ayat-ayat Allah swt yang sudah jelas menerangkan keesaan-Nya dan mensucikan-Nya dari segala hal yang tidak layak bahkan ia menolak atau ingkar terhadap tauhid, mereka layak mendapat adzab yang pedih lantaran kekufran mereka. Dan pengetahuan Allah swt meliputi segala sesuatu, Dia mengetahui keadaan orang yang benar imannya, keadaan orang yang kafir, munafik dan orang yang terpaksa melakukan kekafiran sedang dalam hatinya masih terdapat iman. Isa dan yang lainnya tidak mengetahui itu semua, lalu bagaimana mereka semua bisa menjadi tuhan? (Tafsir As Shahih: Maushu’ah As Shahih Al Masbur Min Tafsir bil Ma’tsur oleh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin 1: 400, Tafsir Al-Munir Lizzuhaili 3:148)
Hadits
Dari Abdullah bin ‘Amru berkata; dipagi hari aku pergi menemui Rasulullah saw., lalu terdengar ada dua orang sahabat yang berselisih tentang ayat Allah, Maka Rasulullah saw. menemui kami dalam keadaan marah seraya bersabda: “Sesungguhnya umat-umat sebelum kalian dahulu celaka karena mereka berselisih tentang isi kitab.” (HR. Muslim no 4818)
Panduan Amal
Cara mentadabburi kandungan Al Quran untuk mendapatkan kebenarannya
-
Menjaga adab-adab membaca Al Quran dan ketika membaca rasakan Al Quran sedang berbicara dengan anda.
-
Mengumpulkan segenap fikiran untuk mentadabburi dan memikirkannya.
-
Melihat lebih mendalam alur ayat yang sedang dibaca baik itu susunan kata, makna ayat, waktu turunnya atau bacaan yang gharib/asing.
-
Menelaah bagaimana pemahaman salah as shalih terhadap ayat tersebut, bagaimana mereka mentadabburi dan mengamalkan ayat tersebut.
-
Mempelajari macam-macam pandangan para mufasir terhadap ayat yang sedang dibaca.
Khazanah Pengetahuan
Macam-macam Tafsir
Pertama; Tafsir bil Ma’tsur, Yaitu tafsir yang berlandaskan naqli yang shahih, dengan cara menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an atau dengan sunnah, yang merupakan penjelas kitabullah. Atau dengan perkataan para sahabat yang merupakan orang-orang yang paling tahu tentang kitabullah, atau dengan perkataan tabi’in yang belajar tafsir dari para sahabat.
Kedua; Tafsir bil Ra’yi, Yaitu tafsir yang berlandaskan pemahaman pribadi penafsir, dan istimbatnya dengan akal semata. Tafsir ini banyak dilakukan oleh ahli bid’ah yang meyakini pemikiran tertentu kemudian membawa lafadz-lafadz Al-Qur’an kepada pemikiran mereka tanpa ada pendahulu dari kalangan sahabat maupun tabi’in. Tidak dinukil dari para imam ataupun pendapat mereka dan tidak pula dari tafsir mereka. (Mabahits fi Ulumil Quran oleh Manna’ Qathan: 362)
Doa Ma’tsur
Do’a agar mencintai Al-Qur’an:
اللهم اجعل الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي
Ya Allah, jadikanlah Al Qur`an sebagai penyejuk hatiku dan cahaya dadaku serta penawar kesedihanku dan pelenyap dukaku.” (HR Nasa’i)