Semangat Mencari Lailatulqadar di 10 Hari Terakhir Ramadan

Salah satu keistimewaa yang luar biasa di dalam bulan Ramadhan adalah “lailatul Qadar”. Tentunya Lailatul Qadar tidak akan kita temui pada bulan-bulan lainnya dan diberikan hanya kepada hamba-hamba-Nya yang tetap istiqamah, dengan tidak menurunkan kualitas dan kuantitas ibadahnya malah semakin ditingkatkan pada akhir bulan Ramadhan, akan tetapi banyak dari umat Islam yang tidak mengetahui dan terlena pada penghujung bulan Ramadhan dengan disibukkan oleh urusan-urusan duniawinya.

Berangkat dari hal tersebut maka perlu kita ketahui dengan benar kapan dan apa tanda-tanda dari Lailatul Qadar berdasarkan pandangan para Ulama sehingga kita dapat bersungguh-sungguh dalam ibadah dan menggapai malam kemuliaan tersebut.

Malam Lailatul Qadar itu turun pada hari ke berapa?

Di dalam al-Quran tidak diterangkan pada malam ke berapa malam lailatul qadar itu turun, tetapi dalam hadits diterangkan bahwa sesungguhnya Rasulullah saw: “Beri’tikaf pada 10 hari awal di bulan Ramadhan menginginkan malam lailatul qadar, kemudian beliau beri’tikaf pada 10 hari pertengahannya dan mengatakan: “Sesungguhnya malam lailatul Qadar itu jatuh pada 10 hari akhir di bulan Ramadhan”. Beliau melihatnya dan beliau sujud diwaktu subuh di termpat yang berair bercampur tanah, kemudian pada malam ke 21 disaat beliau I’tikaf turunlah hujan maka mengalirlah air hujan tersebut pada atap msjid karena masjid Nabi terbuat dari alang-alang. Beliau menjalankan shalat subuh bersama para sahabatnya kemudian beliau sujud. Anas bin Malik berkata: ‘Aku melihat bekas air dan tanah dikeningnya, maka beliau sujud di tempat yang berair dan bercampur tanah”. (HR. Bukhari no 669 dan 2016, dan Muslim no 1167 dan 216 dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri).

Hadits di atas menunjukkan bahwa malam lailatul qadar pada saat itu jatuh pada malam yang ke-21. Sedangkan para sahabat Rasulullah melihat dalam mimpi mereka bahwa malam lailatul qadar jatuh pada malam ke-27. (HR. Bukhari no 2015 dan Muslim no. 1165 dari sahabat Abdullah bin Umar).

Baca juga:   Kumpulan Fatwa Ulama Tentang Sepak Bola

Pendapat yang rajih dari pebedaan para ulama tentang jatuhnya malam lailatul qadar pada 10 hari terakhir adalah bepindah-pindah pada setiap tahunnya, terkadang pada tahun ini jatuh pada malam yang ke-21, kemudian pada tahun berikutnya jatuh pada malam yang ke-29, 25 atau 27.

Adapun hikmah berpindah-pindahnya malam lailatul qadar supaya orang-orang yang malas menjalankan ibadah, mereka bersemangat untuk menjalankan ibadah pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Hikmah yang lainnya yaitu agar menambah amal shalih seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Tanda-tanda Lailatul Qadar?

Lailatul Qadar mempunyai beberapa alamat atau tanda, baik secara langsung (yaitu pada malamnya) maupun setelah terjadi (yaitu pada pagi harinya). Adapun alamat secara langsung (yaitu pada malamnya) di antaranya:

  1. Sinar cahaya sangat kuat pada malam lailatul qadar dibandingkan dengan malam-malam yang lainnya. Tanda ini pada zaman sekarang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang tinggal di tempat yang jauh dari sinar listrik atau sejenisnya.
  2. Bertambah kuatnya cahaya pada malam itu.
  3. Thuma’ninah. Yaitu ketenangan dan kelapangan hati yang dirasakan oleh orang-orang yang beriman lebih kuat dari malam-malam yang lainnya.
  4. 4. Angin dalam keadaan tenang pada malam lailatul qadar, tidak berhembus kencang dan tidak ada guntur. Hal ini berdasarkan hadit dari sahabat Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya aku melihat lailatul qadar kemudian aku melupakannya, lailatul qadar turun pada 10 akhir (bulan Ramadhan) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”. (HR Ibnu Khuzaimah no 2190 dan Ibnu Hibban no 3688 dan dishahihkan oleh keduanya).

Kemudian hadits dari sahabat Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya tanda-tanda lailatul qadar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak di dalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi syetan keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”. (HR Ahmad 5: 324)

  1. Terkadang Allah swt menampakkan malam lailatul qadar kepada seseorang dalam mimpinya. Sebagaimana hal ini terjadi pada diri para sahabat Rasulullah saw.
  2. Kenikmatan beribadah dirasakan oleh seseorang pada malam lailatul qadar lebih tinggi dari malam-malam yang lainnya.
Baca juga:   Resume Fatwa MUI No 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19

Adapun tanda-tanda setelah terjadi (yaitu pada pagi harinya) di antaranya:

  1. 1. Matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tidak tersebar sinarnya dan tidak menyilaukan, berbeda dengan hari-hari biasanya. Hal ini berdasarkan hadits dari sahabat Ubay bin Ka’ab yang menyatakan: “Sesungguhnya Rasulullah mengabarkan kepada kami: ‘Sesungguhnya matahari terbit pada hari itu dalam keadaan tidak tersebar sinarnya’” (HR Muslim no 762).
  2. Sedangkan tanda-tanda yang menyebutkan dengan ada atau tidaknya gongongan anjing pada malam lailatul qadar adalah tidak benar, karena terkadang dijumpai pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan anjing dalam keadaan menggonggong.

Semoga dengan mengetahui tanda-dan alamat malam lailatul qadar ini kita akan dimudahkan untuk menggapai malam yang agung ini, amiin, Wallahu A’lambisshawab.

Broadcast Instagram

IMG_20180607_165844_706

 

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *