Umat Islam Kese-Trump: Sebuah Catatan untuk Aksi Bela Palestina 17 Des 2017

Keputusan Trump sang presiden cowboy Amerika untuk medukung Yerusalem sebagai ibukota Israel berhasil menyetrum umat Islam sedunia. Ramai sekali seruan untuk membela Palestina. Alhamdulillah. Trump telah memainkan peran sebagai “murobby” bagi umat Islam secara sukarela tanpa perlu dibayar, untuk mengajarkan pembelaan terhadap saudara seiman.

Padahal tanah Trump berjarak ribuan kilo meter dari Israel, tapi hatinya dekat sehingga menjadi pembela tedepan dalam setiap kepentingan Israel. Demikian juga umat Islam negeri ini, ribuan kilometer dari Palestina, harus terpanggil untuk membela Palestina dan Masjidil Aqsha. Malu dong kalah sama si Trump.

Kemarahan, ketersinggungan dan dendam umat Islam kepada AS yang dipimpin Trump mencapai ubun-ubun. Betapa tidak, meminjam bahasa anak Betawi, AS adalah biang kerok dan super resek. Apa urusannya Trump ikut campur perseteruan antara Israel dan Palestina, padahal tak ada keuntungan buat Amerika.

Tapi itulah AS, penguasa terkuat dunia. Ideologinya kekafiran, maka outputnya adalah kezaliman. Apalagi pemimpinnya seorang Trump yang liar dan berkarakter preman, dengan dendam kesumat terhadap umat Islam.
Namun ada kesan bahwa reaksi umat Islam terhadap arogansi AS hanya berhenti pada keputusan soal Yerussalem saja. Umumnya hanya marah terhadap keputusan Trump, sambil berharap Trump menarik kembali keputusannya, untuk kemudian memaafkan AS dan Trump. Lalu kehidupan normal kembali.

Keputusan Trump hanya bersifat politik, tak langsung memberi dampak serius terhadap nyawa warga Palestina. Sementara kejahatan AS dalam membunuh nyawa umat Islam di Afghanistan, Iraq, Yaman, Suriah dan Somalia cenderung cepat dilupakan oleh umat Islam. Belum lagi kejahatan tidak langsung, berupa licence to kill yang diberikan AS untuk mitra-mitra lokal dalam perang global melawan teror, juga menimbulkan banyak korban.

Baca juga:   Ketika Manusia Menjadi Komoditi

Teror adalah stigma yang diciptakan AS untuk mujahidin agar sah untuk dibunuh. AS bisa cuci tangan dan tak ada dendam yang terpulang kepada AS. Permainan cantik dari AS yang berpadu dengan keluguan yang naif dari umat Islam.

Artinya AS sebetulnya sudah berlumuran darah. Ketika AS bermain cantik agar dendam umat Islam tak terpulang kepada AS, umat Islam harus melawan dengan kebalikannya. Dendam kepada AS mesti dipopulerkan. Kudu disebarkan. Dendam kesumat kepada AS untuk membalaskan sakit hati saudara seiman hukumnya sudah wajib. Lebih wajib dari sekedar marah terhadap kebijakan politik AS yang zalim soal Yerusalem.

Semoga umat Islam tidak meniru Kristen. Yesus disalib oleh Yahudi, eh malah proses pembunuhan itu yang diangkat sebagai perkara sakral, untuk sebuah ratapan yang syahdu, bahkan salibnya kemudian menjadi simbol suci kaum Kristen. Mereka gagal untuk dendam kepada Yahudi yang telah membunuh “tuhan” mereka, tapi bahkan menjadikan pembunuhan itu sebagai barakah karena berguna untuk menebus dosa para pengikut Kristus.

Jangan-jangan umat Islam juga begitu. Kematian ribuan nyawa umat Islam akibat kezaliman AS hanya dijadikan ratapan syahdu untuk membangkitkan romantisme mati syahid, tapi gagal untuk dendam kepada AS sebagai biang keroknya. Dan keputusan politik zalim soal Yerusalem hanya diingat sebagai pemantik protes membahana di seluruh dunia, lalu masing-masing bangga mengenang foto-foto selfie dengan latar gemuruh protes itu. Lalu “kepahlawanan” tersebut dikisahkan dengan heroik kepada anak cucu, tanpa menyelipkan dendam kepada AS si kafir yang jahat.

Maka sudah saatnya umat Islam untuk mempertimbangkan sebuah pukulan mematikan kepada AS, sebagai bentuk pelampiasan dendam agar sakit hati keluarga korban terobati. Bisa terhadap kepentingan ekonominya atau apa saja yang menguras tenaganya. Jika tak mampu atau belum mampu, setidaknya memberikan ribuan sayatan agar darah AS mengucur lalu tersungkur lemas.

Baca juga:   Cara Daftar Goodreads Author Program

Jika itu juga tak mampu, pastikan umat Islam mewariskan untuk generasi muda dan anak cucu sebuah hutang dendam kepada AS karena telah membunuh ribuan umat Islam dan belum mendapat balasan dari umat Islam karena belum mampu menunaikannya. Sebab hanya dengan melumpuhkan AS umat Islam bisa merasakan hidup tenang.

Lebih dari itu, syariat Allah juga mustahil dilaksankan dengan sempurna selagi kekafiran yang dipimpin AS belum ditaklukkan. Padi tak akan tumbuh dan berbuah di tengah lahan yang dipenuhi rumput tinggi dan lebat. Singkirkan rumput, agar padimu tumbuh subur dan berbuah lebat. Sebuah sunnatullah kehidupan yang entah mengapa kebanyakan umat Islam belum memahaminya. Wallahul-musta’an.

@15122017

Sumber: Channel Telegram: telegram.me/islamulia

Dikutip sempurna tanpa ada penambahan dan pengurangan.

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

5 Comments

  1. Bukan. Sumber tulisan sudah saya sertakan.
    Memang ada beberapa hal yang provokatif, seperti ajakan dendam ke Amerika bahkan ke anak cucu.

    Terima kasih.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *