Usaha Ulama Indonesia Untuk Menafsirkan al-Quran

quran-radio-banner

Umat Islam di Indonesia mempunyai perhatian besar terhadap al-Qur’an; hal ini terbukti dengan adanya pengajaran tata cara membaca al-Qur’an yang baik sesuai dengan ilmu tajwid, hingga kajian-kajian mendalam mengenai kandungan al-Qur’an. Al-Qur’an menempati kedudukan penting di dalam sejarah pergumulan awal Muslim Indonesia.

Di berbagai pondok pesantren, madrasah, dan sekolah, telah memposisikan al-Qur’an menjadi salah satu materi penting – disamping fiqh, bahasa, dan teologi (kalam)- dengan ilmu-ilmu yang terkait, seperti ulumul qur’an dan ulumut tafsir.

Usaha menafsirkan al-Quran dalam Bahasa Indonesia telah dilakukan oleh para ulama Islam Indonesia dan merupakan hasil karya anak-anak negeri.

A.    Pada Masa  Klasik

Tafsir Tarjuman Al-Qur’an yang ditulis oleh ‘Abdul Ra’uf al-Sinkili (1615-1693 M) lengkap 30 juz,

B.    Pada Masa Modern

Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka.

Tafsir ini lengkap sampai 30 juz, tidak disusun terlalu tinggi, juga tidak terlalu rendah sesuai keragaman kemampuan pemahaman masyarakat islam yang amat majemuk.

Tafsir Al-Azhar disusun tanpa membawakan pertikaian mazhab-mazhab fiqih. Penulis berusaha tidak ta’ashub kepada suatu faham mazhab tertentu, dan sedaya upaya menguraikan maksud ayat dan memberi kesempatan orang untuk berpikir.

  1. Tafsir al-Furqan oleh A. Hassan.
  2. Tafsir al-Mishbah yang ditulis oleh Quraish Shihab.[1]
  3. A. Halim Hasan cs baru dapat menyelesaikan enam setengah juz telah diterbitkan oleh Pustaka Islamiyah Medan.
  4. Tafsir an-Nur karangan Prof. TM Hasbi as-Shidqi, kitab ini telah diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang.[2]
  5. Tafsir al-Bayaan karangan Prof. TM Hasbi as-Shidqi, kitab ini diterbitkan oleh Penerbit al-Ma’arif di Yogyakarta tahun 1966.

Kitab tafsir ini masuk ke dalam Tafsir bi al-Lafdz yaitu tafsir yang menjelaskan makna-makna al-Quran dengan terjemahan ringkas, sebagaimana yang dijelaskan oleh penulis dalam pendahuluan kitabnya.

Baca juga:   Mengenal Penggagas Metode Pakistani (Sabak, Sabki, Manzil) - Berdasarkan Penelitian Skripsi

Metode yang dipakai oleh Hasbi as-Shidqi adalah dengan menerangkan maksud ayat, lalu menerangkan ayat-ayat yang sebanding dengan ayat yang sedang dihadapi dan ayat-ayat yang ada hubungannya dengan tafsir ayat.[3]

  1. Tafsir Quran Indonesia karangan Mahmud Yunus tahun 1935.
  2. Tafsir Al-Quran karangan Zainuddin Hamidi pada tahun 1959.
  3. Tafsir Alquranul Karim  karangan Halim Hassan tahun, 1955.
  4. Tafsir Alquranul Hakim karangan Kasim Bakry tahun 1960.
  5. Pada tahun 1975 M Dewan Penyelenggara Pentafsir al-Quran yang diprakarsai oleh Departemen Agama RI menyusun buku tafsir sederhana yang diberi nama “al-Quran dan Tafsirnya”.

Kitab ini terdiri dari 10 jilid, tiap jilid berisi tiga juz dan disertai juga satu jilid untuk muqaddimah sehingga jumlahnya menjadi sebelas jilid, proyek ini diketuai oleh Prof H. Bustami A. Gani dan diwakili oleh Prof. T.M Hasbi ash-Shidqi. [4]

Dari pemaparan di atas kita mengetahui bahwa ulama-ulama diIndonesia sudah mengambil andil dalam menjelaskan al-Quran lewat bahasa induk mereka, namun perlu kita ketahui bahwa mayoritas mereka belum menggunakan metode tafsir yang dianggap paling baik menurut Islam yaitu tafsir bil ma’tsur yaitu tafsir yang bersumber dari Al-Quran, hadits Rasulullah saw , dan atsar dari para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in.

Masih ada yang mendasarkan tafsir mereka kepada akal yang dikenal dengan metode tafsir bil-ra’yi , hal ini dapat kita maklumi karena jauhnya mereka dari sumber ilmu seperti Makkah dan Madinah atau karena gencarnya pemikiran filsafat di Indonesia yang cukup mempengaruhi cara tafsir ulama di Indonesia.

Hemat saya, perlu digalakkan penerjemahan kitab-kitab tafsir yang dikenal keshahihannya seperti tafsir Ibnu Katsir, kitab tafsir ibnu katsir yang bagus adalah tahqiq dari Dr.’Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, dan alhamdulillah beberapa penerbit islam sekarang sudah mulai menerjemahkan dan menerbitkan kitab ini, semoga suatu hari nanti kitab ini akan menghiasi isi tiap rumah umat islam dan biarkan ibnu katsir berbicara bersama kita dengan tafsirnya.


Baca juga:   16 Alasan Menghafal Al Quran

[1] http// HMJ Tafsir Hadits STAIPI.worpress.com//, Sejarah Tafsir Hadits Indonesia, (jumat, 13.30 WIB, 11-12-2009)

[2] Muqaddimah Terjemah al-Quran al-Karim yang dicetak oleh Kerajaan Saudi Arabia, hal. 29

[3] Prof. TM Hasbi as-Shidqi, Tafsir al-Bayaan, (Jogjakarta, PT al-Ma’arif, 1966), hal. 5

[4] DEPAG RI, al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta, PT.PEERTJA, 1975), Jilid.1 hal. IX

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.