Mayoritas manusia menilai ibadah hanyalah sebagai kebiasaan. Berbeda dengan orang yang beriman kuat, kebiasaan mereka justru menjadi ibadah. Orang kebanyakan mengucapkan subhānallah sebagai kebiasaan. Sedangkan orang beriman yang baik memikirkan keajaiban-keajaiban makhluk atau keagungan Khālik, lalu olah pikirnya itu mendorongnya mengatakan subhānallah.
Jika seseorang memikirkan bagaimana tumbuhan itu tumbuh dari biji-bijian, anak ayam saat ada dalam telur atau terbentuknya seorang bayi kecil dalam perut ibunya, serta makhluk-makhluk lainnya, tentu dia akan terdorong untuk mengagungkan sang Pencipta sembari mengerikan subhānallah. Tasbih ini adalah buah pikir dan tasbih orang yang imannya kuat; pikiran mereka terus bekerja, sehingga ibadah mereka dengan tasbih pun adalah ibadah yang sesungguhnya.
Orang yang Iman kuat juga memikirkan efek-efek negatif dari dosa-dosa di masa lalu. Kemudian olah pikir itu membuat mereka berhati-hati, gelisah dan menyesal, lalu mereka mengucapkan istighfār. Inilah tasbih dan istighfār yang hakiki. Sedangkan orang-orang yang lalai mengucapkan keduanya hanya karena kebiasaan. Sungguh sangat berbeda kedua kelompok ini.
Sumber;
Shaid Al-Khātir, Ibnu Al-Jauzi
https://www.instagram.com/p/Bv-wDZUHt6H/?utm_source=ig_web_copy_link