Khalifah al-Mutashim dan Ghirah di Masa Abbasiyah

Dahulu, di masa keemasan Islam, ada kisah teladan Khalifah yang hebat dan abadi sepanjang masa. Dia adalah khalifah al-Mu’tasim, khalifah Bani Abbasiyah (833-842 Masehi).

Kisah kepahlawanan Khalifah Al-Mu’tashim dicatat dengan tinta emas sejarah Islam dalam kitab al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tahun 223 Hijriyyah, dalam judul Penaklukan kota Ammuriah.

Pada tahun 837, al-Mu’tasim Billah menyahut seruan seorang budak muslimah yang berasal dari Bani Hasyim, ketika sedang berbelanja di pasar dia diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihat sebagian auratnya.

Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim Billah dengan lafadz yang legendaris:

“waa Mu’tashimaah!”

yang berarti

“di mana kau Mutashim…tolonglah aku!”

Setelah mendapat laporan mengenai penghinaan ini dan seruan wanita tersebut meminta tolong, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki).

Seseorang meriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki), karena besarnya pasukan.

Catatan sejarah menyatakan bahwa ribuan tentara Muslim bergerak di bulan April, 833 Masehi dari Baghdad menuju Ammuriah. Kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu’tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi.

Sebanyak 30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 lainnya ditawan. Pembelaan kepada muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi.

Setelah menduduki kota tersebut, khalifah memanggil pembantu untuk ditunjukkan dimana rumah wanita tersebut.

Saat berjumpa dengannya ia mengucapkan “Wahai saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku ?”. Wanita tersebut menangis,sujud syukur dan berdoa pada Allah khusus untuk khalifah Mu’tashim.

Baca juga:   Menulis untuk Melatih Berfikir Kritis dan Terapi Masalah Hidup

Begitu besarnya arti kehormatan bagi wanita muslimah dan harga darah seorang muslim di sisi Khalifah zaman dahulu, Hal serupa pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam peristiwa Bani Qainuqa.

Kedua Kisah tersebut memberikan gambaran bahwa meski keputusan mereka pasti mengandung resiko besar. Namun karena izzah Islam dan kehormatan kaum Muslimin, beliau siap menanggung resiko kehilangan nyawa para sahabatnya demi membela kehormatan muslimah tersebut.

Kisah ini, menjadi contoh ghirah yang terjadi di masa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan masa kekhalifahan Islam.

Ghirah Islamiyah itu ketika islam dihinakan, kita merasa terusik karena cinta Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Maka apapun yang melecehkan aturan Allah, ada rasa ketidak nyamanan, itulah ghirah. 

Akar dari Ghirah. 

  • Tidak rela untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana Allah telah menyelamatkan dia dari kekufuran. 
  • Mencintai Allah dan Rasul melebihi diri dan keluarganya. 
  • Hubungan kepada siapapun dikarenakan Allah dan Rasul-Nya. 

Bacaan Terkait:

Buku Jumal

Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *