Hari Sabtu 10 Oktober 2015, saya menemani Ustadz Arifin Jayadiningrat bersama istri beliau dan dua putri beliau yang cantik-cantik untuk mengisi kajian rutin kitab Fiqih Sunnah di salah satu kediaman jamaah beliau di perumahan Kebagusan Regency.
Di beberapa tempat pengajian buku fiqih sunnah menjadi pegangan beliau dalam mengkaji fiqih Islam baik di perumahan, majlis taklim atau di masjid. Pengalaman beliau yang belajar bertahun-tahun di luar negeri dan terakhir mengambil perbandingan fiqih Islam di Al-Azhar membuat pembahasan fiqih yang beliau sampaikan komprehensif, mudah dicerna dan mengarah untuk pembangunan karakter islam dalam kehidupan sehari-hari.
Tema kajiannya tentang Tahajjud, tema semisal pasti sudah banyak sahabat dengar dari ustadz lain. Tapi sumpah, kalo dengerin uraian ustadz Arifin Jayadiningrat selalu ada paradigma baru yang beliau sampaikan, melihat dalil dari sisi yang berbeda dari umumnya penceramah atau ustadz yang lain, ini ni salah satu yang saya suka dari beliau, selalu ada ilmu baru dan paradigma baru dalam setiap penyampaian.
Pertama beliau buka kajian keluarga yang dihadiri tak lebih dari 15 orang dengan membaca Alfatihah dan doa majlis yang beliau sampaikan dengan bahasa indonesia, terjemahan dari arabnya. Doa-kan yang penting menuju kepada Allah, mau pakai bahasa apa saja boleh, toh Allah Maha Mendengar, bahkan dengan bahasa Indonesia, jamaah yang denger bisa lebih faham dan menghayati doa yang dibaca.
Kok tiba-tiba langsung bahas tahajjud? Iya…ini namanya kajian rutin dan beruntun atau berkurikullum membahas kitab fiqih sunnah dari awal buku sampai akhir buku, sampai tuntas itu buku, kajian ini sudah beberapa bulan dimulai dan sekarang sampai di pembahasan Shalat Tahajjud. Ini juga yang saya suka dari Ustadz Arifin Jayadiningrat.
Kalo yang sudah pernah baca kitab Fiqih Sunnah, yang arab atau terjemahan maka akan mudah dapetin susunan pembahasannya yang rapi diawali dari Alquran, selanjutnya hadits dan terakhir kesimpulan dari ulama dan atau dari kesimpulan penulis, Sayyid Sabiq.
Kajian dimulai dari Qs. Al-Isra ayat 79-80
”Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS Al-Isra’ 17:79-80)
Ada beberapa ilmu yang beliau sampaikan dan saya tulis terkait ayat di atas.
1. Tahajud yg paling baik ada di sepertiga malam. Namun jangan dipersempit sehingga kita hanya memilih shalat tahajjud di di sepertiga malam saja karena ada hadits yang menyebutkan kebolehan untuk melaksanakan tahajjud di awal malam sebelum tidur karena khawatir besok tidak bisa bangun.
Kasus yang sama juga ketika bulan Ramadhan di 10 malam terakhir. Memang lailatul qadar akan mudah didapat di malam ganjil, namun jangan dipersempit sehingga mau I’tikaf kalo pas tanggal ganjil giliran tanggal genap, masjid sepi. Padahal semestinya mencari lailatul qadar di tanggal ganjil dan tanggal genap, semuanya dicari.
2. Hak untuk menentukan suatu amalan itu Sunnah dan Wajib adalaah milik Allah, maka jangan sampai kita mengatakan kalau “Shalat Malam bagiku adalah Wajib” karena Alquran sendiri mengatakan nafilah atau sunnah. Shalat malam menjadi wajib bagi Nabi tapi menjadi sunnah bagi umat Nabi Muhammad saw. Sebaiknya kita mengatakan “kalau tidak shalat tahajjud saya merasa kehilangan” sehingga akan menambah gairah untuk semangat menjalankan shalat tahajjud.
3. Redaksi ayat bentuknya singular, tapi untuk plural karena kita umat islam. Dan hukum ini untuk umat islam, karena bagi nabi hukumnnya wajib.
4. Sunnah adalah tanda cinta kepada Allah. Nabi Ibrahim adalah contoh kesuksesan membangun cinta kepada Allah, beliau contoh kesuksesan menggapai cinta Allah, beliau meninggalkan tanah subur, meninggalkan anak istri, dan bahkan menyembelih anak karena mencintai Allah semata. Maka haji Haji = ujian cinta, ujian kesabaran, bisakah kita bersabar untuk antri, bersabar waktu sandalnya hilang, bersabar ketika kesenggol sama orang lain, semuanya menjadi kecil ketika yang dituju hanyalah Allah.
5. 7 gologngan yg dinaungi di mahsyar, di antaranya pemuda yang dari kecil udah suka beribadah, sudah mau seneng ke masjid.
6. Kata Asa dalam bahasa Arab berarti semoga dalam bahasa Indonesia. Artinya butuh proses dan waktu, untuk bisa menjadi baik, menjadi lebih baik, evolusi bukan revolusi. Maka di dalam Islam tidak ada revolusi mental. Nah, kalo pada pengen tahu tema “Adakah Revolusi Mental dalam Islam” silahkan menghadiri kajian karakter bersama Ust. Arifin Jayadiningrat di masjid Pondok Indah hari senin besok ya…catat!!!
Duh, suara adzan masjid Pondok Indah memanggilku, saya shalat dulu ya sahabat. Kami tunggu partisipasinya….
Wallahu Alam Bisshawab
[Jumal Ahmad | Twitter: JumalAhmad]