Pesan Emas Untuk Penghafal Al-Quran

Sewaktu menghafal Al-Quran, saya berusaha mencari alasan-alasan mengapa saya harus menghafal Al-Quran. Beberapa alasan yang saya dapatkan di antaranya; alasan pertama, karena saya tidak mau kalah dengan dua adik saya yang lebih dahulu menyelesaikan hafalan Al-Qurannya. Jalal, adik pertama saya selesai hafalan di pesantren  As-Syifa’ Jogjakarta waktu SMP dan adik kedua saya Alfi, rampung hafalan di pesantren Al-I’tisham waktu SMA.

Dua adik saya itu memberi motivasi ‘saya harus hafal Al-Quran’. Itu motivasi dari keluarga.

Motivasi lain saya dapatkan dari hadits yang selalu saya ingat dan jadi pemantik semangat ketika dilanda malas atau bosan. Hadits yang menyebutkan bahwa orang yang hafal Al-Quran akan memberikan mahkota untuk kedua orang tuanya di akhirat kelak. Sungguh saya ingin memuliakan bapak dan ibu saya di akhirat nanti, maka saya harus menyelesaikan hafalan Al-Quran saya.

Motivasi juga saya dapatkan ketika mengkaji buku buku tentang menghafal Al-Quran yaitu pesan zahabi (pesan emas) yang diriwayatkan dari Imam az-Zahabi di dalam kitab Siyaru ‘Alam an-Nubala dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata: “Hendaklah kalian bertaqwa kepada Allah, karena ia merupakan pangkal dari segala sesuatu. Berjihadlah, karena ia merupalan dalil-dalil ke-Islam-an. Dan hendaklah kalian mengingat Allah dan membaca al-Quran, karena ia merupakan Ruh-mu di Ahli langit dan zikirmu di Ahli bumi.” (Nuzhatul Uqala’ Tahzib Siyaru ‘Alam an-Nubala: 2/247)

Penghafal Al-Qur’an terbaik adalah ia yang selalu menjaga hafalannya sesibuk apapun dia dan dimanapun dia. Dialah Al-Hafizh (Penghafal) sesungguhnya. Namun siapa yang hanya mengumpulkan hafalannya selama di Pesantren dan ketika ia keluar, hafalannya pun habis tak terjaga maka dia hanyalah Al-Jami’ (Pengumpul Hafalan).

Hifzhul Qur’an adalah program madal hayat, tidak akan berhenti sebelum hafal, tidak berhenti juga sesudah hafal. Tidak berhenti sebelum faham, tidak berhenti juga saat mengamalkan, bahkan tidak berhenti saat kita mati.

Lelahnya proses saat menghafal akan sirna saat kita sudah hafal kemudian menikmatinya di pertiga malam, merasakan apa yang diungkapkan Sayyid Quthb “Asy Syuur bi annal aayat, muwajjahah ilaih”. Terbayar letihnya menghafal saat qalbu selalu merasa ringan menapaki kehidupan karena penuh dengan rahmat yang Allah karuniakan kepada para penjaga Qur’an.

Rasulullah saw bersabda: ” Setiap amal itu ada masa semangat dan masa lemahnya. Barang siapa yang pada masa lemahnya ia tetap dalam sunnah (petunjuk) ku, maka ia telah beruntung. Namun barang siapa yang beralih kepada selain itu berarti ia telah celaka.” (HR. Ahmad).

Bagi yang sedang atau menghafal Al-Quran, carilah alasan kenapa saya harus menghafal Al-Quran, manfaat apa yang saya dapat dari menghafal Al-Quran dan alasan lainnya agar jadi penyemangat dikala futur/malas dan bagi yang sudah selesai hafalan Al-Quran nya mari kita jaga amanah Allah ini dengan sebaik baiknya.

Dan mari bersungguh-sungguh meminta dalam do’a kepada Allah agar hafalan kita tetap terjaga dan bersungguh-sungguh mau menjaganya!

Astaghfirullaah…. Astaghfirullaah…. Astaghfirullaah….
Ya Allah, Ampunilah dosa-dosa dan rahmatilah kami dengan Al-Qur’an…
Allaahumma Aamiin..

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

14 Comments

  1. Bagaimana hukum dan tanggapan, orang yang hafidz quran tapi tidak mencerminkan seorang penghafal al-quran

  2. Seorang penghafal Al-Quran yang tidak mencerminkan akhlak Al-Quran maka amalnya akan sirna di hari kiamat.

    Sebagaimana hadits Nabi tentang orang yang akan dipergitungkan amalnya pertama kali dari kalangan umat Islam dan salah satu dari mereka adalah Qurra atau penghafal Al-Quran.

    Allah bertanya kepada si Qurra, apa yang telah engkau lakukan di dunia? Dia menjawab aku menghafal Kalam-Mu dan mengajarkannya kepada manusia. Lalu Allah swt mengatakan: Kau bohong, engkau hanya ingin dianggap sebagai penghafal Alquran dan engkau telah mendapatkannya di dunia. Redaksi hadits kurang lebih seperti itu.

    Karena tidak ikhlas, maka amalnya hilang di akhirat. Karena tidak ikhlas pula, dia tidak memiliki ghirah untuk mengamalkan adan seorang penghafal Al-Quran.

    Hendaknya seorang penghafal Al-Quran tidak mengharapkan sesuatu apapun di dunia, melainkan hanya untuk mendapatkan ridho dari Allah swt. Jangan sekali-kali mengahafalkan Al Quran dengan tujuan untuk mendapatkan kedudukan di masyarakat maupun pada kelompok tertentu. Biarkan kemuliaan itu datang dengan sendirinya setelah hati, jiwa, dan pikiran kita terisi dengan Al Quran.

    Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.

    Kerjakan saja segalanya dengan ikhlas hanya untuk Allah swt, sehingga Allah akan menerima dan memudahkan langkah kita, dan memberikan balasan atas kehendak-Nya.

    Hal lain juga karena dia tidak menjauhi kemaksiatan. Imam Syafi’I adalah seseorang yang memiliki kemampuan menghafal Al Quran yang luar biasa. Kecepatannya dalam menghafal sudah tidak diragukan lagi.

    Namun, suatu ketika beliau mengadu kepada gurunya perihal hafalannya itu. Imam Syafi’I mengadu bahwa suatu hari beliau mengalami kelambatan dalam mengahafal.

    Mendengar pengaduan Imam Syafi’I, sang guru pun memberikan obat kepada beliau. Obat yang diberikan hanyalah sebuah nasihat, namun terbukti ampuh sebagai solusi permaslahan yang di alaminya.

    Gurunya berkata kepada Imam Syafi’l agar meninggalkan segala bentuk perbuatan maksiat dan bersihkan hati dari setiap penghalang antara ia dan Robb-nya.

    Imam Syafi’I rahimahullah berkata :

    Aku mengadu kepada (guruku) Waki’ atas buruknya hafalanku
    Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan
    Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya
    Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang selalu bermaksiat.

    Sesungguhnya Allah swt akan senantiasa meolong hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya. Maka barang siapa yang dapat membersihkan hati dan dirinya dari maksiat kepada Allah, maka Allah akan memberikan cahaya dan membukakan hatinya untuk senantiasa mengingat Allah dan firman-Nya. Allah swt akan memberikan kemudahan untuk mempelajari dan menghafal Al Quran.

  3. Tidak ada kata tua untuk belajar
    Tidak ada kata tua untuk menghafal Al-Quran

    Saya pun mulai menyelesaikan hafalan Al-Quran di umur seperti anda, di atas 20an.

    Alhamdulillah dengan semangat dan tekad ingin membahagiakan orang tua, saya bisa.

    Satu hal yang selalu saya ingat untuk diri saya.

    Kalau saya tidak bisa membahagiakan orang tua di dunia, saya akan membahagiakan mereka di akhirat.

    Mari, tumbuhkan kembali semangat menghafal Al-Quran anda, manfaatkan momen ramadhan yang sebentar lagi datang untuk lebih dekat dg Al-Quran.

    Terima kasih.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *