Banyak istilah istilah dalam keseharian kita yang belum banyak diketahui, termasuk saya. Beberapa minggu lalu saya sempat membaca cuitan dari Bapak Eep Saefullah Fatah tentang Islam dan Intoleransi.
Ngaku Islam kok intoleran?! Islam sama intoleransi itu oximoron. Dua hal yang semestinya gak bisa berpadu.
Ya, saya mengenal istilah ini dari pak Eep Saefullah. Setelah klik sana dan sini ternyata Oxymoron itu kiasan yang sengaja menggunakan dua ide yang kontradiktif yang menciptakan kata baru yang bermakna baru juga.
Perkataan yang bersifat oxymoron biasanya kerap ditemukan dalam khasanah retorika sosial-politik, maupun dalam dunia sastra karena sifatnya yang akrobatik sanggup menambah kesan dramatik yang mengesankan bagi pembaca/pendengarnya.
Ditangan(pikiran) orang yang tepat, penggunaan oxymoron dalam berbahasa bisa sangat menguatkan kesan puitik dan reflektif yang mengagumkan, tapi sebaliknya jika dipergunakan oleh orang yang “picik”, perkataan oxymoron bisa sangat merugikan, seperti hanya untuk melakukan pembelaan diri bagi yang jelas salah, untuk melakukan penghinaan yang brutal, atau malah menunjukkan kerendahan kapasitas intelektual (kegoblokan yang memalukan) si pengguna itu sendiri.
Beberapa contoh bentuknya adalah : “pakar amatiran”, “rahasia umum”, “kebetulan yang disengaja”, “sumbangan wajib”, “gemuruh kesunyian”, “setan yang baik”, dan sebagainya. []