Ayah pulang pukul 6 sore setelah lelah bekerja keras, sang istri berkata, “Maaf ya, makan malamnya telat 15 menit”. Lantas sang ayah menggerutu, “Telat lagi, telat lagi, kayaknya saya tidak bisa satu kali saja makan malam tepat waktu dalam sebulan ini!!?
Akhirnya, tiba juga hidangan makan malam.
Ketika makan malam sedang berlangsung, putrinya berkata bahwa nilai IPA-nya jelek. Serta merta sang ayah membentak, “Andaikan kamu belajar lebih banyak, pastilah nilaimu bagus; memang dasar kamu malas dan bebal!”
Tidak sampai disitu, sang ayah melanjutkan, “Tidak ada seorang pun di rumah ini yang menjalankan kewajiban dan tugasnya dengan benar. Kalian betul-betul membuat saya sakit kepala.”
Lantas sang ayah beranjak meninggalkan meja makan.
Mari kita perhatikan, kira kira apa reaksi anak terhadap cara ayah mereka menghadapi masalahnya? PASTI anak akan meniru cara ayahnya menghadapi masalah mereka kelak.
Demikian jika selaku orang tua kita lekas naik darah, emosional, dan putus asa mencari solusi masalah, atau ketika kita mengira masalah akan selesai dengan sendirinya.
Maka, cara putra dan putri kita akan dalam menghadapi masalah akan sama persis dengan kita.
Orang tua mesti meyakini bahwa kebutuhan akan pendidikan tidak kalah besarnya daripada kebutuhan putra putri kita.Bahkan, pendidikan kita mesti lebih unggul daripada pendidikan mereka.
Sayangnya, alih alih belajar dari ketidakbersalahan mereka sehingga melakukan perbaikan, kita malah mengajari mereka dari kesalahan kesalahan kita, sehingga mereka menjadi korban.
[]
https://www.instagram.com/p/B9VMdrShU-o/?igshid=1jqoqn13ebwvs