Anak Mualaf Mentawai – Pendidikan menjadi sesuatu yang harus dirasakan oleh segenap masyarakat negara sebagaimana pesan dari Undang undang Dasar bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
Namun ternyata sampai sekarang Indonesia sudah merdeka selama lebih 70 tahun, masih banyak warga negara Indonesia yang belum merasakan pendidikan yang layak. Salah satunya adalah masyarakat Mentawai.
Kondisi anak-anak di Mentawai sangat membutuhkan sekolah yang mudah diakses. Sebab, setidaknya butuh 15 kilometer (km) jalur darat untuk sampai ke sekolah. Kondisi tersebut tidak memungkinkan anak-anak ke sekolah. Apalagi, jika hujan mengguyur, jalur tersebut menjadi medan yang sulit ditempuh.
Anak anak disini harus bersusah payah untuk bisa mengenyam pendidikan, di Dusun Buttui yang menjadi salah satu proyek Yayasan Aksi Peduli Bangsa, disini belum ada sekolah, kalaupun ada mereka harus berjalan berkilo kilo untuk sampai ke sekolah.
Sekolah Tunas Bakti Bangsa
Maka dari itu, setelah membangun masjid, tempat bermain, kami akan membangun sekolah untuk masyarakat disana, dengan nama Sekolah Tunas Bakti Bangsa sekolah ini diperuntukkan bukan hanya untuk masyarakat muallaf tapi juga untuk masyarakat beragama yang lain.
Informasi TK Tunas Bakti Bangsa di infosekolah.net
SPMB (Santunan Pendidikan Mentawai Berprestasi)
Selain mendirikan sekolah PAUD di pedalaman, program pendidikan lain oleh Aksi Peduli Bangsa adalah memberikan beasiswa anak prestasi untuk bisa belajar di luar kepulauan Mentawai, program ini dinamakan SPMB (Santunan Pendidikan Mentawai Berprestasi) yang diinisiasi langsung oleh Bapak Arifin Jayadiningrat selaku ketua yayasan Aksi Peduli Bangsa.
Alhamdulillah lewat program ini, APB sudah membiayai kurang lebih 100 anak Mentawai untuk bersekolah di luar Mentawai seperti Jawa, Padang dan Medan dan membiayai kuliah anak-anak Mentawai di kota Padang.
Selama ini banyak orang tua dari anak-anak Mentawai tidak keberatan jika buah hatinya dapat mengenyam pendidikan seperti orang beruntung lainnya. Sebagian mereka masuk ke pesantren, pesantren bukan tempat yang diskriminatif. Mereka bersedia menerima siswa bahkan jika mereka bukan Muslim.
Sebagaimana yang sering disampaikan Ust Arifin kepada saya, bahwa program SPMB ini sebagai sistim potong generasi dimana kita berharap dari mereka akan lahir generasi Mentawai yang nantinya akan membangun daerah mereka sendiri.
Sekian.
Jumal Ahmad | ahmadbinhanbal.com