Dusun Ugai terletak antara Madobak dan Buttui. Bagian dari desa Madobak yang terletak di hilir sungai Sarareket, yang airnya deras di waktu musim hujan dan kering di waktu musim kemarau.
Bila musim hujan di hulu, daerah ini bisa ditempuh selama 7 jam, menggunakan sampan boat 15 PK dari Muara Siberut tanpa perlu turun dari boat untuk mendorong perahu. Sementaran saat musim kemarau, daerah ini bisa dijangkau dengan selama 7 jam dengan sesekali turun dari boat untuk mendorong kapal karena boat terbentur batu.
Agama dan Pendidikan
Mayoritas penduduk Ugai beragama Katolik. Terdapat sebuah SD Swasta Santa Maria yang berafiliasi dengan Santa Maria di Siberut. Selesai dari SD mereka meneruskan pendidikan SMP Negeri di Muara Siberut.
Selama menempuh pendidikan di Muara Siberut, para pelajar ditampung di asrama yang dikelola oleh pastoran. Disana setiap murid mendapatkan beasiswa dan segala keperluan seperti buku dan pakaian.
Aman Lobi
Aman Lobi adalah ketua muallaf di Ugai. Menurut keterangannya, jumlah penduduk Ugai sekitar 100 KK lebih dan jumlah warga muslimnya baru 14 KK. Pembinaan untuk para muallaf ini harus lebih intensif.
Menurut Buya Mas’oed, sebenarnya orang Mentawai lebih akrab dalam menerima Islam. Akan tetapi selalu gagal jika usaha pembinaan masyarakat muslim Mentawai diabaikan. Orang Mentawai pun tidak sulit berhubungan dan mudah bergaul dengan suku-suku lain. Seperti yang penulis temui dengan diterimanya para guru dan dai di Buttui, Ugai dan Salappa yang berasal dari Sasareu (bukan asli Mentawai).
Hari Kamis tanggal 14 Januari. Saya menemani salah satu dai APB ke Ugai menyampaikan acara penyerahan bingkisan dari APB dan YBM PLN untuk para muallaf Ugai, kami kesana dengan mengendarai motor revo yang sudah dimodif trail melewati jalan berlubang dan berlumpur. Jika berjalan kaki membutuhkan waktu 1,5 jam lebih dan dengan motor ini hanya memakan waktu 20 menit saja.
Di Ugai kami bertemu Aman Lobi di rumahnya, memberitahukan acara penyerahan bantuan hari Ahad, kami meminta ada orang Ugai yang datang ke Buttui membawa kapal pongpong untuk menjemput kami dan mengambil barang bingkisan. I
si bingkisan kurang lebih berupa sajadah, mukena, sarung dan baju Koko. Para muallaf ini ketika masuk Islam belum memiliki sarung dan mukena sehingga perlu dibantu untuk memilikinya. Pakaian ini agar dipakai setiap acara pengajian yang diadakan setiap hari Ahad di salah satu rumah muallaf secara bergantian.
17 Januari 2021 kami dijemput boat dari Ugai. Bantuan kami angkat bersama-sama 14 goodybag dari donatur sejauh 200 meter ke kapal boat. Dari rombongan Buttui sebanyak 4 guru masyarakat, Yang menjemput kami adalah Aman…dari Ugai.
14 paket diserahkan sebagai tanda mata terhadap jamaah muallaf yang baru disyahadatkan beberapa waktu yang lalu. Paket ini berasal dari sinergi Yayasan Aksi Peduli Bangsa dan YBM PLN.
Jumal Ahmad/ APB