Kalau saya ditanya siapakah bidadari dalam hidup? Saya jawab dengan mantap dialah istriku.
Istriku bidadariku
Dia mau menemani saya hidup di Jakarta yang dikenal kota yang keras, memulai kehidupan dari nol, dari sebuah kontrakan kecil dan kendaraan sepeda ontel. Padahal lulusan univeritas ternama di Solo dan sudah bergaji mapan di Grabak.
Istriku bidadariku
Dia teman dan partner hidup saat suka dan duka. Menjadi ibu bagi anak-anak saya kelak dan menjadi manajer keuangan yang handal dalam keluarga. Gaji saya sebagai asisten hanya sedikit. Tapi insya Allah istri mampu mengelola gaji saya dengan baik.
Istriku bidadariku
Tak sepatah katapun saya mendengar ia mengeluh. Mau menerima apa adanya hidup ini. Katanya bahagia itu sederhana, tergantung kita bagaimana mensyukurinya. Bila kita bersyukur, maka akan ditambah nikmat itu.
Istriku bidadariku
Dibalik suami yang sukses ada istri setia yang menemani. Insya Allah dia selalu setia menemani dalam perjalanan karir dan hidup saya. Tanpa dukungan penuh darinya mustahil saya bisa berdiri tegak nanti.
Istriku bidadariku
Kesuksesan tidak datang sendirian. Istrilah yang menemani hari-hari agar bermanfaat buat orang banyak. Istriklah yang memberi saran dan masukan bila ada masalah menerpa diri.
Istriku bidadariku
Izinkan saya terus menyayangimu. Meskipun ada saja wanita lain menggoda hati. Namun dirimu tetap di hati.
Istriku bidadariku
Masakanmu adalah masakan terlezat yang ada di dunia. Di tanganmu, semua resep masakan serasa nikmat karena engkau menambahnya dengan bumbu “cinta dan kasih sayang” yang tulus untuk suami.
Semoga cinta kita tak kalah mesra dengan kisah nyata “Ainun dan Habibie”. Kisah kita pasti lebih indah dari kisah mereka. Hanya saja, belum ada sutradara yang pandai memvisualisasikan kisah cinta kita.
Istriku bidadariku
Semoga Allah selalu memberi engkau kesehatan dan terus bersama saya dalam membangun keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. I love you my wife.
*Ditulis di kontrakan Cinta di hari pertama kami tinggal.