Kesehatan: Nikmat Yang Terlupakan

Kesehatan…mungkin itu adalah sebagian dari nikmat-nikmat Allah swt yang banyak dilupakan oleh manusia. Maka benarlah ketika Rasulullah saw bersabda: “Ada dua kenikmatan yang sering kali memperdaya kebanyakan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan kelapanganwaktu”. (HR. Bukhari).

Nikmat ini tidak hanya dilupakan oleh manusia, tetapi juga telah berhasil memperdaya kebanyakan manusia. Mereka justru terbuai dengan nikmat yang telah Allah swt berikan ini sehingga semakin memperbanyak dosa dan kemaksiatan serta perbuatan sia-sia lainnya.

Mereka menghabiskan masa-masa sehatnya untuk hura-hura, pesta, dan menghambur-hamburkan uang. Sedikit dari mereka yang mengunakan masa sehatnya dalam hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Terutama untuk kehidupannya di akhirat kelak.

Memang demikianlah kebanyakan manusia, mereka jusru tenggelam dalam lautan materi dan nikmat kesehatan tersebut. Mereka justru lupa bahwa mereka pada awalnya hanyalah setetes mani yang kotor dan akhirnya nanti adalah bangkai yang amat busuk. Padahal Allah swt telah memperingatkan kita dalam firman-Nya:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Oleh karena itu, tidaklah seseorang merasakan arti penting nikmat sehat kecuali setelah jatuh sakit. Hal ini sebagaimana ungkapan:

Kesehatan bagaiman mahkota di kepala orang sehat

Dan tidak ada yang bisa melihatnya kecuali orang sakit

Terkadang, justru ketika sakitlah seseorang menjadi ingat dan sadar tentang hakikat penciptaan dirnya. Sehingga, tidak sedikit di antara mereka yang justru mendapatkan hidayah setelah jatuh sakit. Kesehatan adalah nikmat yang sangat agung dari Allah swt di antara sekian banyak nikmat. Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang berada di waktu pagi dalam keadaan aman tentram, badannya sehat, memiliki persediaan makanan cukup, maka seolah-olah dikumpulkan seluruh dunia untuknya.” (HR. Bukhari)

Oleh karena itu Rasulullah saw menasihati kepada paman beliau, Abbas ra agar memperbanyak doa meminta kesehatan. Rasulullah saw bersabda:

“Wahai pamanku! Perbanyaklah doa meminta ke’afiatan” (HR. Hakim)

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Abbas bin Abdul Mutholib ra bertanya kepada Rasulullah saw:

Baca juga:   Tindakan Medis vs Pengobatan Alternatif, Mana yang Terbaik?

“Wahai Rasulullah, ajarkanlah doa kepadaku yang dapat aku gunakan untuk meminta kepada Allah” maka Rasulullah saw berkata, “Wahai Abbas, mintalah kepada Alah ke’afiatan.”. kemudian aku (Abbas) terdiam sejenak dan mendatangi beliau lagi. Aku berkata, “Ajarkanlah kepadaku doa yang dapat aku gunakan untuk meminta kepada Allah, Wahai Rasulullah!” maka Rasulullah saw menjawab, “Wahai Abbas, wahai pamanku utusan Allah, mintalah kepada Allah ke’afiaan di dunia dan di akhirat” (HR. Bukhari)

Ke’afiatan yang dimaksud dalam hadits ini mencakup keselamatan dari penyakit lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam hadits yang lain disebutkan ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw, “Doa apakah yang paling utama?” maka Rasulullah saw menjawab:

“Mintalah kepada Allah ampunan dan ke’afiatan di dunia dan di akhirat. Apabila engkau diberi ke’afiatan dunia dan akhirat, maka sungguh engkau telah beruntung.” (HR. Bukhari)

Ungkapan ini adalah intisari dari seluruh doa, karena doa ini mengandung permintaan keselamatan dari fitnah, penyakit, musibah, dan yang semisalnya di dunia. Di dalamnya, terkandung pula permintaan keselamatan dari adzab setelah mati, seperti adzab kubur dan adzab neraka. Dan kondisi di antara keduanya berupa perkara-perkara yang menakutkan dalam penghitungan (hisab) yang sulit.

Betapa pentingnya nikmat kesehatan ini, sampai-sampai kita dianjurkan untuk mendoakan saudara kita sesama muslim setiap kali ktia bertemu dengan mereka agar terhindar dari penyakit, yaitu dengan mengucapkan salam kepada mereka. Rasulullah saw bersabda:

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman sampai kalian saling mencintai, maukah kalian aku tunjukkan kepada suatuyang apabila kalian amalkan, maka akan membuat kalian menjadi saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)

Baca juga:   Madu

Syaikh Muhammad bin Shalih bin Utsaimin rh berkata. “Salam memiliki makna doa yang selamat (terbebas) dari segala musibah. Jika engkau mengatakan kepada seseorang, ‘Assalamu ‘Alaikum,’ maka hal ini berarti engkau mendoakan agar Allah membebaskannya dari segala musibah. Yaitu agar Allah membebaskannya dari penyakit, kehilangan akal (gila), menyelamatkannya dari kejahatan manusia, maksiat, penyakit-penyakit hati, serta dari neraka. Maka salam adalah doa yang bermakna umum yaitu doa yang diberi salam agar selamat dari pelbagai musibah.”

Oleh karena itu, ketika mendapatkan nikmat kesehatan ini, maka kewajiban kita sebagai seorang hamba adalah bersyukur kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah swt: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 152)

Salah satu bentuk  syukur kita atas nikmat kesehatan tersebut adalah memanfaatkan masa sehat untuk hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan di akhirat kelak. Rasulullah saw pernah menasihati sahabatnya dengan bersabda:

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara yang lain: masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kaya sebelum miskinmu, masa luangmu sebelum masa sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Hakim)

Namun, jika kita meneliti sejenak kondisi diri kita. Seberapa sering kita bersyukur kepada Allah atas nimat mata, telinga, jantung, paru-paru, dan anggota tubuh lainnya? Mungkin sedikit sekali di antara kita yang bersyukur atas pelbagai nikmat tersebut, karena memang Allah swt sendiri telah menegaskan dalam firmannya:

“…dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13)

Agar kita benar-benar merasakan betapa besar arti sebuah nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah swt, silahkan tengok kondisi saudara-saudara kita yang sedang diuji oleh Allah swt.  Di antara mereka ada yang bersabar dan ridha dengan ketetapan dari Allah swt. Di samping itu, mereka tetap bertawakal dengan menempuh pengobatan yang diizinkan oleh syari’at. Sehingga mereka pun mendulang pahala yang berlimpah dari Allah swt karena sabar dan tawakalnya. Mereka adalah sebagaimana sabda Rasulullah saw:

Baca juga:   Muhasabah Sebagai Upaya Mencapai Kesehatan Mental

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya, dn kebaikan itu tidak dimiliki oleh selain orng mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan ia bersyukur, dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila ia mendapat musibah ia bersabar; dan itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Muslim)

Namun, di antara mereka ada pula yang berputus asa dari rahmat Allah swt dan berburuk sangka kepada-Nya. Mereka tidak mampu bersabar atas ujian yang Allah swt berikan. Sehingga di antara mereka ada yang memilih bunuh diri sebagai jalan keluar dari rasa sakit yang mereka alami. Di antara mereka ada pula yang menempuh jalan-jalan yang dilarang oleh syariat demi mencari sebiah kesembuhan; bahkan sampai menjerumuskan dirinya ke dalam lubang kesyirikan. Sehingga yang mereka dapatkan tidak lain hanyalah penderitaan di atas penderitaan; yaitu penderitaan di dunia. Dan setelah itu penderitaan abadi di neraka jika tidak bertaubat sebelum meninggal dunia.

Oleh karena itu, sungguh kasihan  orang yang bertauhid di kala sehatnya, namun menjadi musyrik di kala sakitnya. Apalagi sakit itulah yang akhirnya menjadi sebab tercabutnya nyawa. Kematian manakah yang lebih tragis dari kematian  dalam keadaan musyrik? Sedangkan Nabi Muhammad saw telah memastikannya dengan neraka.

Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, maka dia masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan Allah dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, maka dia masuk neraka.” (HR. Muslim).

[]

Jumal Ahmad

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *