Ki Hadjar Dewantara di Laman Google Hari ini

image
Gambar Ki Hajar Dewantara di Google Doodle hari ini untuk memperingati Hardiknas Indonesia

Tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional atau disingkat Hardiknas di Indonesia. Google turut memperingatinya dengan memajang gambar Ki Hajar Dewantara.

Sosok Ki Hajar Dewantara dipajang sebagai gambar doodle di halaman pembuka Google Indonesia. Jika diklik, pengakses akan mendapatkan banyak informasi mengenai sosok pahlawan pendidikan tersebut.

Hardiknas memang bertepatan dengan ulang tahun Ki Hajar Dewantara. Dia adalah pahlawan nasional yang menjadi pionir dunia pendidikan di negeri ini. Pada masa hidupnya, Ki Hajar mendirikan institusi pendidikan Taman Siswa yang masih bertahan sampai sekarang.

Sosok yang lahir di Yogyakarta ini juga terkenal dengan semboyannya, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Jika diterjemahkan kurang lebih di depan memberi teladan, di tengah membangun kerja sama dan di belakang memberi dorongan.

“Memperingati ulang tahunnya yang ke 126, Ki Hajar Dewantara muncul di homepage Indonesia kami sebagai penghormatan terhadap perjuangannya di era kolonial agar semua orang Indonesia mendapatkan pendidikan,” demikian pernyataan Google.

image
Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan

Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang tak lain adalah pendiri dari sebuah Perguruan Taman Siswa yang diakui sebagai sesosok Bapak Pendidikan Nasional Indonesia atau yang lebih di kenal dengan sebutan Hardiknas yang diakui juga bukan hanya di negara Indonesia saja, melainkan juga telah diakui dunia. bahkan Google Doodles kali ini pun menampilan biodata kelahiran dari Ki Hadjar Dewantara yang diketahui lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Terpampang dengan jelas jika wajah beliau yang ketika membuka suatu sampul buku tampil di halaman depan pencarian Google hari ini.

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai bapak dari pendidikan nasional indonesia atau lebih sering disebut Hardiknas. Salah satu usaha yang telah beliau lakukan dalam mencari hak-hak untuk rakyat Indonesia dalam mendapatkan pendidikan ditengah masa penjajahan silam, saat itu berlangsung sebuah diskriminasi pada warga asli Indonesia dengan tak bisa belajar, meski demikian cuma anak anak yang berasal dari orang Belanda saja yang bisa memeperoleh hak untuk mengenyam bangku pendidikan.

Baca juga:   Perjalanan Menjemput Bidadari 

Hal tersebut pun ditujukan supaya Ki Hadjar Dewantara bisa leluasa dekat dengan rakyat, baik dengan melalui secara fisik ataupun dengan hatinya. Ki Hadjar Dewantara pun menamatkan Sekolah Basic saat di ELS (Sekolah Basic Belanda) dan kemudian meneruskan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tetapi sebab sakit, sekolahnya itu pun tak bisa dirinya kerjakan.

Ki Hadjar Dewantara kemudian bekerja juga sebagai wartawan di sejumlah surat kabar saat itu diantaranya Midden Java, De Express, Sedyotomo, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, Oetoesan Hindia dan Poesara. Pada masanya dulu, Ki Hadjar Dewantara juga di kenal sebagai seorang penulis handal. Tulisan-tulisannya pun benar-benar komunikatif, tajam serta patriotik sampai bisa menghidupkan semangat rakyat yang membacanya .

Ki Hadjar Dewantara telah diakui oleh Presiden Soekarno buat menjadi seorang Menteri Pendidikan, Pengajaran serta Kebudayaan yang pertama dalam Pemerintahan. Lewat jabatannya ini pula, Ki Hadjar Dewantara makin leluasa buat tingkatkan mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Pada tahun 1957, akhirnya Ki Hadjar Dewantara pun mendapatkan sebuah gelar Doktor Honori Klausa yan berasal dari Kampus Gajah Mada.

Dua tahun sesudah berhasil mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa tersebut, atau lebih tepatnya pada tanggal 28 April 1959 Ki Hadjar Dewantara akhirnya wafat ketika di Yogyakarta serta dimakamkan pula disana. Saat ini, nama dari Ki Hadjar Dewantara bukanlah saja diabadikan sebagai seseorang tokoh serta pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan Nasional) yang juga tanggal kelahirannya pada 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga telah diputuskan juga sebagai hari Pahlawan Gerakan Nasional lewat surat keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *