Demi Masa!
Demikianlah Allah bersumpah dengan masa. Kita sama-sama maklum bahwa, apabila Allah bersumpah dengan sesuatu dalam firman-Nya, subjek itu amat penting dan menuntut kita untuk bertadabur dengan lebih teliti mengenainya.
Dalam bahasa Arab, ada beberapa kata lain yang maknanya berkaitan dengan masa. Ada waktu (وقت), zaman (زمان), sa’ah (ساعة), dan dahr (دهر). Tetapi Allah memilih kata “Asr” (عصر) dengan hikmah yang besar.
Secara bahasa, kata “Asr” bermakna “memeras hingga keluar sarinya” [Mu’jam Maqayis al-Lughah oleh Ibn Faris]. Berdasarkan akar kata yang sama, Allah SWT menyifati awan sebagai sesuatu yang mengandung air, diperas hingga mengeluarkan hujan.
Ketika Allah bersumpah dengan al-‘Asr, yakni masa, itu bukan sekadar waktu biasa. Itu adalah masa yang tergambar sebagai sesuatu yang berisi inti yang bermanfaat, penuh khasiat. Namun, untuk mendapatkannya, masa itu harus “diperas”, seperti kelapa parut yang diperas untuk menghasilkan santan, atau kelapa sawit yang harus diperas untuk menghasilkan minyaknya. Demikian juga buah zaitun—sekadar buah yang enak dimakan, tetapi menjanjikan minyak penuh khasiat jika kita patuh pada prosesnya, yaitu harus diperas dengan benar, sepenuh usaha, hingga tidak tersisa.
Allah menegaskan bahwa setiap manusia dalam kerugian.
Rugi, seperti buah kelapa yang tua, kering, bergelimpangan di tanah, lalu membusuk dan menjadi tanah kembali.
Seperti buah zaitun yang kaya manfaat, tetapi dibiarkan jatuh ke tanah, membusuk, dan hilang tanpa bekas.
Betapa sia-sianya manusia yang mati tanpa mengeluarkan potensinya.
Betapa ruginya manusia yang lahir dengan fitrah penuh potensi, tetapi karena kelalaiannya dalam memanfaatkan waktu, ia hanya menjadi sosok yang singgah sebentar di kehidupan ini, tanpa jejak berarti, lalu mati, bagai bangkai yang kembali ke tanah tanpa sumbangan dan jasa.
Sesungguhnya, setiap manusia yang memahami makna al-‘Asr (masa) akan membangun kehidupannya di atas empat pilar yang tidak bisa dikompromikan:
- Beriman dan mempertahankan keimanannya dalam segala situasi.
- Beramal saleh, terus-menerus beramal, beramal, dan beramal.
- Saling menasihati dalam kebenaran kepada setiap insan yang dijumpai.
- Saling menasihati dalam kesabaran, selama hayat masih dikandung badan.
Wahai sahabat, sudahkah kalian “memeras” diri untuk mendapatkan hasilnya? Berusahalah agar pada hari kematian kita, yang dikebumikan itu benar-benar hanya ampas yang telah diperas manfaatnya sehabis-habisnya. Dan dengan kasih sayang Allah, bahkan jasad yang tak bernyawa itu pun masih bisa memberi manfaat jika kita memahami caranya.
Jangan sia-siakan masa.
Jangan sampai setelah mati, baru meminta untuk dihidupkan kembali.
“Dan (sungguh ngeri) sekiranya engkau melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhan mereka (dalam keadaan malu dan hina, sambil merayu): ‘Wahai Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar dengan sejelas-jelasnya (akan segala yang kami ingkari dahulu); maka kembalikanlah kami ke dunia supaya kami mengerjakan amal-amal yang baik; sesungguhnya kami sekarang telah yakin'” (QS. As-Sajdah: 12).
Jika ada peluh yang mengalir, air mata yang menetes, atau darah yang mengucur, terimalah itu sebagai bagian dari kehendak al-‘Asr.
Demi memeras masa…
![](https://ahmadbinhanbal.com/wp-content/uploads/2025/01/dukung-buku-Jumal-ahmad.webp)