gambar alquran

Mereduksi Paradigma Lama: Menyikapi Budaya Kekerasan dan Mistisisme di Era Modern

Home » Mereduksi Paradigma Lama: Menyikapi Budaya Kekerasan dan Mistisisme di Era Modern

Pendahuluan

Di tengah kemajuan zaman yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan pemikiran rasional, masyarakat modern masih dihadapkan pada tantangan budaya kekerasan dan mistisisme yang kerap dikaitkan dengan praktik keagamaan.

Fenomena ini bukan hanya sekadar isu sosial, tetapi juga mencerminkan paradoks antara rasionalitas dan irasionalitas dalam kehidupan beragama masyarakat. Tindakan kekerasan yang dilakukan atas nama agama, serta maraknya praktik dan tayangan mistis yang dikemas dalam berbagai bentuk media, menjadi cerminan kompleksitas interaksi antara tradisi, modernitas, dan kebutuhan psikologis masyarakat.

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji fenomena budaya kekerasan dan mistisisme, mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhinya, serta mengusulkan pendekatan yang lebih konstruktif untuk mereduksi paradigma lama yang kontraproduktif.

Budaya Kekerasan atas Nama Agama

Tindakan kekerasan yang dilakukan dengan dalih agama telah menjadi masalah global yang mengkhawatirkan. Menurut laporan dari Pew Research Center (2019), lebih dari 33% negara di dunia mengalami konflik berbasis agama, yang sering kali melibatkan kekerasan fisik, diskriminasi, atau penindasan terhadap kelompok tertentu.

Di Indonesia, kasus-kasus seperti penyerangan terhadap kelompok minoritas agama atau konflik antarumat beragama menunjukkan bahwa fanatisme keagamaan dapat memicu perilaku destruktif.

Budaya kekerasan ini sering kali berakar pada interpretasi sempit terhadap ajaran agama, yang diperparah oleh kurangnya literasi agama yang seimbang. Menurut Geertz (1973) dalam bukunya The Interpretation of Cultures, agama tidak hanya berfungsi sebagai sistem kepercayaan, tetapi juga sebagai alat untuk memaknai dunia sosial.

Ketika interpretasi agama terjebak dalam paradigma dogmatis, hal ini dapat memicu konflik antarindividu atau kelompok. Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan pendekatan keagamaan yang inklusif dan dialogis, yang mendorong toleransi dan pemahaman lintas budaya.

Maraknya Mistisisme di Era Modern

Selain budaya kekerasan, fenomena mistisisme juga menjadi perhatian utama. Tayangan televisi, sinetron, dan konten media sosial yang bernuansa mistis, seperti cerita tentang hantu, jin, atau praktik perdukunan, semakin populer di kalangan masyarakat.

Baca juga:   Arti Tarhib, Antara Sambut, Ancaman dan Cinta

Menurut survei oleh Nielsen Media Research (2020), tayangan bertema mistis di Indonesia memiliki rating tinggi, terutama di kalangan masyarakat urban. Fenomena ini menarik karena terjadi di tengah masyarakat yang seharusnya didominasi oleh pemikiran rasional dan kemajuan teknologi.

Mistisisme dalam media sering kali dikemas dengan cara yang sensasional untuk menarik perhatian penonton. Misalnya, sinetron yang menampilkan praktik perdukunan untuk mendapatkan jodoh, kekayaan, atau jabatan, mencerminkan kebutuhan masyarakat akan solusi instan terhadap masalah hidup.

Namun, seperti yang diungkapkan oleh Weber (1946) dalam konsep disenchantment of the world, modernitas seharusnya menggeser kepercayaan pada hal-hal irasional menuju rasionalitas ilmiah. Kembalinya minat pada mistisisme menunjukkan bahwa kemajuan teknologi belum sepenuhnya mampu menggantikan kebutuhan spiritual atau psikologis masyarakat.

Faktor Penyebab Ketertarikan pada Mistisisme

Ada beberapa faktor yang mendorong ketertarikan masyarakat terhadap mistisisme, di antaranya:

  1. Pengaruh Lingkungan Sosial
    Lingkungan sosial, termasuk keluarga, komunitas, dan media, memainkan peran besar dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap mistisisme. Menurut teori pembelajaran sosial Bandura (1977), individu cenderung meniru perilaku yang mereka lihat di lingkungan mereka. Jika media terus-menerus menampilkan konten mistis, masyarakat akan semakin terbiasa dan menerima narasi tersebut sebagai bagian dari realitas.
  2. Kebutuhan akan Informasi dan Hiburan
    Di tengah ketidakpastian ekonomi, sosial, dan politik, masyarakat sering mencari pelarian melalui hiburan yang menawarkan jawaban atas pertanyaan eksistensial. Tayangan mistis memberikan sensasi dan kepuasan emosional, sekaligus memenuhi rasa ingin tahu tentang dunia gaib.
  3. Kemasan Acara yang Menarik
    Media modern menggunakan teknologi canggih, seperti efek visual dan narasi dramatis, untuk membuat tayangan mistis tampak lebih nyata dan menarik. Hal ini meningkatkan daya tarik estetika dan emosional, sehingga menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk masyarakat terdidik.

Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman Religius

Pendidikan dan pengalaman religius memainkan peran penting dalam cara masyarakat memaknai mistisisme. Masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki pandangan yang lebih kritis dan luas terhadap mistisisme.

Mereka mungkin melihat mistisisme sebagai bagian dari warisan budaya atau fenomena psikologis, bukan semata-mata sebagai sesuatu yang supernatural. Sebaliknya, masyarakat dengan pendidikan rendah cenderung memahami mistisisme secara harfiah, mengaitkannya dengan hantu, jin, atau praktik perdukunan.

Baca juga:   Aljazair dan Upaya Arabisasi

Pengalaman religius juga memengaruhi persepsi terhadap mistisisme. Individu dengan pengalaman religius yang intens sering kali mampu memaknai dunia mistis sebagai sesuatu yang tidak menakutkan, karena mereka memiliki kerangka berpikir yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan dunia gaib secara selektif. Sebaliknya, mereka yang kurang memiliki pengalaman religius cenderung memandang mistisisme sebagai sesuatu yang menakutkan dan tidak terkendali.

Studi oleh Journal of Religion and Society (2021) menunjukkan bahwa pendidikan agama yang holistik dapat membantu masyarakat memahami mistisisme secara lebih kontekstual, sehingga mengurangi ketakutan irasional dan mendorong pendekatan yang lebih rasional terhadap fenomena tersebut.

Dampak dan Keresahan Sosial

Maraknya tayangan mistis dan budaya kekerasan berbasis agama menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat modern. Keresahan ini bukan hanya karena kontradiksi antara rasionalitas dan irasionalitas, tetapi juga karena dampaknya terhadap perilaku sosial.

Misalnya, glorifikasi praktik perdukunan dalam media dapat mendorong masyarakat untuk mencari solusi instan melalui cara-cara yang tidak rasional, seperti mengunjungi dukun untuk menyelesaikan masalah pribadi.

Selain itu, budaya kekerasan atas nama agama dapat memperdalam polarisasi sosial dan mengurangi kohesi masyarakat. Menurut World Values Survey (2020), negara-negara dengan tingkat toleransi agama yang rendah cenderung memiliki tingkat konflik sosial yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penting untuk mengatasi akar masalah ini melalui pendekatan yang terintegrasi.

Solusi: Mereduksi Paradigma Lama

Untuk mengatasi tantangan budaya kekerasan dan mistisisme, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  1. Pendidikan Agama yang Inklusif
    Pendidikan agama harus dirancang untuk mempromosikan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai universal, seperti kasih sayang, toleransi, dan keadilan. Kurikulum pendidikan agama harus mencakup literasi kritis terhadap teks agama dan konteks budaya, sehingga masyarakat dapat membedakan antara ajaran agama yang autentik dan interpretasi yang menyimpang.
  2. Regulasi Media yang Bertanggung Jawab
    Pemerintah dan lembaga penyiaran perlu menetapkan pedoman yang ketat untuk tayangan bernuansa mistis. Media harus didorong untuk menghasilkan konten yang edukatif dan tidak mempromosikan praktik irasional. Misalnya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dapat memperketat pengawasan terhadap konten yang memicu ketakutan atau glorifikasi perdukunan.
  3. Peningkatan Literasi Media
    Masyarakat perlu dilatih untuk mengkonsumsi media secara kritis. Program literasi media dapat membantu masyarakat memahami cara kerja media dalam membentuk persepsi, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh narasi sensasional.
  4. Dialog Antaragama dan Budaya
    Untuk mengurangi budaya kekerasan, dialog antaragama dan budaya harus ditingkatkan. Forum-forum seperti Interfaith Dialogue dapat menjadi wadah untuk membangun saling pengertian dan mengurangi stereotip antar kelompok agama.
  5. Pemberdayaan Komunitas Lokal
    Komunitas lokal dapat dilibatkan dalam kampanye untuk mempromosikan nilai-nilai rasionalitas dan spiritualitas yang sehat. Misalnya, tokoh agama dan budaya dapat berperan sebagai agen perubahan untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya fanatisme dan mistisisme yang tidak sehat.
Baca juga:   Firasat Imam Syafi'i

Kesimpulan

Budaya kekerasan dan mistisisme yang muncul atas nama agama merupakan tantangan besar bagi masyarakat modern. Fenomena ini mencerminkan ketegangan antara rasionalitas dan irasionalitas, serta kebutuhan masyarakat akan makna dan kepastian di tengah perubahan zaman.

Dengan pendekatan yang terintegrasi, meliputi pendidikan agama yang inklusif, regulasi media yang bertanggung jawab, literasi media, dialog antaragama, dan pemberdayaan komunitas, kita dapat mereduksi paradigma lama yang kontraproduktif dan membangun masyarakat yang lebih rasional, toleran, dan harmonis.

Referensi:

  • Geertz, C. (1973). The Interpretation of Cultures. New York: Basic Books.
  • Pew Research Center. (2019). A Closer Look at How Religious Restrictions Have Risen Around the World.
  • Nielsen Media Research. (2020). Television Audience Measurement Report.
  • Weber, M. (1946). From Max Weber: Essays in Sociology. New York: Oxford University Press.
  • Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
  • Journal of Religion and Society. (2021). Understanding Mysticism in Modern Societies.
  • World Values Survey. (2020). Global Report on Social Cohesion and Religious Tolerance.

Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Nawala

Masukkan email Anda di bawah ini dan berlangganan nawala kami

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *