Sengsara Membawa Nikmat

Kata “berkah” berasal dari kata bahasa Arab barakah. Kata ini erat kaitannya dengan sifat Allah yang pengasih dan penyayang, ketika Allah memberi kebaikan maka Dia akan menawarkan kebaikan yang tidak terbatas. Karena itu barakah biasa diterjemahkan sebagai ziyadah alkhair yang artinya tambahan atau keberlimpahan kebaikan.

Dan sebaik-baik barakah atau bertambah adalah bertambah dekat kepada Allah dengan ketaatan. Ciri kedekatan dengan Allah adalah MERASAKAN KEDAMAIAN yang membentuk jiwa lebih tenang ( annafsul muth mainnah). Jadi kebaikan yang tertinggi adalah kedekatan dengan Allah swt. Kecukupan jiwa melebihi dari materi.

Maka tidak aneh orang yang hartanya banyak TIDAK JAMINAN lebih dekat dengan Allah swt. Harta halal belum jaminan membawa keberkahan apalagi harta yang haram. Justru harta sedikit menyebabkan orang lebih dekat dengan Allah.

Kenikmatan fisik kesehatan kadang tidak membawa keberkahan. Justru kadang sakit menyebabkan lebih dekat dengan Allah.

Difitnah, dimaki maki, dan dihina kadang justru membuat lebih dekat dengan Allah swt.

Betapa banyak makanan yang kita makan membuat energi tapi energi itu justru untuk maksiat : berkata-kata yang kasar, memaki-maki, ghibah. Begitu pula harta dihabiskan untuk barang-barang yang mahal mubadzir, tidak mendekatkan diri kepada Allah justru mengundang murka Allah, barang branded untuk kesombongan.

Segala kenikmatan hidup : Pasangan hidup, anak, harta, jabatan, ilmu, tempat kerja kita, teman teman kita dan lain sebagainya. Termasuk UMUR kita. lihatlah apakah mendekatkan diri kita kepada Allah. Atau naudzubillah menjauhkan ?. Bila belum, jadikanlah semua kenikmatan menunjang mendorong kepada TUJUAN HIDUP : IBADAH KEPADA ALLAH.

Baru kita akan faham kenapa di surga banyak orang yang susah di dunia, karena kesusahan kadang membawa keberkahan : lebih dekat dg Allah. Orang banyak gagal dalam ujian nikmat. Karena menjadikan nikmat menjauhkan dari Allah. Yang sangat rugi : kesusahan dalam hidup justru menjauhkan dari Allah.

Begitu banyak manusia yang masih hidup dalam kelalaian, diperbudak dunia dan dibutakan mati dalam gelapnya dosa. Sedangkan keranda dan kafan sudah siap mengantar pada liang kecil tempat cacing-cacing memakan tubuhnya.

Mari kita perbanyak memuji Allah agar lebih dekat dengan Allah. Agar hati kita lebih tenang. [ ]

Jumal Ahmad | ahmadbinhanbal.com

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *