Rasulullah saw adalah manusia yang sangat dermawan, hatinya sangat lembut, dan tindak tanduknya sangat sopan. Beliau sangat ramah terhadap keluarganya.
Orang yang baru mengenalnya akan merasa takut karena kewibawaannya, tetapi setelah lama bersama beliau dia akan mencintainya.
Rasulullah saw adalah sosok yang mampu menguasai hati dan jiwa para sahabat beliau sehingga kecintaan mereka terhadap beliau jauh melebihi kecintaan mereka kepada sesuatu yang lain.
Ungkapan yang selalu mereka gunakan dan diulang-ulang tatkala sedang berbicara dengan beliau adalah “bi abi ant wa ummi ya Rasuulallah” (saya menebus Anda dengan ayah dan ibuku wahai utusan Allah)
Sikap memperlakukan dan mempergauli dengan baik yang dimiliki oleh Rasulullah saw tidak hanya terbatas pada para sahabat beliau saja, tetapi mencakup para kaum perempuan, kerabat, orang lain dan anak kecil baaik ketika di dalam perjalanan atau pun tidak.
Siapa saja yang melihat kehidupan Nabi Muhammad Saw niscaya dia akan mendapatkan bahwa beliau senantiasa mempergauli orang lain dengan berbagai sikap dan perilaku yang bernilai akhlak mulia.
Dengan akhlak mulia lah beliau bisa mengambil hati mereka dan mendapati simpati dari mereka. Nabi Muhammad saw tidak pernah berpura pura dalam menerapkan dan menjalankan akhlak tersebut; Beliau melakukannya dengan tulus, baik ketika berhubungan dengan orang lain maupun ketika berhubungan dengan keluarganya sendiri.
Nabi Muhammad saw tidak hanya bersikap ramah terhadap orang lain, tetapi juga terhadap keluarganya sendiri; Beliau tidak hanya murah senyum terhadap orang lain, tetapi juga murah senyum kepada keluarganya sendiri; Beliau juga tidak hanya murah hati terhadap orang lain, tetapi juga murah hati terhadap anak dan istri Beliau sendiri.
Itulah Rasulullah saw; akhlak mulia beliau sudah menjadi pembawaan dan sangat melekat dalam kepribadiannya. Bahkan beliau meniatkan penerapan semua akhlak mulia tersebut sebagai ibadah kepada Allah swt sebagaimana shalat Dhuha dan shalat Tahajjud.
Beliau menganggap senyuman sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, keramahan sebagai ibadah, pemberian maaf sebagai sumber pahala dan kasih sayang sebagai pendulang pahala.
Barangsiapa menganggap akhlak mulia sebagai ibadah, sesungguhnya ia akan menerapkannya dalam keadaan apa pun; baik saat damai atau pun berperang, saat lapar atau pun kenyang, saat dalam kelonggaran maupun dalam kesulitan, saat sehat ataupun sakit, saat gembira maupun sedih.
Contoh-Contoh Akhlak Rasulullah saw
- Al-Aswad bin Yazid mengatakan: Suatu hari saya bertanya kepada Aisyah ra tentang apa saja yang Beliau lakukan ketika berada di rumahnya. Dia menjawab, “Beliau saw senantiasa membantu pekerjaan keluarganya. Kemudian apabila waktu shalat telah tiba, beliau berwudhu dan setelah itu pergi ke masjid untuk shalat”.
- Suatu hari Abu Laila ra duduk bersama Rasulullah saw, tiba tiba Hasan (atau Husain) datang dan mendekati Beliau saw. Lalu beliau pun menyambutnya dan kemudian memangkunya di pangkuannya. Namun tiba-tiba anak kecil tersebut kencing di pangkuan Rasulullah saw. Abu Laila berkata: “Bahkan aku melihat air kencing anak kecil tersebut membasahi hamper seluruh bagian perut Rasulullah saw”. Abu Laila menambahkan, “Maka dengan serta merta aku melompat untuk membantu beliau. Namun beliau saw berkata kepadaku, “Biarkan saja, janganlah engkau membuatnya takut”. Setelah anak kecil tersebut menuntaskan air kencingnya, Beliau saw meminta air lalu menyiramkannya ke bagian tubuh beliau yang terkena air kencing”. (HR. Ahmad dan Thabrani)
- Anas bin Malik memiliki seorang adik yang masih kecil. Rasulullah saw sering mengajak si kecil ini bercanda. Beliau juga menjulukinya Abu Umair karena ia memiliki seekor anak burung yang sering diajaknya bermain. Suatu hari anak burung itu mati. Maka sejak itu, setiap bertemu dengannya. Rasulullah saw selalu mencandainya dengan berseloroh: “Wahai Abu Umair, apa yang telah dilakukan Nughair (si burung kecil?”
- Suatu saat Nabi melihat sebuah sarang semut terbakar. Maka beliau bertanya kepada para sahabat, “Siapa yang telah membakar sarang ini? Seorang sahabat menjawab, “Saya”, beliau marah kepada sahabat tersebut seraya berkata: “Tidaklah pantas bagi siapa pun untuk mengazab dengan api kecuali sang Pencipta api itu sendiri”.
- Suatu hari Nabi saw sedang berwudhu dan tiba tiba seekor kucing datang mendekati beliau. Maka beliau mendekatkan bejana air ke hadapan kucing tersebut hingga ia meminum darinya. Dan setelah itu beliau saw melanjutkan wudhunya kembali dengan menggunakan sisa air kucing tersebut.
- Tiba-tiba seorang Arab dusun masuk ke dalam masjid. Lalu berjalan memotong barisan jamaah shalat Jumat seraya melihat kea rah Rasulullah saw dan berkata dengan lantang, “Ya Rasulullah seseorang tidak memahami beberapa permasalahan agamanya. Karena itu sulit, sudilah engkau mengajarkan kepadanya tentang agamanya itu?” maka turunlah Nabi saw dari atas mimbarnya, lalu beliau saw berjalan menghampiri orang tersebut, meminta kursi untuk duduk di depannya dan kemudian menjelaskan kepadanya tentang apa yang tidak dipahaminya sampai dia benar-benar paham. Setelah itu, beliau saw baru kembali lagi ke atas mimbar dan meneruskan khutbahya.
- Suatu ketika Nabi saw shalat bersama para sahabat, namun tiba tiba beliau mempercepat shalatnya hingga lebih singkat dari biasanya. Setelah shalat selesai beliau melihat para sahabat memandang bbeliau dengan keheranan. Maka beliau pun bertanya kepada mereka, “Sepertinya kalian merasa heran karena aku mempercepat shalat kita kali ini?” “Benar ya Rasulullah” jawab mereka serentak. Maka beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya aku tadi mendengar tangisan seorang bayi, sehingga aku ingin mengasihi ibunya”.
- Nabi Muhammad saw melempar dan mengangkat ke atas putrinya, Fatimah Az-Zahra tinggi-tinggi dan menangkapnya. Beliau melakukan itu beberapa kali. Kemudian beliau bersabda: “Semoga harum namanya dan luas rizqinya”.
- Diriwayatkan oleh Jabir ra, dia berkata: Saya menemui Nabi saw. Ketika beliau berjalan merangkak sedangkan di atasnya Hasan dan Husain ra sedang bercanda. Beliau bersabda: “Seganteng-ganteng orang adalah kalian dan seadil adil orang adalah kalian berdua”
Nabi Muhammad saw adalah panutan kita, maka hendaklah sikap dan perilaku beliau menjadi sikap dan perilaku kita juga. Mari mempehatikan kehidupan Nabi Muhammad saw, bagaimana beliau bermuamalah dengan iorang lain, bagaimana beliau menyikapi kesalahan mereka, bagaimana beliau menghadapi gangguan mereka, bagaimana upaya keras beliau untuk menyenangkan mereka dna bagaimana perjuangan beliau dalam menyeri mereka kepada kebenaran.
Suatu hari anda melihat Nabi Muhammad saw membantu meringankan beban orang miskin, hari berikutnya beliau mendamaikan dua belah pihak yang tengah berselisih, dan pada hari berikutnya beliau menyeru orang-orang kafir kepada Allah.
Demikian seterusnya hingga umur beliau pun semakin tua dan tulang beliau semakin melemah, sebagaimana keterangan Aisyah ra bahwa “Kebanyakan shalat Nabi saw setelah beliau tua adalah dikerjakan sambil duduk” tak lain karena tulang beliau saw telah dilemahkan oleh banyaknya beliau berbuat untuk umat manusia.
Bahkan karena ingin selalu berakhlak mulia sepanjang hidupnya, beliau selalu berdoa kepada Allah seperti ini:
Doa Nabi Muhammad saw agar diberikan akhlak mulia:
اَللّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِيْ فَحَسِّنْ خُلُقِيْ. اَللُّهُمَّ جَنِّبْنِيْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلَاقِ. اَللهُمَّ اهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ الأَخْلَاقِ، لَايَهْدِيْ لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ.
“Ya Allah, sebagaimana Engkau menjadikan badanku baik, jadikanlah akhlakku baik pula. Ya Allah, jauhkanlah aku dari akhlak yang mungkar. Ya Allah, tunjukkan kepadaku akhlak yang terbaik, karena hanya Engkau yang bisa menunjukkan akhlak yang baik”.[1]
Lantas apa tujuan dari Akhlak Mulia?
Akhlak mulia akan membawa kebaikan dunia dan akhirat. Kebaikan di dunia adalah tertanamnya kecintaan di hati setiap makhluk kepadanya dan kebaikan akhirat berupa pahala besar yang akan diperolehnya kelak.
Bahkan meskipun seseorang mengerjakan banyak amal shalih, niscaya amal-amalnya itu akan bisa rusak dan tidak bermanfaat bila akhlaknya tercela.
Selain itu, tujuan berakhlak mulia adalah merasakan kebagagiaan, sebagaimana perkataan Imam Al-Ghazali berikut, “Tujuan akhlak supaya perbuatan yang dilakukannya itu menjadi enak. Seorarng dermawan akan merasakan enak dan lega ketika memberikan hartanya, berbeda dengan orang yang memberikan hartanya karena terpaksa. Begitupula seorang rendah hati merasakan lezatnya rendah hati (tawadhu’)”.[2]
Orang yang mempunyai sifat mulia akan mewujudkan kebaikan, keadilan yang diiringi dengan kecintaan, perdamaian, mengutamakan orang lain, kasih sayang, kebahagiaan, kemajuan, tolong menolong dalam kebajikan dan takwa.
Orang yang berakhlak mulia menginginkan kebahagiaan
Kebahagiaan yang nyata bukan angan-angana belaka.
Kebahagiaan kongkret bukan khayalan.
Kebahagiaan yang menjadikan kehidupan dunia sebagai surga kecil yang dilalui setiap orang menuju kehidupan akhirat yaitu surga yang di dalamnya mereka merasakan beragam kenikmatan yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah terbetik oleh hati manusia.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw
[1] Kanzul Ummal II/3
[2] Imam Al-Ghazali, Ihya’ ulumuddin III/50