Buruknya Pola Asuh Keluarga

Kasus penelantaran dan kekerasan anak yang dilakukan Utomo Perbowo–dosen sebuah PTS di Cileungsi–harus menjadi alarm bagi kita semua akan buruknya pola asuh keluarga di Indonesia. Dan salag satu contoh kasus kelalaian negara menyosialisasikan bahwa orang tua harus memiliki pola asuh yang benar.

Anak dianggap tidak tahu apa-apa bahkan dianggap sebagai bagian kepemilikan yang bisa diperlakukan sesuka pemiliknya. Sebenarnya tidak sedikit keluarga Indonesia yang memiliki kondisi serupa. Padahal ini bisa berpengaruh besar pada corak generasi bangsa ini di masa depan.

Pendidikan keluarga dengan kekerasan menghasilkan generasi yang rendah kepercayaan diri, bersikap negatif, membangkang dan berpotensi mereproduksi kekerasan berikutnya. Sayangnya, negara saat ini belum bisa diharapkan mampu menyiapkan setiap orang tua memiliki pola asuh benar melalui pembekalan di jalur formal (kurikulum pendidikan sekolah) maupun jalur non formal lewat penyuluhan, pendampingan lembaga-lembaga nonformal dan media.

Kasus ini semestinya menjadi evaluasi mendasar terhadap peran negara dalam mewujudkan keluarga yang mampu melakukan fungsinya secara memadai. Negara tak boleh bertindak bak pemadam kebakaran saja dalam memberikan perlindungan anak. Negara juga harus mengubah pendidikan sekular dengan pendidikan berdasarkan Islam hingga bisa hasilkan pribadi Islami yang utuh cakap ilmu dan mulia perilaku.

Hal ini sangat berkaitan dengan pentingnya pembangunan karakter bangsa.  Akhlak mulia adalah pilar tumbuh dan berkembangnya peradaban suatu bangsa. Kemampuan suatu bangsa untuk terus hidup dan berkembang ditentukan oleh kualitas akhlaknya, apabila akhlak suatu bangsa baik, maka baik pulalah bangsa itu, tetapi sebaliknya apabila akhlak suatu bangsa itu tidak baik, maka bangsa itu juga menjadi tidak baik. Bangsa yang baik adalah bangsa yang baik akhlaknya, jika akhlak bangsa itu hancur, maka hancurlah bangsa itu.

Baca juga:   Edisi Perdana URBFF Soul Food Persembahan 94.7 UFM Moms Community dan Indonesia Syiar Network Bersama Ust. Arifin Jayadiningrat

Pembangunan karakter dimulai dari tiga pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah (guru) dan lingkungan. Alhamdulillah hanya karena karunia Allah, pada tanggal 14 Maret 2015 kami sudah menyelenggarakan kegiatan Seminar 1000 guru se Jakarta Selatan dan dihadiri oleh lebih dari 1700 guru secara gratis. Tema yang kita angkat adalah: bagaimana mendidik anak shalat tanpa disuruh dan selalu patuh kepada kedua orangtua.

Kami pun mengadakan seminar lanjutan dari seminar 1000 guru ini, yaitu Seminar Membangun Rumah Tangga Berakhlak Mulia di gedung BPPT Jl. Thamrin tanggal 02 Juni 2015 dengan pembicara Arifin Jayadiningrat.

Anda ingin tahu bagaimana membangun paradigma keluarga sakinah? Membangun dialog konstruktif antar anggota keluarga? Paradigma akhlak sebagai pilar rumah tangga? Ikutilah seminar parenting ini, Insya Allah gratis…

Output dari Seminar Parenting ini adalah:

  • Orangtua terinspirasi dan mengenal paradigma mengajar sesuai Al-Qur’an dan
  • Orangtua mengerti cara menanamkan ahlak kepada anak didiknya dalam keseharian dengan metode pengajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits secara menyenangkan.
  • Orangtua mengerti cara membangunan kebiasaan untuk mencapai karakter yang baik.

Silahkan daftar ke saya di nomer berikut: 0857 1964 7457 dengan format nama suami istri/ no hp/ dan usia pernikahan.

Brosur Seminar
image

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *