Di antara kisah-kisah inspiratif para sahabat Nabi Muhammad SAW, terdapat sebuah riwayat menarik tentang Abu Darda radhiallahu ‘anhu yang menunjukkan kekuatan doa dan tawakkal kepada Allah SWT. Kisah ini menjadi pengingat bagi kita tentang pentingnya menggabungkan ikhtiar lahir dan batin dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.
Suatu hari, seseorang berlari tergopoh-gopoh menemui Abu Darda dengan wajah panik. “Wahai Abu Darda, rumahmu terbakar!” serunya. Namun, alih-alih ikut panik, Abu Darda justru menjawab dengan tenang, “Tidak, rumahku tidak akan terbakar.” Keyakinan ini bukan tanpa dasar. Abu Darda telah mempelajari sebuah doa khusus dari Rasulullah SAW, yang beliau yakini memiliki kekuatan perlindungan luar biasa.
Doa yang dimaksud berbunyi:
Bunyi doa tersebut adalah.
اَللّٰهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَاإِلهَ إِلَّا أَنْتَ عَلَيْكَ تَوَكّلْتُ وَأَنْتَ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ مَا شَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ أَعْلَمُ أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا. اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ دَابَّةٍ أَنْتَ اٰخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّيْ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ
Alāhumma anta rabbī lā ilāha ilā anta, ‘alaika tawakkaltu waanta rabbul ‘aršil ‘adhīm, māšāa allāhu kāna wamā lam yaša’ lam yakun, lā haula walā quwwata illā billāhil ‘aliyyil ‘aẓīm. A’lamu annallāha alā kulli šai-in qadīr wa annallāha qad ahāṭa bikulli šai-in ilmā. Allāahuma innī aūḏubika min šarri nafsī wa min šarri dābbah anta āẖiḏum bināṣiyatihā, inna rabbī ‘alā ṣirātim mustaqīm
Artinya:
“Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau. Hanya kepada-Mu aku bertawakal, dan Engkau Tuhan Pemilik Ársy yang agung. Apa saja yang dikehendaki Allah pasti akan terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Aku sadar bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesunggguhnya ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, dan dari kejahatan segala makhluk yang berada dalam kekuasaan-Mu. Sesungguhnya Tuhanku selalu menunjukkan ke jalan yang lurus.”
Ketika orang-orang mendatangi lokasi yang dimaksud, mereka menyaksikan pemandangan yang menakjubkan. Rumah-rumah di sekitar kediaman Abu Darda hangus terbakar, sementara rumah beliau tetap berdiri kokoh tanpa cacat sedikitpun. Peristiwa ini menjadi bukti nyata bagaimana Allah SWT memberikan perlindungan kepada hamba-Nya yang bertawakkal.
Meski demikian, penting untuk dicatat bahwa para ulama hadits telah meneliti riwayat ini dan menyatakan statusnya sebagai hadits dha’if (lemah). Kelemahan ini terletak pada beberapa perawi dalam rantai transmisinya, termasuk Al-Aghlab bin Tamim dan beberapa perawi yang tidak dikenali. Namun, Syaikh Bin Baz, seorang ulama kontemporer terkemuka, memberikan pandangan yang menarik. Beliau menyatakan bahwa meskipun hadits ini dha’if, doa tersebut tetap boleh diamalkan sebagai zikir yang baik (zikrun thayyib), mengingat kandungan doanya yang sangat baik dan sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam konteks modern, kisah ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan pentingnya keseimbangan antara doa dan ikhtiar. Sambil mengamalkan doa-doa perlindungan, kita juga perlu mengambil langkah-langkah pencegahan yang rasional, seperti memasang alat pendeteksi asap, menyediakan alat pemadam api ringan, dan secara rutin memeriksa instalasi listrik.
Selain itu, terdapat amalan lain yang dianjurkan ketika menghadapi kebakaran, yaitu bertakbir. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits yang dikumpulkan oleh Imam Ath-Thabrani, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika kalian melihat kebakaran, maka bertakbirlah, karena takbir akan mematikannya.” Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Fatawa Al-Kubra juga menegaskan keutamaan takbir dalam berbagai situasi, termasuk dalam memadamkan api.
Pada akhirnya, kisah Abu Darda ini bukan sekadar cerita tentang pencegahan kebakaran, tetapi merupakan pelajaran mendalam tentang kekuatan tawakkal, nilai doa, dan pentingnya menyeimbangkan antara ikhtiar spiritual dan fisik dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Melalui kisah ini, kita diingatkan bahwa sebagai Muslim, kita memiliki senjata yang sangat ampuh dalam menghadapi berbagai kesulitan: doa yang tulus kepada Allah SWT, disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan kita.
Jumal Ahmad/ Magelang