Doa Menguatkan Kejantanan

Bab doa itu memiliki keluasan, kita boleh berdoa doa apa saja yang kita mau, baik doa itu disandarkan pada Nabi atau doa yang disandarkan kepada para Salaf dan diamalkan sehingga sekarang, seperti doa yang sedang kita bahas.

Bahkan kita juga bisa berdoa yang berasal dari kebutuhan kita sendiri. Sebagaimana sabda Nabi dari Aisyah ra dalam Bab Adab Sahih Bukhari, ketika ditanyakan tentang apakah ibadah yang paling utama? Beliau menjawab:

دُعاءُ المَرْءِ لِنَفْسِهِ

“Doa seseorang untuk dirinya”

Hubungan suami-isteri ini adalah ibadah dan banyak perbincangan dari sudut agama, seperti dalam bab Fikih dengan Adab Az-Zifaf atau Etika Pernikahan Islami, yang salah satu bahasannya adalah etika berhubungan badan suami istri.

Berikut ini beberapa doa dan riwayat dari Ulama Salaf tentang doa kejantanan yang bisa diamalkan.

#Doa 1

Dalam salah satu postingan di FB dan Twitter, saya mendapatkan seorang ustazah yang mengajarkan doa kejantanan kepada peserta yang semuanya perempuan, dan program itu memang berkaitan hubungan suami istri. Pengguna FB dan Twitter yang melihat potongan video ini marah kenapa ustazah mengajarkan doa ini kepada para perempuan.

Lafaz doa itu berbunyi:

اللَّهُمَّ قَوِّ لِي ذَكَرِي، فَإِنَّ فِيهِ صَلَاحًا لِأَهْلِي

Allahumma Qawwilii zakarii, fainna fiihi shalaahan liahlii

Artinya:

Ya Allah, kuatkan untuk ku kemaluan ku, sesungguhnya ia mempunyai kebaikan kepada keluarga ku.

redaksi lain disebutkan

اللَّهُمَّ قَوِّ ذَكَرِي فَإنَّ فِيهِ مَنفَعَةً لِأهْلِي

Allahumma Qawwilii zakarii, fainna fiihi manfa’atan liahlii

Artinya:

Ya Allah, kuatkan untuk ku kemaluan ku, sesungguhnya ia mempunyai menfaat kepada keluarga ku.

Doa ini diriwayatkan oleh Imam al-Kharaithiy dalam kitabnya I’tilal al-Qulub, disebutkan juga dalam kitab Raudhatul Muhibbin karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah hal 257 dengan sanadnya bersambung kepada Muhammad bin al-Munkadir.

Ibnu al-Munkadir membaca dalam salatnya doa ini.

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ دَاوُدَ الْقَنْطَرِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ الرَّمْلِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا رِشْدِينُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ زُهْرَةَ بْنِ مَعْبَدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ: ” أَنَّهُ كَانَ يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ: «اللَّهُمَّ قَوِّ لِي ذَكَرِي، فَإِنَّ فِيهِ صَلَاحًا لِأَهْلِي»

Artinya:

Telah meriwayatkan kepada kami Ali bin Dawud Al-Qanthari berkata: elah meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Abul Aziz Al-Ramli berkata: telah meriwayatkan kepada kami Riydbin bin Sa’ad dari Abu Zuhrah bin Ma’bad dari Muhammad bin Al-Munkadir bahwa dia berdoa dalam salatnya “Ya Allah, kuatkan untuk ku kemaluan ku, sesungguhnya ia mempunyai kebaikan kepada keluarga ku.”

Jika dilihat dari sudut sanad. Sanadnya ada sedikit kelemahan sebab Risydin bin Sa’ad seorang perawi yang lemah. Walau demikian, riwayat doa ini bukan riwayat yang Marfu’ yaitu hadis yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, melainkan hadis Mursal yaitu hadis yang disandarkan kepada Tabi’in yaitu Muhammad bin al-Munkadir

Sekilas Biografi Muhammad bin al-Munkadir

Beliau adalah dari kalangan Tabi’in, seorang perowi hadits yang tsiqoh, murid-murid Beliau di antaranya Umar bin Abdul Aziz, Imam Malik, dll.

Muhammad Ibnu Al-Munkadir mempunyai hubungan darah dengan Abu Bakar Shiddiq. Hubungan darah keduanya bertemu pada kakek yang bernama Sa’ad Ibn Tamim. Pada suatu hari, hubungan kekeluargaan ini mendorongnya datang ke rumah Aisyah binti Abu Bakar untuk mengadukan keperluannya pada Aisyah dengan harapan barangkali Aisyah dapat membantunya menutup pedihnya kelaparan dan pahitnya kemiskinan.

Setelah ia mengutarakan penderitaannya kepada Aisyah, Aisyah berkata: “Andaikata aku mempunyai wang 10,000 dirham niscaya akan kuberikan kepadamu. Pada hari itu juga, tiba-tiba Muawiyah Ibn Abu Sufyan mengirim uang 10,000 dinar kepada Aisyah. Hingga Aisyah berkata pada dirinya sendiri: Alangkah cepatnya apa yang kamu angan-angankan wahai Aisyah.”

Akhirnya Aisyah segera mengutus seseorang untuk mencari Muhammad Ibn Al-Munkadir, kemudian ia memberikan uang 10.000 dirham dimaksud. Uang itu dipergunakan Muhammad Ibn Al-Munkadir untuk membeli seorang hamba wanita untuk dijadikan isterinya. Maka dia kemudian mengakhiri masa bujangnya dan menempuh hidup baru sehingga Allah memberi kurnia kepadanya 3 anak. Ketiganya bernama: Muhammad, Abu Bakar dan Umar. Ia memberi nama mereka seperti nama Rasulullah dan dua sahabat baginda.

#Doa 2

Dalam kitab Raudhatul Muhibbin karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah hal 256, Ibnu Qayyim menyebutkan riwayat dari Laits bin Sa’ad, salah satu guru Imam Syafi’i membaca doa ini sebelum melakukan jima’.

اَللَّهُمَّ شُدَّ لِيْ أَصْلَهُ وَارْفَعْ لِيْ صَدْرَهُ (أَيْ رَأْسَ الْعَضْوُ) وَسَهِّلْ عَلَيَّ مَدْخَلَهُ وَمَخْرَجَهُ وَارْزُقْنِيْ لَذَّتَهُ وَهَبْ لِيْ ذُرِّيَّةً تُقَاتِلُ فِيْ سَبِيْلِكَ

Allahumma syudda lii ashlahu warfa’lii shadrahu wa sahhil ‘alayya madkhalahu wa makhrajahu warzuqnii laddzatahu wa hablii dzurriyyatan tuqaatilu fii sabiilika.

Artinya:

“Ya Allah, kuatkanlah dzakarku,dan angkat/keraskanlah kepala dzakarku, dan permudahkanlah bagiku keluar masuknya dzakar, dan berilah aku rasa lezatnya, juga berikanlah aku anak yang mampu untuk berjihad di jalan-Mu.”

Sekilas Biografi Laits bin Sa’ad

Laits Bin Sa’ad adalah seorang ulama, ahli fikih, perawi hadits dan cendekiawan Muslim yang hidup pada kekuasaan Bani Umayyah. Nama sebenarnya adalah Al-Laits bin Sa’ad bin Abdurahman al-Fahmi yang mendapat julukan Abu al_Harits adalah guru besar di negeri Mesir.

Al-Laits dilahirkan di Qarqasyandah, yaitu sebuah desa yang terletak sekitar empat Farsakh (atau sama dengan 32 km) dari ibu kota Mesir, Cairo.

Di antara sanjungan ulama terhadapnya;

Dari Abu Al-Walid Abdul Malik bin Yahya bin Bakir, ia berkata: “Aku mendengar ayah pernah berkata: “Aku tidak melihat orang yang lebih sempurna dari Al-Laits bin Sa’ad. Setiap gerakan dari tubuhnya adalah pengamalan dari ilmu fiqih yang ia miliki, mulutnya faqih dalam bebahasa arab, pandai membaca Al-Qur an, menguasai Nahwu, banyak menghafal syair dan hadits, ingatannya bagus, masih banyak lagi kebaikan yang dimilikinya. Ada sepuluh macam kebaikan yang ia miliki, yang hal itu tidak ada yang menyamainya”.

Laits bin Sa’ad dikenal teguh memegang sunnah Nabi. Sebagaimana pernyataan muridnya, Imam Syafi’i: “Al-Laits bin Sa’ad lebih teguh dalam mengikuti atsar dari pada Malik bin Anas”.

Dari Sa’id bin Maryam, dia berkata: “Aku mendengar Al-Laits bin Sa’ad berkata: “Aku telah meriwayatkan selama delapan puluh tahun, meskipun demikian aku tidak pernah tergoda untuk condong kepada orang-orang yang mengikuti hawa nafsu (berbuat bid’ah)”.

Catatan: ini hanya untuk pasangan yang sudah menikah. Yang belum menikah, semoga diberikan kemudahan mendapat jodoh yang saleh/salehah.

Referensi:

Berkenaan doa di dalam Salat, sila baca: https://almanhaj.or.id/8204-berdoa-di-dalam-shalat-atau-sesudahnya.html

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *