Berita Gembira Bagi Munafik 

Sifat munafik sudah menjadi pertanda yang dominan di masyarakat demi memperoleh harta dan jabatan. Menyatakan kebenaran pun menjadi sangat sukar, orang orang meninggalkan nasehat dan lebih interes kepada kemunafikan karena menganggap jalan ini lebih mudah dan hemat tenaga tanpa menyadari akibat siksa di akhirat nanti. 

14 Abad yang lalu Allah SWT sudah menurunkan ayat ini dan sangatlah sesuai dengan kondisi sekarang. Ayat Al-Qur’an ini menjelaskan secara gamblang dan terang. 

Al-Qur’an, Surah An-Nisa 138-140.

بَشِّرِ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ بِأَنَّ لَهُمۡ عَذَابًا أَلِيمًا (١٣٨) ٱلَّذِينَ يَتَّخِذُونَ ٱلۡكَـٰفِرِينَ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ‌ۚ أَيَبۡتَغُونَ عِندَهُمُ ٱلۡعِزَّةَ فَإِنَّ ٱلۡعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعً۬ا (١٣٩) وَقَدۡ نَزَّلَ عَلَيۡڪُمۡ فِى ٱلۡكِتَـٰبِ أَنۡ إِذَا سَمِعۡتُمۡ ءَايَـٰتِ ٱللَّهِ يُكۡفَرُ بِہَا وَيُسۡتَہۡزَأُ بِہَا فَلَا تَقۡعُدُواْ مَعَهُمۡ حَتَّىٰ يَخُوضُواْ فِى حَدِيثٍ غَيۡرِهِۦۤ‌ۚ إِنَّكُمۡ إِذً۬ا مِّثۡلُهُمۡ‌ۗ إِنَّ ٱللَّهَ جَامِعُ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ وَٱلۡكَـٰفِرِينَ فِى جَهَنَّمَ جَمِيعًا (١٤٠

“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. [yaitu] orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan [oleh orang-orang kafir], maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya [kalau kamu berbuat demikian], tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.” (QS An-Nisa: 138-140)

Kata Albisyarah berarti memberi kabar yang menggembirakan di masa yang akan datang. Apakah orang orang munafik diberi kabar gembira? Tidak. Karena kabar gembira itu berisi sesuatu yang baik. Oleh sebab itu ketika mendengar kata munafik kita menduga adanya peringatan keras, bukan kabar gembira bagi mereka.

Baca juga:   Ini Makna Oxymoron

Allah menggunakan gaya bahasa yang lebih memperkuat ancaman. Jika Allah berkata “berikanlah peringatan kepada mereka dengan siksaan yang pedih” perkataan ini bisa diterima oleh orang orang munafik karena mereka siap mendengar berita buruk bagi mereka. Akan tetapi Allah berfirman “berilah kabar gembira kepada orang orang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksa yang pedih”. Itulah bentuk cacian dan hinaan Allah bagi mereka.

Kadang kita mendengar redaksional yang menggunakan ungkapan kebalikan dari isi pesan yang disampaikan untuk lebih menekankan isi pesan.

Sindiran seperti ini digunakan oleh pembicara untuk mengungkapkan suatu makna secara balaghi (sastrawi), artinya tidak ada sesuatu bagi mereka selain adzab karena nasihat dan peringatan tidak lagi membekas dalam hati orang munafik. 

Allah swt berfirman kepada Rasulullah untuk menyampaikan adzab yang pedih dan akhir yang menyedihkan bagi mereka. Penggunaan kata bisyarah disini adalah sejenis celaan dan menyalahkan orang kafir dan munafik. 

maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain.

Ayat ini menunjukkan bolehnya duduk duduk dengan mereka jika yang dibicarakan bukan menjelek jelekkan Islam. Hal ini pernah terjadi di masa awal Islam. Banyak hal yang harus dilakukan berhubungan dengan orang musyrik dan ahli kitab karena umat Islam belum bisa berdiri sendiri dalam segala bidang. 

Kata yakhudhu berarti berkubang masuk dalam sesuatu yang cair seperti air dan lumpur. Sehingga makna yang ditangkap adalah menjelek jelekkan Islam. 

Kemudian firman Allah Karena sesungguhnya [kalau kamu berbuat demikian], tentulah kamu serupa dengan mereka. Menunjukkan jika kamu duduk duduk bersama mereka ikut memperbincangkan ayat ayat Allah dengan kejelekan, maka kamu pun ikut mengingkari seperti mereka. Karena kamu ikut mendengar perbincangan tentang kejelekan Islam, dan orang yang menyetujui dan membiarkan kekafiran, maka ia kafir. 

Baca juga:   Hikmah Dibalik Musibah Banjir

Hadits Nabi Tentang Munafik

Guna memperkuat keterangan ayat di atas tentang kemunafikan, berikut ini beberapa hadits Nabi yang menjelaskan sifat Munafik. 

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya di antara orang yang paling jahat, adalaj orang yang bermuka dua, yang mendatangi pihak ini dengan satu muka, dab pihak lainnya dengan muka yang berbeda”. (HR Bukhari dan Muslim) 

Dari Ammar, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa bermuka dua di dunia, maka pada hari kiamat dia punya dua lidah dari api”. (HR Abu Dawud) 

Dari Ibnu Umar ra Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan seorang munafik adalah seperti seekor kambing yang bolak balim kebingungan di antara dua kambing.  Sesekali dia pergi ke kambing yang satu, dan sesekali dia pergi ke yang satunya.  Dia tidak tahu manakah yang akan diikutinya”. (HR Muslim) 

Doa terhindar dari Kemunafikan

Hendaklah setiap muslim senantiasa berdoa kepada Allah swt agar dijauhkan dari sifat munafik, sebagaimana diriwayatkan dari Ummi Ma’bad berkata,”Aku mendengar Nabi saw berdoa dengan doa ini :

اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ النِّفَاقِ ، وَعَمَلِي مِنَ الرِّيَاءِ ، وَلِسَانِي مِنَ الْكَذِبِ ، وَعَيْنِي مِنَ الْخِيَانَةِ ، فَإِنَّكَ تَعْلَمُ خَائِنَةَ الأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ ” .

“Wahai Allah bersihkanlah hatiku dari nifaq, (bersihkanlah) amalku dari riya, (bersihkanlah) lisanku dari dusta, (bersihkanlah) mataku dari pengkhianatan. Sesungguhnya Engkau mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan didalam dada.” (HR. Hakim (2/227), al Khotib (5/267), ad Dailamiy (1/478 No. 1953))

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال كان صلى الله عليه وسلم يدعو فيقول “اللهم إني أعوذ بك من الشقاق والنفاق وسوء الأخلاق” – رواه أبو داود والنسائي 

Baca juga:   Lebarun Peduli Mentawai

Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Nabi Saw bersabda,  “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari hati yang keras, kemunafikan dan akhlak yang buruk”. (HR.  Abu Dawud dan Nasai) 


Sumber:

– Penghuni Surga dan Penghuni Neraka oleh Syaikh As-Sya’rawi

– Manajemen Lisan, Saat Diam dan Saat Bicara oleh Husain Al-Awaysiah

– https://m.eramuslim.com/ustadz-menjawab/do-a-dihindarkan-dari-bahaya-munafik.htm

Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *