Imam Al-Ghazali di dalam Kitab Ihya memberikan penjelasan posisinya tentang Ilmu Kalam, dia bukan menilai ilmu Kalam tidak penting dan juga tidak menyangkal nilai ilmiah dalam pencarian fakta masalah.
Ada masalah sederhana namun serius terkait dengan apa yang menjadi perhatian para ahli kalam dalam pandangan Al-Ghazali. Ahli Kalam tidak bisa tidak mencapai tujuan dalam pengetahuan yaitu keyakinan dan mendapatkan hakikat tentang sesuatu.
Saeed Fouda dalam bukunya ‘Mauqif Imam Al-Ghazali ‘an Ilmil Kalam‘ menyebutkan anggapan sebagian orang bahwa Al-Ghazali menolak Ilmu Kalam setelah mempelajarinya. Saeed Fouda menjelaskan dengan gamblang posisi Al-Ghazali tidak berubah dalam buku-bukunya sebelum Uzlah seperti Al-Iqtishad fil I’tiqad dan setelah Uzlah seperti buku Iljamul Awam ‘an Ilmil Kalam, Ilmu Kalam menurutnya seperti obat yang hanya bermanfaat untuk orang sakit dan orang miskin, sebagaimana Al-Qur’an seperti makanan yang bermanfaat bagi orang sakit dan orang sehat.
Menurut Dr. Hamza al-Bekri, mengatakan bahwa Al-Ghazali menganalogikan Ilmu Kalam laiknya sebuah obat yang harus sesuai kadarnya. Mengerti kapan waktu yang tepat memberi obat, kepada siapa, dan dengan dosis berapa.
Dr. Ali Al-Omari menyebutkan bahwa sebagian orang membuat kesimpulan bahwa mempelajari ilmu kalam mengeraskan hati dengan menyandarkan kritik Imam Al-Ghazali terhadap ahli kalam.
Dia mengatakan bahwa mereka mengejar ilmu ini hanya untuk mengungguli rekan-rekan mereka dan tampil lebih pintar dari orang lain. Tapi mereka (para kritikus) mengabaikan bahwa Imam Al-Ghazali dalam pengantar kitab Ihya Ulumuddin, siapakah kelompok pertama yang dia kritik? fuqaha, ulama hadits, bahkan para sufi.
Lantas mengapa mereka hanya melihat kritik Imam AL-Ghazali terhadap ahli kalam? Apakah berarti Imam Al-Ghazali yang mengkritik semua ilmu ini juga mengkritisi Islam?
Apakah yang dikritik Imam Al-Ghazali? Dia mengkritik ulama kalam bukan kalam itu sendiri. Dia mengkritik ahli fiqih bukan fiqh itu sendiri. Dan dia mengkritik para ulama pada masanya. Ia tidak mengkritisi ilmu tersebut dan buktinya adalah Al-Ghazali sendiri setelah menjadi sufi menulis kitabnya Al-Iqtishad fil I’tiqad setelah menjadi sufi, buku ini termasuk karyanya dari kitab-kitabnya yang belakangan. Ia juga memasukkan dalam bukunya Ihya Ulumuddin materi qawaidul aqaaid yang merupakan ringkasan dari Al-Iqtishad fil I’tiqad.
Selengkapnya di Imam Al-Ghazali dan Ilmu Kalam