Menulis bukanlah pekerjaan sia-sia, sebaliknya menulis memiliki banyak manfaat bagi siapapun yang mau melakukannya. Menulis adalah suatu cara yang menjadikan kejiwaan menjadi makin positif, seluruh tekanan emosi akan mencair dengan seketika ketika diungkapkan dengan menulis, dan ketika berhasil membuat sebuah tulisan kita akan merasakan kebahagiaan tersendiri.
Dengan menulis juga akan mengawetkan kebahagiaan itu sendiri, misalnya ketika kita menulis hal-hal yang berkesan dalam hidup kita, dan sewaktu-waktu kita membacanya lagi, perasaan kita akan menjadi enjoy kembali alias merasakan kebahagiaan. Jadi, dengan menulis kebahagiaan kita akan semakin awet.
Nah, diary saya kali ini akan berbagi pengalaman ketika mengikuti IBF atau Islamic Book Fair 2013, ini adalah kali keempat saya mengikuti perhelatan terbesar penerbit-penerbit islam di Indonesia. Senang sekali bisa melihat bermacam-macam buku, koleksi buku saya sedikit, saya lebih banyak mengoleksi buku-buku elektronik di hard disk dan laptop saya. Maka kesempatan diskon buku yang jorjoran seperti Ibf ini cocok buat orang berkantong tipis seperti saya.
Saya pergi ditemani tiga santri saya dari pesantren Bina Qolbu, kesempatan ini dijadikan rehat dari kesibukan menghafal quran tiap hari, mereka juga dapat tugas untuk membeli atau minimal mencatat buku dan pengarang yang berkenaan dengan metode-metode dalam menghafal Alquran.
Bertandang ke Jakarta mulai jam 07.00 pagi dan sampai di Bushway Rambutan jam 09.00, di sana kami disambut ramah oleh petugas yang berpakaian koko dan berpeci rapi. Ternyata ini hari jumat, yang memang seragam mereka untuk hari umat Islam ini adalah koko dan peci. Coba ya..kalo angkot-angkot di Rambutan mau rapi seperti mereka.
Akhirnya kami sampai di Senayan jam 11.00 siang, naik ke lantai kedua, banyak buku, kitab, pakaian, wewangian di jual disana, sementara kami hanya lihat-lihat saja. Turun ke lantai pertama, buku-buku makin banyak saja. Jalanan sesak dipenuhi pengunjung yang kebanyakan akhwat, subhanallah akhwat disini banyak sekali, sampai tak sengaja bersentuhan dengan mereka, astaghfirullah. Saking banyaknya akhwat, sampai-sampai salah satu santri saya merasa pusing kepala padahal sejak dari Bogor dia baik-baik saja. Kayaknya dia mabuk buku, maklum di pesantren belum pernah lihat buku sebanyak itu plus mabuk akhwat he..he…
Dia seharian pusing terus dan belum pulih sampai jam 05.00-an ketika kami ada rencana pulang. Cobaan ini ternyata masih berlanjut, santri saya yang lain kehilangan sandal eiger-nya, gara-gara dia letakkan tepat di depan pintu musholla. Akhirnya dengan banyak pertimbangan kami menyepakati untuk bermalam di Senayan, mengobati pusing dan membeli sandal baru buat santri saya.
Alhamdulillah malam itu kami bisa bermalam dengan nyaman tanpa ada gangguan satu apapun, dan paginya sebelum pulang ke Bogor, kami menyempatkan berkeliling mengambil gambar di Senayan Jakarta tempat macan kemayoran persija berdiam.
Ada satu buku yang saya cari di IBF kali ini yaitu buku terjemahan dari kitab Shaidul Khathir karangan Ibnul Jauzi, saya punya perasaan khusus dengan buku ulama multitalenta ini. Dulu sewaktu SMA saya pernah meminjam terjemahan buku ini dari adik kelas saya, karena saking asyiknya saya sampai bisa membaca ulang buku itu sebanyak 8 kali. Buku ini telah menginspirasi penulis best seller Syaikh Aidh Alqarni untuk menulis buku Laa Tahzan yang sangat terkenal di dunia Islam.
Nama Saidul Khatir juga sempat menjadi nama blog saya ketika dulu mendaftar blog di WordPress, cuma waktu dulu buat akun blog di WP cukup susah gak seperti sekarang dan nama Saidul Khathir itu gagal menjadi nama blog saya. Dan yang bisa adalah nama blog yang sekarang yaitu ahmadbinhanbal.wordpress.com.
Sayang, buku itu tidak saya dapatkan. Oh ya..tadi saya sebutkan kalo saya hanya punya sedikit buku, karena itu di IBF saya selalu memilih satu buku yang berisi bermacam-macam pembahasan atau semacam kumpulan artikel.
Saya masih ingat, di IBF pertama, saya membeli buku berbahasa Arab berjudul Dirasah Fit Tafsir wal Fiqh wad Da’wah karangan Dr. Husain Az-Zahabi buku ini cocok dengan spesialisasi saya di bidang tafsir. Tapi sayang di bagian tengah buku itu ada beberapa lembar yang hilang tidak tercetak, untungnya bukan pas pembahasan tafsir, dalam masalah dakwah, beliau menulis satu usul untuk mendirikan sebuah lembaga Islam yang bisa mengurusi kebutuhan dan kehidupan para da’i agar para da’i yang ada sekarang bisa berfokus pada pembinaan umat.
Di IBF kedua saya membeli buku yang cukup kecil dan baru terbit satu bulan sebelum book fair yaitu buku tulisan Romi Satrio Wahono yang disebut oleh Hidayatullah sebagai guru komputer sejuta umat. Judul bukunya itu sangat membuat pembaca ingin tahu, Dapat Apa sih dari Universitas? Dari buku beliau saya belajar tentang cara mengatur (me-manage) ilmu pengetahuan, dan cara mudah untuk menerapkannya adalah lewat aktiifitas bloging. Om Romi, begisu saya biasa memanggil adalah orang pertama yang memperkenalkan WordPress pada saya lewat bukunya itu, lewat bloging saya belajar menulis, mengungkapkan makna, sharing ilmu dan juga memperbanyak teman.
IBF ketiga saya membeli buku titipan adik saya berjudul bersikap adil kepada wahabi, buku tulisan pemerhati dakwah, AM Wakito yang membahas secara berimbang perihal Wahabi dan membantah pemahaman salah oleh seorang yang bernama Syaikh Idahram. Dan di IBF keempat tahun ini saya membeli buku refleksi ustadz Umar Abu Basyier. Saya serasa mendapat charger motifasi dari buku beliau, artikel yang menjadi judul buku beliau adalah Orang Gila menjadi Wali, tapi artikel yang saya sukai adalah refleksi beliau tentang pembelajaran bahasa Arab di pesantren-pesantren dan terkait penerapan etika di kalangan santri di Indonesia, baik salafiyah atau yang modern. Ternyata dari hal sederhana, biasa dan kadang tidak terpikirkan, terdapat hikmah besar yang bisa diungkap oleh ustadz Umar Abu Basyier[].
Subhanallah, sampai 8 kali baca Shaidul Khatir. Saya baru baca sekali.
Dan kebetulan juga dalam 6 tahun terakhir ini, tahun ini saya tidak sempat ke IBF 2013 karena jatuh sakit. Padahal ada beberapa buku yang ingin saya beli.
Alhamdulillah…he..he…penataan bukunya bagus, makanya bikin betah terus di halaman paling depan itu ada quote ‘selamat datang manusia cerdas’.
Oh..sayang ya…andai mas pergi jua kita bisa ketemu. he…he…
Alhamdulillah sekarang impian saya untuk memiliki buku karya ibnu jauzi tersebut sudah terpenuhi berkat kiriman buku untuk saya dari mas Kuncoro Jati.
Sebagai bentuk rasa terima kasih saya, akan saya gunakan buku itu sebaik-baiknya dan menjadi teman dalam setiap kesempatan.
Termasuk waktu safar/bepergian. Ada kebiasaan yang saya bangun sejak kecil yaitu membawa buku ketika pergi. Kebiasaan ini dapat dukungan dari umi saya dan beliau yang selalu mengingatkan.
Beberapa bulan ini kebiasaan itu mulai saya tingkatkan dengan membawa dan membaca al-quran di bus meskipun semangat saya masih hangat-hangat tahi ayam yang kadang tinggi banyak turunnya.
Yah, pokoknya terima kasih aja..he..he..
ke IBF musti kantongnya tebel, mata ijo ngeliat buku2 berserakan
🙂 ya betul.