Kenapa Kenapa Nabi Daud Alaihissalam meminta ampun, menyungkur dan sujud dihadapan Tuhannya?
Apakah kisah yang sebenarnya?
Apakah benar, istighfar Nabi Daud disebabkan masalah perempuan?
Layakkah seorang Nabi yang dijadikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala sebagai khalifah di bumi memiliki perangai seperti ini?
Firman Allah Subhanahu Wata’ala yang menjelaskan kisah Nabi Daud dalam Surat Shad ayat 21-25
(21) Dan adakah sampai kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar? (22) Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena kedatangan) mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut; (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus.
(23) Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja. Maka dia berkata: “Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan”.
(24) Daud berkata: “Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini”. Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.
(25) Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.
Nabi Daud Alaihissalam adalah seorang Nabi, seorang khalifah, dan seorang Hakim yang memutuskan hukum hakam manusia. Dia membagi rata-rata waktunya pada tiga tugas resminya sesuai porsi masing-masing, disamping itu dia juga memiliki waktu khusus untuk beribadah dan bermunajat kepada Allah Subhanahu Wata’ala di dalam sebuah Mihrah khusus, jika ia memasuki mihrab tersebut untuk beribadah dan memuji Allah Subhanahu Wata’ala, tidak ada seorang pun yang boleh menggagnggunya sampai ia keluar kepada mereka.
Pada suatu hari, Nabi Daud dikejutkan oleh dua orang yang memanjat dinding mihrabnya yang terkunci itu, dia ketakutan, menyangka kedua orang itu bermaksud mencelakakannya.
Kedunya menyela: “Jangan khawatir, kami ini dua orang sedang bertikai di antara kami, maka kami datang kepada Anda untuk meminta bantuan hukum, berikanlah kami jalan terbaik menyelesaikan kasus kami ini, dan jangan berlaku curang kepada kami, serta tunjukilah kami jalan yang benar.
Nabi Daud menyangka bahwa yang datang kepadanya adalah dua orang malaikat yag diutus Allah Subhanahu Wata’ala untuk mengujinya.
Kemudian salah satu dari mereka menjelaskan pokok masalahnya, ini teman saya, saudara seiman, sambil menunjuk ke arah sahabatnya, memiliki 99 ekor kambing betina, dan saya hanya mempunyai satu ekor saja, dia mau mengambil dari saya untuk menggabungkan dengan kambing-kambingnya dan saya kalah berargumen dengan dia.
Setelah mendengar penjelasan salah satu pihak, Daud berkata, “Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini”.
Semua terjadi dalam sangkaan Nabi Daud bahwa dua orang yang datang adalah seorang Malaikat yang diutus Allah. Setelah keduanya pergi dari tempat Nabi Daud, ternyata keduanya bukan malaikat, melainkan dua orang dari rakyatnya dan bahwa perselisihan mereka benar adanya.
Maka Nabi Daud beristighfar karena telah membuat keputusan hukum yang keliru. Mestinya dia memberi keputusan bahwa pemilik 99 domba itu menggabungkan dombanya dengan yang memiliki 1 domba, karena pemilik domba ini memiliki banyak pengalaman dalam membiakkn domba dan dia berjanji kepada temannya bahwa dia akan menjaminnya artinya dia akan mengembalikan kambing kepadanya.
Nabi Daud mengetahui bahwa ini penilaian yang tepat, namun dia mengatakan sebaliknya karena berpikir yang datang kepadanya adalah dua Malaikat yang sedang mengujinya.
Allah Subhanahu Wata’ala menerima istighfar Nabi Daud akan tetapi Allah memberikan peringatan kepada Nabi Daud bahwa Allah menjadikan dia seorang Khalifah yang memberikan hukum hakam kepada manusia dengan benar dan jangan mengikuti hawa nafsu.
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (Surat Shad ayat 26)
Dari ayat ini bisa diambil pemahaman, bahwa Nabi Dawud meminta ampunan kepada Allah karena dirinya mengaku telah berbuat kesalahan. Namun, apakah istighfar Nabi Daud ini menjadi dalil baha dia melakukan dosa?
Berdasarkan ayat yang di atas, dapat kita ketahui bahwa kesalahan Nabi Daud adalah karena tergesa-gesa mengambil keputusan. Dia hanya menjawab apa yang diadukan oleh satu pihak, tanpa mendengar pengaduan dari pihak lain. Terlalu cepat mengambil keputusan dari orang yang merasa dizalimi, tanpa memberikan kesempatan kepada orang yang terzalimi untuk berbicara dan membela dirinya sendiri.
Seorang hakim yang adil tidak boleh terpengaruh oleh ucapan siapapun, sampai ia meneliti dan memeriksa perkara tersebut. Mendengar setiap pendapat dari pihak yang bermasalah, menerima setiap alasan dan pembelaan.
Dari sisi orang yang dihakimi, ketidakmampuan berbicara dan mengungkapkan keberatan satu pihak lagi membuat Nabi Daud berpikir bahwa pihak tersebut setuju dengan keputusannya. Maka dalam memutuskan suatu perkara, seorang hakim perlu melakukan klarifikasi lebih ke pihak yang lain, ini juga yang tidak dilakukan Nabi Daud.
Bagian yang penting dan perlu ditekankan dalam tafsir ayat ini bahwa tidak ada pembenaran terhadap siapa saja yang mengkaitkan peristiwa ini terkait dengan keinginan Nabi Daud terhadap perempuan tetangganya. Versi ini banyak penulis dapatkan di laman web online, salah satunya di situs Republika tentang ‘kisah Nabi Daud diuji Allah SWT’.
Dalil Al-Quran bahwa Allah Subhanahu Wata’ala menerima taubat dan istighfar Nabi Daud adalah bukti bahwa Nabi Daud tidak melakukan sebuah dosa. Lebih lagi, Allah berfirman bahwa Daud memiliki kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.
Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik. (Surat Shad ayat 40)
Islamic Character Development | ahmadbinhanbal.com