Islam masuk di Iran saat khalifah kedua Umar bin Khattab berkuasa, namun kini kebanyakan penduduk Iran memiliki faham Syiah. Di artikel terdahulu pernah saya sebutkan salah satu alasan kenapa orang Iran dapat dengan mudah menjadi Syiah yaitu Pernikahan Imam Husain as dengan Syahrabanu, putri Yazdgird ke-3, raja Sasanid terakhir.
Kajian lebih lanjut menyebutkan faktor-faktor lain sebagaimana disebutkan dalam dialog antara Muhammad Al-Musyawi dan Al-Hafidz Muhammad Rasyid di Peshawar dengan beberapa poin berikut:
- Ketiadaan fanatisme kebangsaan, kepentingan kelompok dan motif kesukuan pada orang Persia. Mereka tidak terikat pada satu kabilah dan mereka menemukan hal ini pada diri Ali bin Abi Thalib.
- Kerasionalan mencegah mereka bersikap fanatif dan taklid buta.
- Ali bin Abi Thalib mengetahui hak setiap orang dan hak tawanan dalam Islam.
- Semacam ada keterikatan khusus penduduk Iran dengan Salman Al-Farisi yang merupakan anggota keluarga mereka. Karena keislaman Salman yang mengagumkan dan kedudukannya yang mulia di sisi Nabi saw., ia dianggap sebagai bagian dari ahlulbait.
Dialog yang lain adalah antara seorang Zoroaster dengan Alim Syiah tentang masalah ini dengan beberapa poin berikut:
- Pada pertengahan pertama abad ke-1 Hijriah, rakyat Iran memang sedang haus dengan datangnya pemerintahan baru yang adil dan benar. Oleh karena itu dengan kedatangan Islam mereka begitu menyambut dengan penuh kegembiraan. Salman Alfarisi memiliki peran utama dalam hal ini. Ia menjadikan Madain, ibu kota pemerintahan Sasanid waktu itu, sebagai pusat dakwah penyebaran Islam di Persia. Salman mempelajari Islam dari Ali as, dan Ali as dari Rasulullah saw. Yang mana ajaran tersebut adalah ajaran Syiah. Lalu orang-orang Persia pun mempelajari Islam dari Salman Al Farisi; demikian jalurnya.
- Pemerintahan Islam di masa kekhalifahan Imam Ali as berpusat di Kufah, sebuah kota yang mana orang-orang Persia sering berlalu lalang di sana. Keadilan dan kecintaan beliau kepada rakyat menarik perhatian orang-orang Persia saat itu dan tentunya menjadi faktor mereka mau memeluk Islam.
- Kebangkitan Imam Husain as yang dikenal dengan peristiwa Karbala. Amarah umat Islam yang sebenarnya pasca terbunuhnya Imam Husain as membuat berita tragis itu tersebar ke mana-mana, hingga ke telinga Muslimin (dan juga selainnya) di Persia. Berita mengejutkan tersebut membuat mereka bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan menggiring mereka mengenal Syiah.
- Masa keemasan para Imam di jaman Imam Shadiq as sangat memukau. Beliau sampai memiliki lebih dari empat ribu murid, yang setiap dari mereka adalah penyebar ajaran Islam. Yang tentunya memiliki peran istimewa tersebarnya faham Syiah di Iran.
- Qom adalah tempat aman bagi para imigran Syiah Iraq yang datang ke Iran. Oleh karena itu keberadaan kota suci Qom juga memiliki peran penting tersebarnya faham Syiah di Iran.
- Diasingkannya Imam Ridha as dari Madinah ke Khurasan (sebuah propinsi di Iran) juga menjadi faktor penting dalam masalah ini.
- Kedatangan para pecinta Imam Ridha as ke Khurasan, yang akhirnya mereka menyebar di Iran, dan menjadi mubaligh yang mengajarkan faham Ahlul Bait.
- Lambat laun semakin banyak ulama besar Syiah yang bermunculan, dan mereka membantu tersebarnya faham Syiah ke seluruh penjuru Iran. Mereka misalnya seperti Syaikh Kulaini, Syaikh Thusi, Syaikh Shaduq, Syaikh Mufid.
- Pemerintahan dinasti Buwaih (Ali Buwaih) menjadi faktor penting penyebaran Syiah di Iran, yang mana pemerintahan itu adalah pemerintahan Islami Syiah.
- Menjadi Syiah-nya Sultan Khoda Bandeh berkat Allamah Hilli di permulaan abad ke-8 Hijriah membuat Syiah semakin dikenal akhirnya diresmikan sebagai mazhab di Iran.
- Berdirinya pemerintahan Shafawiyah yang dipengaruhi oleh ulama Syiah di abad ke-10 dan 11 Hijriah.”
Demikian beberapa point bagaimana penduduk Iran menjadi Syiah, kita berdoa agar Allah Swt menjaga negeri ini dari dominasi Syiah. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menghidupkan pengajaran Ilmu Agama seperti Tajwid, bahasa Arab, Ilmu Al Qur’an, Ilmu Hadits, Tafsir, Fiqih, Tauhid, Akidah, Akhlak, Sirah Nabawiyah, Muamalah, dan sebagainya. Ilmu ini seperti cahaya yang akan menerangi kehidupan insan. Jangan sampai kita tinggalkan mengajarkan ilmu-ilmu ini. Bagi yang tak mendapat guru, belilah buku-buku keislaman, baca, pahami dan amalkan agar tidak terjerumus dalam Syiah karena ‘gelap’ dari ilmu agama.
Salah satu legitimasi yang sering digunakan Syiah untuk menyebarkan ajarannya di Indonesia adalah ‘Fatwa’ Syaikh Mahmud Syaltut tentang Syiah atau Mazhab Ja’fari. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa keterangan Syaikh Syaltut bukanlah Fatwa resmi dari Al-Azhar karena itu adalah transkrip obrolan antara Syeikh Mahmud Syaltut dan wartawan (Mahmud Salimah Mandub), 17 Januari dan 5 Februari 1959, yang kemudian dimuat dalam majalah Al-Azhar pada rubrik “Aaraa wa Ahaadits” bukan pada rubrik “Fatwa”, padahal dalam majalah ini ada rubrik khusus mengenai fatwa.
Lebih dari itu, dalam majalah Al-Azhar yang terkait perkataan Syeikh Syaltut mengenai Syiah tidak ada ungkapan fatwa; yang ada justru ‘tashrihaat’ (keterangan, penjelasan), ‘taushiyaat’(tausiah atau nasihat), ‘hadits’ (omongan), ‘aaraa’ (pendapat), dan ‘qaraar’ (ketetapan).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa yang dimaksud Syeikh Mahmud Syaltut dalam fatwa itu tidak seperti yang dimaksudkan oleh orang Syiah. Yang dimaksud Syeikh Mahmud Syaltut adalah yang sesuai dengan al-Qur`an dan Sunnah.
Jadi, tidak ada kata-kata tegas bahwa itu fatwa. “Fatwa” yang beredar –tentang Syiah dari Syeikh Syaltut- justru tidak ada keterangan tanggal. Bahkan. Perkataan wartawan “qultu li-fadhilatihi” (aku berkata/bertanya kepada Syeikh) pada “fatwa” yang beredar itu diganti ‘qiila li-fadhilatihi’ (ditanyakan kepada Syeikh).
Pada waktu itu, fatwa yang dinisbahkan kepada Syeikh Mahmud Syaltut ini mendapat reaksi keras baik dari dalam Mesir maupun luar. Sebagai contoh; Syeikh Muhibbuddin Al-Khatib menulis tulisan berjudul “I’laam al-Anaam Bimukhaalafati Syeikh Al-Azhar Syaltut li al-Islaam”; demikian juga mufti sebelumnya Syeikh Muhammad Husnain Makhluf juga membantah dengan keras fatwa ini. Demikian pula ulama-ulama misalnya dari Saudi yang juga turut membantah.
Ada juga yang berhusnudzan –berbaik sangka kepada Syeikh Mahmud Syaltut, seperti Syeikh Muhammad Abdurrahman Bishar, bahwa yang dimaksud Syeikh Mahmud Syaltut dalam fatwa itu tidak seperti yang dimaksudkan oleh orang Syiah. Yang dimaksud Syeikh Mahmud Syaltut adalah yang sesuai dengan al-Qur`an dan Sunnah.
Syeikh Al-Qardhawi pun yang pernah dekat dengan Syeikh Mahmud Syaltut mempertanyakan dimana fatwa Syeikh Mahmud Syaltut dan dalam kitab apa?
Sedangkan Syeikh Al-Azhar (Muhammad Sayyed Ath-Thantawi) pernah menyatakan bahwa Al-Azhar tidak akan menerima Syiahisasi di negeri Mesir. Sebagai referensi juga, bisa dibaca dalam buku “Juhuud Ulamaa al-Azhaar” mengenai masalah Syiah. [ ]
Sejarah awal Syiah pernah kami bahas dI link ini.
https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2011/04/25/mengenal-syiah-lebih-dekat/
Dan perbedaan Aqidah Syiah dengan Ahlus Sunnah dalam masalah Alquran, Sahabat dab hadits, ada di link berikut.
https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2011/02/01/ajaran-syiah-yang-bertentangan-dengan-ajaran-ahlu-sunnah-wal-jama’ah-islam-tentang-sahabat-al-quran-dan-hadits-2/
Mungkin bisa dibahas juga, awal mula kesesatan syiah, dan perbedaan aqidah mereka
oke mas maturnuwun
Seberapa bahaya mazhab Syiah bg umat Islam sbnarnya?
Mhon bs djlaskan. Siapa tahu yg non muslim pun pengin tahu dan ingin bljar.