Menjaga Salat Berjamaah

Diceritakan oleh Sahl bin Saad, bahwasanya Rasulullah SAW pernah datang ke rumah Fathimah. Namun, beliau tidak mendapati Ali. Beliau pun bersabda, “Di mana putra pamanmu?” Fathimah menjawab, “Telah terjadi sesuatu antara aku dan dia. Ia marah, lalu keluar dan tidak qoilulah (tidur siang) di sisiku.”

Kemudian Nabi SAW berkata kepada seseorang, “Coba cari, di mana dia?” orang tersebut datang seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ia sedang tidur di masjid.” Nabi pun datang, dan saat itu Ali sedang berbaring. Sementara kainnya telah terjatuh dari sisinya dan debu telah mengenai dirinya. Nabi SAW membersihkan debu tersebut dan bersabda, “Bangunlah wahai Abu Turab, bangunlah wahai Abu Turab,” (Muttafaq alaih).

Saya ingin seperti Ali ra ketika masalah datang, yang menjadi tempat mengadunya adalah masjid, bukan tempat yang lain.

Berangkat ke Masjid, berjalan dan melihat sekitar di Perjalanan ke masjid membuat hati merefleksikan diri, bahwa banyak karunia Allah yang sudah diberikan yang jarang disyukuri, diantaranya nikmat ketika kita bisa Shalat ke Masjid, betapa banyak manusia yang tidak diberikan nikmat ini.

Ketika pulang ke rumah kecil, kita menjadi lebih lembut kepada istri, lebih memahami kesusahan dan perjuangan yang dilakukan istri untuk kita.

Dengan shalat berjamaah kebutuhan khusyu’ bagi masing-masing orang yang shalat dapat ditutupi oleh salah satu makmum yang bisa khusyu’, bila semua makmum tidak ada yang khusyu’ maka kebutuhan khusyu’ semua jamaah itu dicukupi oleh Imamnya. Maka shalat berjamaah memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk dikatagorikan sah dibanding shalat sendiri. Kalau shalat kita sah, Insya Allah shalat itu akan menjauhkan kita dari perbuatan yang tidak terpuji.

Baca juga:   Mengambil Hikmah dari Pandemi

Dalam Hadits lain terkait Shalat berjamaah, Nabi pernah menyatakan: Barangsiapa yang selalu menjaga shalatnya dengan berjamaah tidak akan terkena kefaqiran selamanya.

Arti fakir terdikotomi ke dalam fakir hati dan fakir harta. Untuk fakir harta, mungkin kita semua sudah memahaminya. Sementara mereka yang fakir hati adalah orang-orang yang selalu diliputi perasaan tidak puas atas apa yang ada dalam dirinya dan tidak mampu bersyukur.

Dengan selalu menjalankan shalat secara berjamaah, minimal dengan pasangan nikahnya sendiri, Allah melalui lisan Rasulullah memberikan jaminan terbebas dari kefakiran baik kefakiran harta maupun hati.

Semoga bermanfaat. []

Jumal Ahmad – Islamic Character Development

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *