Nasihat Kehidupan dari Malaikat Jibril

Home » Nasihat Kehidupan dari Malaikat Jibril

Dari Sahal bin Sa’ad, diriwayatkan bahwa Jibril datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata:

يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ، وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ

“Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, tetapi ingatlah bahwa kamu pasti akan mati. Cintailah siapa pun yang ingin kamu cintai, tetapi ingatlah bahwa kamu pasti akan berpisah dengannya. Berbuatlah sesukamu, tetapi ketahuilah bahwa kamu pasti akan menerima balasannya.”

Kemudian Jibril melanjutkan:

“Sesungguhnya kemuliaan seorang mukmin tergantung pada shalat malamnya. Dan harga diri seorang mukmin terletak pada ketidakbutuhannya terhadap apa yang dimiliki orang lain.” (HR. Thabrani dan al-Hakim dalam al-Mustadrak)

Al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah II/485 menyatakan bahwa hadis ini berstatus hasan karena adanya penguatan dari jalur-jalur riwayat lainnya.

Hadits ini berisi nasihat penting yang disampaikan oleh makhluk paling mulia di langit yang ditujukan untuk manusia terbaik di muka bumi, Nabi Muhammad ﷺ. Berisi prinsip-prinsip hidup yang bermanfaat untuk menjadi bahan renungan dan muhasabah.

Pesan Pertama: Hiduplah sesukamu, tapi ingat, engkau pasti akan mati

Kematian adalah sesuatu yang pasti, menjadi pintu gerbang menuju kehidupan berikutnya. Kehidupan di dunia ini akan menentukan baik atau buruknya kehidupan di akhirat. Oleh karena itu, kita harus mengoptimalkan waktu yang ada untuk mempersiapkan bekal bagi kehidupan abadi di akhirat.

Segala sesuatu di langit dan di bumi adalah milik Allah Azza wa Jalla. Kita hanya diberikan hak untuk menggunakannya sementara. Oleh karena itu, segala yang kita miliki (keluarga, harta, kendaraan, rumah, dll.) harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar memberikan manfaat bagi kehidupan kita di akhirat.

Setiap ucapan, tindakan, dan bahkan niat kita akan dicatat dan diberikan balasan di kemudian hari. Oleh karena itu, pastikan bahwa semua yang kita lakukan dilandasi niat karena Allah dan sesuai dengan syariat-Nya agar mendapatkan ridha-Nya.

Pesan Kedua: Cintailah siapapun yang kau kehendaki, tapi kau pasti akan berpisah dengannya.

Sejak lahir, kita tidak memiliki apa-apa. Kemudian, Allah menganugerahkan nikmat yang tak terhitung, termasuk rasa cinta.

Baca juga:   Manusia Bukan Batu

Hidup adalah ujian—ujian dalam menerima nikmat, juga ujian dalam menghadapi kesengsaraan. Cinta bisa menjadi sumber kebahagiaan, tetapi juga bisa mendatangkan kesedihan.

Sesuatu akan kuat jika bersandar pada yang kuat. Sebaliknya, akan mudah hancur jika bergantung pada sesuatu yang lemah. Begitu pula dengan cinta. Cinta yang hakiki harus dibangun di atas pondasi yang kokoh, bukan sekadar nafsu duniawi yang rapuh.

Setiap orang adalah budak bagi yang dicintainya. Atas nama cinta dia akan melakukan apapun agar yang dicintainya ridha kepadanya.

Semakin besar cinta seseorang kepada sesuatu, maka seperti itulah dia akan merasakan sakitnya ketika dia berpisah atau ditinggal oleh sang kekasih.

Pesan Ketiga: Berbuatlah sesukamu, tapi semua perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban.

Semenjak seorang anak masuk pada usia baligh, maka otomatis dia menjadi mukallaf. Mukallaf artinya terkena beban kewajiban, berarti setiap apapun yang dilakukan memiliki akan ada pertanggungjawabannya disisi Allah. Firman Allah;

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8)

Semua yang ada di jagad raya ini tidak akan pernah lepas atau luput dari pengamatan Allah. Apapun yang kita lakukan baik diketahui manusia ataupun secara sembunyi di dalam ruangan dengan tujuh lapis tembok atau di perut sekalipun Allah pasti akan tahu.

Pesan Keempat: Kemuliaan seorang mukmin itu ada pada bangunnya di malam hari dan keperkasaannya dilihat dari ketidakbutuhannya terhadap manusia.

Setelah kita pastikan bahwa semua yang wajib telah kita tunaikan, maka jangan pernah lupa untuk shalat malam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat di mana jika seorang hamba Muslim memohon kebaikan kepada Allah, baik dalam urusan dunia maupun akhirat, pasti Allah akan memberikannya. Waktu itu terdapat pada setiap malam.” (HR. Muslim)

Meskipun hanya dengan satu rakaat, kita dianjurkan untuk melaksanakan shalat malam, karena di sanalah letak kemuliaan seorang mukmin.

Harga diri seorang mukmin terletak pada ketidak butuhannya terhadap apa yang dimiliki orang lain. 

Itulah yang disebut dengan Zuhud, yaitu tidak bergantung pada apa yang dimiliki orang lain, tidak meminta-minta, serta tidak menunjukkan keinginan terhadap kepemilikan orang lain. 

Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama.

Sehebat apapun seseorang, ia tidak akan mampu beribadah dengan baik tanpa rahmat Allah. Oleh karena itu, kita harus terus meminta kepada Allah, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun orang-orang di sekitar kita, agar selalu diberikan petunjuk dan perlindungan.

Baca juga:   Kiat Membentuk Interaksi Intensif dengan Anak

Mengetahui siapa diri kita sebenarnya, tanyakan kepada orang-orang terdekat. Kenalilah diri sendiri dengan melihat orang-orang di sekitar kita, seperti keluarga, sopir, pembantu, anak, dan istri. Mereka adalah cermin yang dapat mencerminkan siapa kita sebenarnya.

Orang yang sukses dalam usahanya biasanya memiliki hubungan yang baik dengan istrinya. Namun, ada juga yang tampak baik di hadapan orang lain karena alasan bisnis, tetapi hubungannya dengan istri tidak harmonis. Hal ini menunjukkan bahwa seringkali kita tidak menyadari siapa diri kita yang sesungguhnya.

Jiwa Manusia

Ekspresi dan sikap kita adalah gambaran dari kondisi jiwa kita.

Jika hati dipenuhi rahmat, maka yang keluar pun adalah rahmat. Cara menilainya adalah dengan melihat bagaimana kita bereaksi dalam situasi sulit, seperti saat marah atau menghadapi konflik.

Dari sana, kita dapat memahami apakah jiwa kita telah mencapai ketenangan (mutmainnah) atau masih dipenuhi kecenderungan duniawi.

Syaitan memiliki trik untuk menjadikan hal negatif tampak positif. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 39.

Syaitan berjanji akan memperindah keburukan agar manusia tertipu. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki keimanan sejati akan mampu merasakan dan menghindari hal-hal yang tidak baik.

Namun, bagaimana jika kita sudah melaksanakan shalat tetapi masih sulit meninggalkan kemaksiatan?

Jawabannya adalah teruslah meminta pertolongan kepada Allah. Jangan pernah berhenti berdoa, meskipun kita merasa sudah baik, anak-anak kita sudah baik, dan keluarga kita sudah berada di jalan yang benar. Sebab, hidayah adalah sesuatu yang harus selalu kita mohonkan kepada Allah.

Tanda-tanda keimanan bisa kita rasakan dalam keseharian. Jika kita merasa nyaman berada di tengah-tengah orang-orang saleh, itu pertanda bahwa hati kita condong kepada kebaikan. Sebaliknya, jika kita lebih menikmati berkumpul dengan teman-teman yang gemar bermaksiat dan merasa tidak betah di lingkungan orang-orang saleh, itu bisa menjadi alarm bagi kondisi keimanan kita.

Keinginan kita sering kali terlihat baik menurut kacamata kita sendiri, tetapi kita tidak selalu tahu apakah jiwa kita sedang dikendalikan oleh kecenderungan fujur (maksiat) atau taqwa (ketaatan). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa menumbuhkan keimanan, mencintai kebaikan, dan memiliki kepekaan terhadap kondisi spiritual kita sendiri.

Jika kita merasa nyaman berada di tengah orang-orang shalih dan tidak betah dalam lingkungan kemaksiatan, itu tanda bahwa kita memiliki keimanan. Namun, jika kita lebih menikmati lingkungan yang penuh kemaksiatan, maka kita harus segera memohon perlindungan dan hidayah kepada Allah.

Baca juga:   Hukum Membaca Tasbih Lebih dari 3 Kali dalam Ruku' dan Sujud

Doa Menumbuhkan Keimanan

Dunia ini dihiasi seindah indahnya oleh syetan, maka manusia lebih mencintai akhirat dari dunia. Maka disunahkan untuk menumbuhkan kebaikan dan menghidupkan hati untuk berdoa dengan doa berikut:

Pertama, doa agar hati mencintai iman dan membenci kekufuran.

اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ

Ya Allah, jadikan kami cinta kepada keimanan dan hiaskanlah pada hati-hati kami, dan bencikan diri kami terhadap kekufuran, kefasikan serta kemaksiatan dan jadikan kami termasuk orang yang lurus.” (HR. Ahmad)

Kedua, Memohon agar Hati tidak Melenceng

Hati berpotensi cenderung dari petunjuk kepada kesesatan, dari kebenaran kepada kebatilan. Karenanya, penting atas kita meminta kepada Allah agar meneguhkan hati ini di atas petunjuk dan tidak menjadikannya condong kepada kesesatan.

Sebagaimana doa para ulama yang mendalam ilmunya yang dikisahkan dalam Al-Qur’an:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 8)

Ketiga, Memohon Keteguhan Hati

Doa yang paling sering dibaca Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar hati teguh di atas agama; sebagaimana hadits dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agamaMu.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi)

Anas berkata: maka kami bertanya, “Ya Rasulallah, kami telah beriman kepadamu dan agama yang engkau bawa; apakah engkau mengkhawatirkan kami (menyimpang,-pent)? Beliau menjawab: ya, karena sesungguhnya hati itu berada di antara dua jari dari jari jemari Allah ‘azza wa jalla dan Dia akan membolak-balikkannya.” (HR. Ahmad)

Keempat, Memohon Keteguhan Hati untuk Taat

Hati adalah komandan bagi jasad. Jasad tidak akan menjalankan ketaatan kecuali dengan perintah hati.

Karenanya, kita diperintahkan berdoa agar hati ini diarahkan kepada ketaatan.

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Ya Allah, Dzat yang mengendalikan hati, arahkan hati kami untuk ketaatan kepadaMu.” (HR. Muslim)

Kelima, Memohon Cahaya untuk Hati

Hati kita senantiasa membutuhkan cahaya. Karenanya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berdoa di shalat malamnya agar Allah meletakkan cahaya pada hatinya. Dan doa ini berlaku juga untuk kita.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا

“Ya Allah, jadikan cahaya di hati kami.” (Muttafaq ‘Alaih dari jalur Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu)

Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *