Dr. Ahmad bin Abdullah Az-Zahrani menyebutkan bahwa Tafsir Maudhu’I adalah ‘mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang punya satu tema dengan pendekatan yang terinci dan sempurna dengan memperhatikan ayat yang pertama dan yang terakhir, dibantu dengan sebab turunnya ayat, hadits Nabi dan perkataan salaf yang berhubungan dengan tema”.
Selanjutnya beliau menyebutkan beberapa faidah dari tafsir maudhu’I yaitu:
- Termasuk dalam menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran karena jika ada ayat yang mutlak di suatu tempat akan di taqyid di tempat lain dan jika ayat yang ringkas di suatu tempat akan diperinci di tempat yang lain.
- Mengetahui keagungan Al-Quran dengan cakupan bahasannya yang bermacam-macam dan mengetahui syariat-syariat Allah yang menerangi kehidupan.
- Menjelaskan macam-macam pentunjuk dalam Al-Quran melalui tema-tema yang dibahas.
- Berkarakter dengan akhlaq Al-Quran
- Menambah iman
- Membangun pemahaman yang benar tentang Al-Quran
- Menelaah uslub-uslub Al-Quran yang bermacam-macam
- Mengumpulkan ayat-ayat yang tersebar di Al-Quran yang punya tema dan pembahasan yang sama dalam satu tempat lalu mempelajarinya lebih dalam
- Menghilangkan kontradiksi antara ayat-ayat dalam Al-Quran
Cara Menulis Tafsir Maudhu’i
Peneliti tentang Tafsir Maudhu’I menyebutkan bahwa dalam membahas atau menulis metode ini ada dua cara dan juga punya metode sendiri.
Cara Pertama
Peneliti melihat satu surat Al-Quran dari awal sampai akhir sebagai sebuah fikiran dan tema yang satu, dari tema tersebut dibuat sub tema yang bermacam-macam. Misalnya Surat Al-Munafiqin, Tema: Kebohongan Orang Munafik dan Bahayanya. Beberapa sub tema yang bisa dibuat seperti.
- Kedustaan orang-orang munafik.
- Orang munafik menghalangi jalan Allah dan menolak hidayah
- Orang munafik berkhianat terhadap islam
- Peringatan bagi orang beriman agar tidak terjerumus dalam sifat munafik.
Cara Kedua
Peneliti mengumpulkan ayat-ayat dalam Al-Quran yang mempunyai satu tema pembahasan dan membahasnya dengan sempurna dengan memperhatikan sebab turun ayat agar diketahui mana yang awal turun dan mana yang akhir dengan bantuan hadits Nabi dan perkataan salaf shalih.
Maka ada beberapa metode yang mesti diperhatikan ketika ingin menulis tafsir dengan cara ini yaitu:
- Memilih tema yang sesuai.
- Mengumpulkan ayat-ayat yang sesuai.
- Dibuat urut sesuai sebab turunnya ayat agar diketahui mana yang awal turun dan mana yang akhir.
- Memberikan penjelasan yang tuntas, menyingkap makna yang tersembunyi, mengikat antar ayat yang terkait, menjelaskan tentang ikhtilaf, kontradiksi, nasikh mansukh, aam dank has, mutlak, muqayyad, mujmal dan mufasaar.
- Menggunakan hadits nabi yang shahih karena hadits nabi akan menjelaskan yang masih mujmal (global), menafsirkan yang masih musykil, mentaqyid yang mutlak dan men-takhsis yang masih umum.
- Dalam semua bahasan gunakan pemahaman salaf yang benar sesuai nas Al-Quran dan Hadits, tidak memaksakan akal dan ijtihad pribadi kecuali telah sempurna syarat-syarat keahlian.
Yup, saya cukupkan dulu pembahasan Tafsir Maudhu’I sampai disini, masih banyak yang belum dibahas lho…tunggu ya postingan selanjutnya.
Sumber:
At-Tafsir Al-Maudhu’I Lil Quranil Karim wa Namazij Minhu oleh Dr. Ahmad bin Abdullah Az-Zahrani.
[…] Tafsir maudhu’i (tematis), artinya mufassir tidak memulai dari surat pertama sampai surat ke-114, melainkan memilih satu tema dalam al-Qur’an untuk kemudian menghimpun seluruh ayat Qur’an yang berkaitan dengan tema tersebut baru kemudian ditafsirkan untuk menjelaskan makna tema tersebut. […]