Tentang Penjagaan Allah Swt Terhadap Al-Quran

Termasuk bukti dari benarnya nabi saw adalah terjaganya al-Quran yang diturunkan kepada nabi muhammad saw, tidak ada kitab samawi yang penjagaannya demikian ketat seperti pada al-Quran karena Allah-lah yang menjaganya, anak kecil dalam TPA mereka dan para qurra; di masjid-masjid dan para ulama di ma’had-ma’had.

Dan benarlah perktaan al-Baahi yang mengatakan: “kitab kita dijaga oleh tua dan muda, tidak mungkin terkurangi dan ditambah, orang yang membacanya di timur sama dengan yang membaca di barat tanpa ada sama sekali kekurangan, perbedaan dalam harakat dan titik.”

Tadabbur al-Quran

Al-Quran diturunkan untuk dibaca dan selanjutnya diamalkan, Allah berfirman: “ Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya.” Dan amalan tidak akan menjadi sempurna kecuali dengan mengamalkannya, sebagaimana firman Allah: “Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”

Dan kita lihat pada masa ini, umat islam banyak lemah dari mentadabburi al-Quran karena mereka meninggalkan amal, lalu bagaimana mereka bisa faham serta akan hidup hati mereka jika mereka meninggalkan amal?.

Umat hari ini harus memberikan perhatian agar tidak menjauhi al-Quran karena hal ini akan menjadi sebab tertutupnya hati, sebagaimana firman Allah: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?.”

Dan meninggalkan tadabbur adalah awal sebab sulitnya beramal dengan al-Quran sedangkan Allah swt telah memudahkanya untuk dijadikan pelajaran, Allah swt berfirman: “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”

Baca juga:   Tafsir Nabawi
menjadi hafidz al quran

Istimbath Hukum dan Faidah-faidah dari al-Quran

Ilmu tafsir adalah ilmu yang mulia karena ia adalah ilmu tentang perkataan Allah, di dalamnya terdapat banyak faidah yang bisa diketahui oleh orang-orang yang diberikan Allah kekuatan istimbath dan kefahaman atau orang yang diberi hidayah oleh Allah dengan kemampuan untuk menelaah kitab-kitab ulama dalam masalah ini, dan setiap bertambah telaahnya akan bertambah pula imannya, sebagaimana firman Allah:

“Dan apabila diturunkan suatu surat, Maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?” adapun orang-orang yang beriman, Maka surat Ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.” Ibnu Mas’ud berkata: “Barangsiapa yang ingin ilmu maka pelajarilah al-Quran, karena di dalamnya terdapat ilmu orang terdahulu dan akan datang.” (zuhd: 814)

Macam-macam Tafsir

Metode tafsir bermacam-macam, ada yang sandarannya akal, bahasa, isyarat tersembunyi dan makna batin, dan cara yang selamat adalah dengan mengikuti atsar, yaitu menafsirkan dengan al-Quran, hadits, perkataan sahabat serta kemampuan bahasa arab, dan orang yang telah mengumpulkan keempat hal ini akan selamat secara fiqih dan aqidah.

Ada juga mufasir yang khusus tentang ilmu kauni yang sekarang dikenal dengan nama ‘I’jaz ilmi’ sampai shalat ia artikan dengan olah raga, sehingga hilanglah rasa khusyu’ dan ibadah kepada Allah. Dan terkadang mufasir tersebut mempunyai aqidah khurafat sehingga ia memasukkan dalam tafsirnya hal-hal yang aneh.

Dalam kitab at-Tibyan fi Aqsam al-Quran disebutkan tentang pokok-pokok dalam tafsir, yaitu

  1. Tafsir lafzi, banyak dilakukan mutaakhirin
  2. Tafsir maknawi, banyak oleh salaf

Tafsir isyarat dan qiyas, banyak dilakukan oleh orang sufi, hukumnya boleh jika memenuhi syarat-syarat ini:

  • Tidak bertentangan dengan makna ayat
  • Maknanya sendiri sudah benar
  • Ada petunjuk dalam lafaz tersebut
  • Ada keterikatan antara keduanya
Baca juga:   Mengenal Sejarah Tafsir Islam

Macam-macam cara istimbath yang dilakukan oleh para ulama:

Seseorang mengatakan: “Saya telah mengumpulkan ayat-ayat yang berkenaan ilmu dan amal.” Atau mengatakan: “saya mengumpulkan ayat tentang rukum iman yang enam.” Atau mengatakan: “Saya mengumpulkan ayat tentang hak-hak Allah dan hamba-Nya.” Atau mengatakan: “saya mengumpulkan ayat tentang peringatan terhadap penyakit subhat dan syahwat.”

Berpegangan pada qorinah atau tujuan yang cakupannya universal, seperti tafsiran Ibnu Abbas tentang surat an-Nashr sebagaimana disebutkan dalam riwayat Bukhari no: 4294

Mengumpulkan ayat-ayat yang masih dalam satu pembahasan agar bisa menemukan hukum yang masih tersembunyi, seperti dalam QS al-Ahqaf: 15 dan QS al-Baqarah: 233, dimana para ulama menyimpulkan dari kedua ayat ini bahwa batas minimal waktu melahirkan adalah enam bulan.

Dengan melihat alur ayat sebelum atau sesudahnya, Muslim bin Yasar berkata: “jika engkau berbicara tentang ayat Allah, maka berhentilah sehingga engkau melihat ayat yang sebelum dan sesudahnya.” Dan akibat tidak memperhatikan masalah ini bisa menyebabkan seseorang masuk pada jurang kebid’ahan atau salah faham seperti yang terjadi pada kaum khawarij.

Contoh Tafsir Isyarat yang menyeleweng

“Dan (ingatlah), ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu Ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud.”. mereka mengatakan makan ayat ini secara zahir adalah ka’bah dan secara batin adalah hati orang yang beriman

“Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, Maka tanggalkanlah kedua terompahmu; Sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.”. makna batinnya adalah dua hal yaitu dunia dan akhirat

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu[1223]., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”. ada yang menafsirkan bahwa Muhammad bukanlah nabi terakhir, karena makna khatam disitu adalah az-zinah atau perhiasan

Baca juga:   Menjadi Keluarga Allah

“Dan (ingatlah), ketika Musa Berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.” mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”. Sapi disitu artinya Aisyah

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya Kemudian bertemu,” maknanya adalah Ali dan Fatimah.

Lihat lengkapnya artikel kami tentang Bentuk bentuk Tafsir Alquran berikut;

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *