Mudahnya akses untuk menikmati siaran televisi Indonesia bagi para pemirsa Muslim di Thailand selatan, terutama Narathiwat yang memiliki jumlah penduduk Muslim terbanyak, menyebabkan mereka ikut memantau dan juga membicarakan trending topik yang tengah terjadi di Indonesia, termasuk masalah video porno artis dan juga masalah politik. Ini membuat prihatin para ulama dan pemuka masyarakat setempat yang berharap agar televisi Indonesia mengaganti tayangan seperti itu dengan yang lebih mendidik Kepada wartawan, ulama dan pemuka masyarakat di salah satu provinsi bergolak Thailand selatan itu menyatakan keprihatinannya atas tayangan tayangan televisi Indonesia yang akhir-akhir ini lebih menonjolkan gosip-gosip yang berbau sex (kasus video porno artis) juga masalah politik dalam negeri.
Hal itu di ungkapkan oleh salah seorang ulama yang juga pejabat Majelis Agama Islam di Narathiwat, Abdul Rahman Bulajama.
“Umat Islam di sini merasa senang bisa mendapat siaran televisi dari sejumlah stasiun di Indonesia, namun saya ingin menyampaikan saran dari sebagian kalangan ulama dan pemuka masyarakat di Narathiwat agar televisi Indonesia mengurangi isu-isu seks seperti Ariel,” kata Bulajama.
Dia merujuk pada gencarnya tayangan infotainment dan berita televisi atas skandal video seks yang melibatkan vokalis grup “Peterpan” itu bersama dengan dua artis, Luna Maya dan Cut Tari.
..Umat Islam di sini merasa senang bisa mendapat siaran televisi dari sejumlah stasiun di Indonesia, namun saya ingin menyampaikan saran dari sebagian kalangan ulama dan pemuka masyarakat di Narathiwat agar televisi Indonesia mengurangi isu-isu seks seperti Ariel,
Gara-gara seringnya televisi Indonesia menayangkan skandal itu, pemirsa di Narathiwat pun ikut menggunjingkannya.
“Itu tidak baik bagi akhlak dan ini menjadi keprihatinan bagi pemuka setempat. Jadi kurangilah tayangan seks dan debat politik yang tidak ada gunanya,” kata Bulajama, yang menjadi pejabat bagian Surat Pengesahan Nikah di Majelis Agama Islam Narathiwat.
Abdul Rahman Bulajama yang merupakan Alumnus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu mengaku selalu menyampaikan pesan itu setiap kali bertemu wartawan Indonesia yang berkunjung ke Narathiwat.
“Minggu lalu saya telah menyampaikan pesan yang sama kepada wartawan stasiun televisi yang tengah berkunjung,”
Karena itu, dia menyarankan agar stasiun televisi di Indonesia menayangkan acara-acara keagamaan ketimbangkan menonjolkan skandal seks. “Bila dilihat setiap hari, acara keagamaan di televisi Indonesia hanya muncul pada saat salat Subuh dan Maghrib,” kata Bulajama.
“Saya kira banyak tokoh agama di Indonesia yang bisa dijadikan teladan untuk disiarkan. Jadi, jangan hanya banyak siaran agama pada saat bulan Ramadhan. Setelah itu susah menemukannya,” kata Bulajama. (voa-islam)