Abu Hurairah: Gudang Perbendaharaan Hadis Pada Masa Wahyu

Abu Hurairah – Tidak asing lagi dikalangan umat ini, tentang sahabat yang sangat erat dengan dunia periwayatan hadits dan beliau pula diantara para sahabat yang paling banyak meriwayakan hadits Rosulullah saw, dialah Abu Hurairah ra.

Artikel ini pertama kali terbit pada tahun 2010 yang lalu, seiring waktu, keterangan dan referensi akan saya tambahkan. Semoga menjadi amal jariyah kami di akhirat.

Asal Usul Gelar Abu Hurairah

ِAbu Hurairah adalah salah satu Sahabat Nabi yang tidak diketahui dengan pasti namanya dan nama bapaknya, sehingga menimbulkan perbedaan pendapat yang sangat banyak, yang tidak akan didapatkan pada orang selainnya. Hal ini sangat ajaib, dimana orang Arab dikenal sangat mengetahui nasab mereka, hal ini pula yang membuat orang semakin ingin tahu peribadi dari gudang perbendaharaan hadis Nabi pada masa wahyu.

Ibn ʿAbd al-Barr dalam Al-Istīʿāb fī Maʿrifah al-Aṣḥāb dan Ibn Ḥajar dalam Al-Ishabah 7: 351. Para peneliti biografi perawi hadis mendapatkan 20 nama dari Abu Hurairah. Nama yang disandang beliau pada masa jahiliyah adalah Abdu Syamsi, ada yang mengatakan Amir, Abdu Ghanam. Setelah beliau masuk Islam, Allah SWT memuliakan dirinya dengan bertemu Rasulullah Saw. Kemudian Rasulullah Saw mengganti namanya dengan Abdurrahman.

Adapun gelar Abu Hurairah adalah sebagai kuniyah baginya karena kegemarannya bermain dengan anak kucing atau banyaknya kucing yang beliau jaga dan pelihara. Diceritakan pada suatu masa ketika Abu Hurairah ra bertemu Rasullullah saw dia ditanyai tentang apa yang ada dalam lengan bajunya. Apabila dia menunjukkan anak kucing yang ada dalam lengan bajunya, lantas dia diberi gelar Abu Hurairah ra oleh Rasullullah saw. Semenjak itulah, dia lebih suka dikenali dengan gelaran Abu Hurairah ra.

Masuk Islamnya Abu Hurairah ra

Abu Hurairah ra memeluk Islam pada tahun ke-7 Hijriyah ketika Rasulullah saw berada di Khaibar, ia memeluk Islam dengan perantaraan tangan Thufail bin Amru Ad-Dausiy. Semenjak ia bertemu dengan Nabi saw, ia mendekat Nabi untuk intensif belajar dan hampir-hampir tidak pernah berpisah darinya kecuali pada saat-saat tertentu seperti waktu tidur.

Begitulah kehidupannya selama kurang lebih empat tahun dalam menemani Rasulullah saw. Dan karena itulah, beliau mempunyai perbendaharaan yang sangat menakjubkan dalam meriwayatkan hadits.

Mengapa Abu Hurairah ra paling banyak meriwayatkan Hadis

Satu tweet muncul pada tanggal 25 November 2022 yang membuat ramai jagat twitter karena seorang profesor dari American Islamic Colleg bernama Shabana Mir yang menyebut dirinya sebagai Feminis Sufi, menyitir tulisan Khaled Abou El Fadl, “Speaking in God’s Name,” Ch.7 yang menyebut Abu Hurairah baru masuk Islam 3 tahun sebelum kematian Nabi tetapi meriwayatkan begitu banyak hadits sehingga beberapa Sahabat terkemuka menegurnya.

Muhammad Ziyad Batha dalam makalah berjudul ‘Abū Hurayrah (d. 58/678) Was he Truly the Largest Single Source for Ḥadīths?’. Membahas masalah ini, bagaimana secara logis Abu Hurairah mampu meriwayatkan sejumlah besar hadis, 5374 riwayat hadis menurut hitungan populer, meskipun hanya menghabiskan tiga/empat tahun bersama Nabi.

Baca juga:   Alasan Dijadikannya Hadis Ahad Sebagai Hujjah

Syaikh Muhammad Ziyad Batha memberikan beberapa teori yang memecahkan kebuntuan pertanyaan di atas.

1.Abu Hurairah berjaya mengumpulkan sejumlah besar hadis dengan mencarinya dari Para sahabat yang telah mendahuluinya dalam Islam.

Ini ditunjukkan oleh fakta bahwa banyak narasi Abū Hurayrah diawali dengan kata-kata ‘Rasulullah bersabda (qāla rasūl Allāh)’ alih-alih ‘Aku mendengar Rasulullah bersabda (samiʿtu rasūl Allāh yaqūl). Dengan cara ini, dia menghilangkan orang yang sebenarnya dia dengar dan lapor secara langsung dari Nabi. Praktik ini dalam terminologi ḥadīth yang dikenal sebagai IRSĀL. Irsal berarti al-ithlaq (melepaskan), isim maf’ulya Mursal. Seorang pelaku irsal (mursil) membiarkan sanad tidak bersambung.

Bentuk yang jelas dari bukti bahwa Abū Hurayrah terlibat dalam praktik ini adalah fakta bahwa
ia meriwayatkan tradisi yang berisi putusan-putusan yang ditetapkan sebelum ia telah bergabung dengan Nabi SAW tetapi kemudian dibatalkan, seperti hadis tentang memulai Puasa dalam Keadaan Janābah. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang ia dengar dari Sahabat lain yang mendahului Islamnya (dikenal dengan Mursal al-Saḥābī) dimana Abu Hurairah mendengar dari riwayat Āʿishah dan Umm Salamah.

Ahda Bina A, Lc dalam artikel di websitenya tentang hadis Mursal Sahabi menyebutkan keterangan para ulama tentang definisi Mursal Sahabai yaitu:

ما أخبر به الصحابي عن قول النبي صلى الله عليه وسلم أو فعله، ما لم يسمعه منه، أو لم يشاهده مباشرة، إما لصغر سنه، أو لتأخر إسلامه، أو لغيابه من مجلسه، وإنما رواه سماعا من غيره من الصحابة، دون ذكر ذلك الصحابي في السند.

Hadits yang disampaikan oleh seorang shahabat tentang perkataan atau perbuatan Nabi Muhammad Saw. Di mana shahabat itu tidak mendengarnya secara langsung dari beliau. Tidak pula melihatnya sendiri. Karena dia masih kecil, belum masuk Islam, atau pas tidak bersama beliau. Jadi shahabat itu memperoleh hadits tersebut dari shahabat yang lain. Tapi dia tidak menyebutkan nama shahabat yang lain itu dalam sanad.

Hadits Mursal Shahabi termasuk hadits yang shahih. Karena seluruh shahabat dinilai sebagai perawi yang adil. Hal itu berdasarkan keterangan beberapa hadits yang memuji-muji tentang keistimewaan para shahabat secara umum.

Ditambah berbagai keunggulan para shahabat secara umum sebagai pembela dakwah Islam bersama Rasulullah Saw. Sebagai pribadi-pribadi yang memperoleh tempaan secara langsung dengan tangan beliau sendiri.

2. Abu Hurairah ra berjaya meriwayatkan banyak hadits disebabkan beliau sentiasa berdampingan dengan Rasulullah selama tiga/empat tahun, selepas memeluk Islam.

Abū Hurayrah ra mendedikasaikan sepenuh hidupnya untuk menghafal hadis Nabi selama bertahun-tahun ia menemani Nabi. Dia pun menjadi anggota Ahlu Suffah sehingga dia tidak
memiliki tanggung jawab bisnis atau keluarga yang dapat mengalihkan perhatiannya dari usaha menghafal tradisi.

Ini sebagaimana yang di riwayatkan olehnya : “… sesungguhnya saudara kami dari golongan Muhajirin sibuk dengan urusan mereka di pasar sedangkan  orang-orang Ansar sibuk bekerja di ladang mereka sementara aku seorang yang miskin sentiasa bersama Rasulullah saw ‘Ala Mil’i Batni. Aku hadir di majlis yang mereka tidak hadir dan aku hafal pada masa mereka lupa.” (Al-Bukhari).

Baca juga:   Yahudi Berlomba Tanami Pohon Gharqad

Ini adalah faktor yang cukup besar yang membedakan Abu Hurairah dari Sahabat lain yang memiliki tanggung jawab sehari-hari yang
tidak akan membiarkan mereka fokus pada tugas ini dengan cara yang sama seperti Abu Hurairah.

3. Abu Hurairah ra termasuk salah seorang sahabat Nabi yang mempunyai bakat-bakat istimewa. Beliau mempunyai kemampuan dan kekuatan yang luar biasa dalam hal hafalan dan ingatan.

Kelebihan yang dimilikinya bisa menangkap apa yang didengarnya sedang ingatannya sangat kuat untuk menghafal dan menyimpan. Didengarnya, ditampungnya lalu terpatri dalam ingatannya hingga dihafalnya, hampir tak pernah dia melupakan apa yang telah didengarnya, sekalipun usianya semakin bertambah. Itu terjadi setelah Allah mengabulkan do’a Rasulullah saw untuk Abu Hurairah ra supaya diberi kelebihan dalam menghafal.

Walaupun demikian, dulunya Abu Hurairah ra mempunyai ingatan yang lemah lalu beliau mengadu kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah saw mendoakan secara gestur simbolis memberikan keberkahan atas ingatannya sehingga tidak akan lupa dari hadis yang dihafalnya. Semenjak hari itu Abu Hurairah dikaruniai dengan daya ingatan yang kuat yang membolehkan beliau meriwayatkan jumlah hadis terbanyak di kalangan para sahabat.

Meskipun informasi keberkatan Nabi atas Abu Hurairah ini terdapat dalam Ṣaḥīh al-Bukhārī, beberapa sumber barat seperti dalam Encyclopaedia of Islam yang diedit oleh P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs, meragukan keaslian laporan ini dengan mengemukakan bahwa tidak mungkin untuk membuktikan ini benar terjadi atau hanya diciptakan untuk mengatasi kecurigaan banyak orang mengenai Abū Hurairah.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa Abū Hurayrah masih dicap sebagai yang paling banyak hafalan (aḥfaẓ) di kalangan Sahabat oleh para ulama dari generasi awal seperti al-Shāfiʿī
(w. 204/820), al-Aʿmash (w. 148/765), al-Bukhārī (w. 256/870), dan banyak lainnya.

Disebutkan juga bahwa Khalifah Marwān ibn al-Ḥakam pernah memanggil Abu Hurairah dan menempatkan juru tulis di balik tirai dengan instruksi untuk menuliskan apa pun yang disampaikan Abū Hurayrah. Setahun kemudian, Marwān memanggil Abū Hurayrah lagi dan memintanya untuk mengingat hadis yang sama yang telah dicatat oleh juru tulis. Dan tidak ada satu katapun yang terlupa.

Tuduhan-tuduhan kepada Abu Hurairah ra

Sewaktu datang para pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membuat hadits-hadits bohong, seolah-olah datang dari Rosulullah saw. Mereka memperalat dan menyalahgunakan nama Abu Hurairah dalam periwayatan hadits-hadits palsu itu.

Dengan kelakuan mereka ini, hampir-hampir Abu Hurairah ra diragukan tentang kelebihannya dalam meriwayatkan hadits. Sampai-sampai Khalifah Umar bin Khattab ra pernah melarang Abu Hurairah ra untuk menyampaikan hadits dan hanya membolehkannya menyampaikan ayat Al-Quran. Hal itu disebabkan karena tersebarnya khabar angin tersebut.

Larangan khalifah baru dibatalkan setelah Abu Hurairah ra mengutarakan hadits mengenai bahaya hadits palsu.

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

“Barangsiapa yang berdusa terhadap saya dengan sengaja, maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di dalam api neraka.” (Al-Bukhari, Muslim, Ibnu Hibban, Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad)

Penolakan Orientalis dan Syi’ah terhadap Hadis riwayat Abu Hurairah ra

Diantara golongan yang mempertikaikan tentang kesahihan hadits-hadits yang disampaikan oleh Abu Hurairah ra adalah golongan orientalis barat yang telah membuat kritikan terhadap hadits dan para perawinya termasuk Abu Hurairah ra.

Tuduhan mereka kepada beliau telah mempengaruhi beberapa penulis Islam seperti Ahmad Amin dan Mahmud Abu Rayyuh untuk mengkritik kedudukan Abu Hurairah sebagai perawi hadits. Tuduhan-tuduhan ini telah disanggah oleh Mustafa As-Sibai dalam al-Sunnah wa-makanatuha fi al-Tashri` al-Islami halaman 273-283 (baca nota buku ini di link ini)

Selain dari golongan ini, terdapat juga kritikan yang kuat daripada golongan Syiah. Diantara sebab-sebab yang memungkinkan kaum syi’ah menolak hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah ra adalah:

  1. Abu Hurairah ra merupakan penyokong Ustman bin Affan ra.
  2. Beliau ra pernah menjadi pegawai dinasti Umayah.
  3. Beliau ra tidak meriwayatkan hadits yang menyatakan pujian atau pengistimewaan kepada Ali ra.

Jabatannya Sebagai Gubernur

Pada masa pemerintahan Umar bin Khathab ra, Abu Hurairah ra diangkat menjadi gubernur Bahrain. Sebagaimana diketahui bahwa Umar adalah orang yang sangat keras dan teliti. Apabila dia menangkat seseorang menjadi pegawainya sedang orang itu hanya mempunyai dua pasang pakaian, maka ketika orang yang diangkat melepaskan jabatannya, ia harus mempunyai dua pasang pakaian pula. Kalau ada kelebihan harta baginya maka ia akan menerima introgasi dari Umar walaupun dengan jalan yang halal.

Baca juga:   Adab Pelajar Ilmu Hadits

Hal demikian juga dialami oleh Abu Hurairah ra, ia dipanggil ke Madinah untuk diintrogasi yang akhirnya Umar ra mencopot jabatannya karena tuduhan mengumpulkan harta negara. Akan tetapi, pada suatu saat Umar ra kembali memanggilnya dan menawarkan kepadanya jabatan yang baru. Namun Abu Hurarah ra tidak menerima tawarannya dan meminta maaf atas hal itu. Alasan Abu Hurairah ra adalah supaya kehormatannya tidak sampai tercela, hartanya tidak dirampas, dan pungungnya tidak dipukul. Dan juga karena ketakutannya kepada Allah ketika memutuskan sesuatu tanpa ilmu dan berbicara tanpa rasa kasihan.

Wafatnya Abu Hurairah ra

Di kota yang penuh cahaya (Al-Madinatul Munawwarah), dia mengembuskan nafas terakhirnya pada 58 atau 59 Hijriyah. Ketika itu usianya dalam 78 tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi’.

Peninggalan Abu Hurairah ra sebanyak 5.374 Hadis?

Jumlah hadits yang dikumpulkan Abu Hurairah ra sebanyak 5.374 hadits, berdasarkan perhitungan dari kitab Musnad Baqi’ bin Makhlad Al-Andalusi, J. Robson dalam buku Encyclopedia of Islam menyebut jumlah angka 3.500 hadis. Jumlah paling banyak diantara jumlah yang dikumpulkan sahabat-sahabat yang lain.

Hadits Abu Hurairah r.a. yang disepakati Imam Bukhari dan Muslim berjumlah 325 hadits, oleh Bukhari sendiri sebanyak 93 hadits sedangkan oleh Muslim 189 hadits. Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah ra juga terdapat dalam kitab-kitab hadits lainnya, seperti Muwatth’ ibnu Malik yang terdapat 2218 hadis dengan pengulangan.

Syaikh Ziyad Bathha melakukan penghitungan secara matematis, dengan kehidupan Abu Hurairah yang fokus belajar. Jika kita membuat perhitungan sederhana tentang jumlah hari dalam tiga tahun dibagi dengan jumlah total hadis yang diriwayatkan oleh Abū Hurayrah, rata-rata sekitar satu hadis per hari. Bahkan dengan mempertimbangkan berbagai rantai hadis yang identik/serupa (Mutābaʿāt dan shawāhid) masih rata-rata sekitar 3,5 hadis per hari.

Maka hafalan 5 ribu hadis Abu Hurairah dalam waktu tiga tahun merupakan hal yang lumrah, Ust. Muhammad Raihan, dai dari Singapura juga memberikan keterangan yang jelas bahwa aneh jika kita anggap kemampuan Abu Hurairah menghafal 5 ribu hadis sebagai hal yang tidak mungkin, sementara hari ini bisa kita dapatkan seseorang yang menghafap ratusan bahkan ribuan hadis dalam satu tahun.

Sumber:

Muhammad Ziyad Batha, ‘Abū Hurayrah (d. 58/678) Was he Truly the Largest Single Source for Ḥadīths?’, https://siblingsofilm.com/abu-hurayrah-and-hadith/, diakses pada 28 November 2022

Ahda Bina, Lc, Hadits Mursal Shahabi: Pengertian, Contoh, Dan Statusnya, link: https://www.ahdabina.com/hadits-mursal-shahabi/, diakses pada 28 November 2022

Blog Bahasa Waktu, Menepis Tuduhan Kalangan Syiah terhadap Abu Hurairah, Link: https://bahasawaktu.wordpress.com/2016/07/13/menepis-tuduhan-tuduhan-syiah-terhadap-abu-hurairah/, diakses pada 28 November 2022

Jumal Ahmad | ahmadbinhanbal.com

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *