Salah satu kemampuan penting yang harus kita ajarkan kepada anak-anak, peserta didik, atau murid-murid kita adalah self-regulation atau regulasi diri. Dalam artikel singkat ini, saya akan menyampaikan penjelasan dasar tentang regulasi diri yang diambil dari buku saya, “Self-Regulation dan Self-Regulated Learning dalam Pendidikan Islam.”
Dalam KBBI, diri berarti “seorang,” sedangkan regulasi berarti “pengaturan.” Maka, regulasi diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengendalikan dirinya sendiri.
Regulasi diri merupakan aspek penting dalam perkembangan seseorang. Ia adalah proses mengatur diri dalam aktivitas tertentu dengan melibatkan aspek metakognisi, motivasi, dan perilaku. Berbeda dengan kecerdasan atau kemampuan akademik seperti membaca dan menulis, regulasi diri lebih merupakan proses seseorang dalam mengubah kemampuan mental menjadi keterampilan nyata dalam suatu aktivitas.
1. Barry Zimmerman – Triadic Model of Self-Regulation
Menurut Barry Zimmerman, regulasi diri adalah usaha sistematis untuk mengarahkan pikiran, perasaan, dan tindakan menuju pencapaian tujuan.
Ia menyebut tiga komponen regulasi diri:
- Cognitive Regulation – pengaturan kognitif dan afektif,
- Behavioral Regulation – pengaturan perilaku,
- Environmental Regulation – pengamatan dan pengelolaan lingkungan.
Dalam pembelajaran, Zimmerman mendefinisikan self regulation sebagai proses siklus, yang terdiri dari tiga fase:
- Pra-pemikiran (perencanaan dan penetapan tujuan),
- Pelaksanaan (pemantauan dan pengendalian diri), dan
- Refleksi diri (evaluasi dan penyesuaian).
Model ini menekankan bagaimana individu secara aktif mengelola pikiran, perilaku, dan emosi untuk mencapai tujuan belajar dengan strategi seperti pengorganisasian dan penetapan tujuan.
Proses ini memungkinkan individu untuk mengatur diri dalam aktivitas dengan menggunakan kemampuan metakognisi, motivasi, dan perilaku aktif.
2. Roy Baumeister – Empat Komponen Regulasi Diri
Ahli psikologi sosial Roy Baumeister mendefinisikan regulasi diri sebagai pengelolaan kesadaran dalam mengarahkan pikiran, perilaku, dan perasaan untuk mencapai tujuan.
Roy Baumeister memandang regulasi diri sebagai sumber daya terbatas yang mirip otot, yang melibatkan kemampuan menahan dorongan dan mengerahkan kemauan untuk mencapai tujuan jangka panjang daripada keinginan sesaat.
Ketika sumber daya ini terkuras, kemampuan mengendalikan diri menurun, namun dengan latihan kemampuan ini bisa diperkuat.
Roy Baumeister mengembangkan model kekuatan pengendalian diri (strength model of self-control), yang memandang regulasi diri sebagai proses dengan empat komponen utama untuk mengubah respons terhadap standar, cita-cita, atau tujuan.
Ia menjelaskan empat komponen utama regulasi diri:
- Standar – Penetapan standar atau tujuan yang jelas sebagai acuan untuk mengukur perilaku, pikiran, dan emosi.
- Monitoring – Pengawasan terus-menerus terhadap perilaku dan kondisi internal untuk mendeteksi penyimpangan dari standar.
- Kekuatan Kehendak (Willpower) – Sumber daya terbatas seperti otot yang digunakan untuk menekan dorongan dan menyesuaikan perilaku; bisa lelah (ego depletion).
- Motivasi – Tindakan konkret untuk menyelaraskan diri dengan standar setelah pemantauan dan pengendalian.
Model ini menekankan bahwa regulasi diri melibatkan kognisi, motivasi, dan perilaku secara terintegrasi, dengan kapasitas terbatas yang bisa dilatih.
3. Stuart Shanker – Regulasi Diri dan Self-Control
Menurut Stuart Shanker, self-regulation memiliki makna yang hampir sama dengan self-control. Regulasi diri adalah perilaku yang diarahkan untuk mencapai tujuan—baik secara sadar maupun tidak sadar.
Self-control lebih spesifik pada kemampuan mengendalikan impuls secara sadar.
Shanker menjelaskan bahwa ketika emosi meningkat, sistem limbik (bagian impulsif otak) mengambil alih, sementara korteks prefrontal (bagian rasional) melemah. Hal ini lebih kuat terjadi pada anak-anak karena PFC mereka masih berkembang.
Stuart Shanker membedakan regulasi diri dari kontrol diri dengan mendefinisikan regulasi diri sebagai kemampuan mengatur keadaan energi, emosi, perilaku, dan perhatian agar tetap dalam keadaan “tenang, fokus, dan waspada” demi optimalisasi belajar dan hubungan sosial.
Banyak teknik pengendalian diri yang umum, seperti menarik napas dalam atau menghitung sampai 10, mengandalkan korteks prefrontal. Namun jika anak sudah sangat emosional, PFC melemah sehingga metode ini kurang efektif. Di sinilah pentingnya self-regulation.
Shanker menawarkan The Shanker Method, terdiri dari lima langkah:
- Mengenali tanda-tanda stres,
- Mengidentifikasi penyebab stres,
- Mengurangi stres,
- Melakukan refleksi untuk meningkatkan kesadaran,
- Memulihkan energi.
Sahabat sekalian, demikian penjelasan singkat tentang konsep regulasi diri menurut para peneliti seperti Barry Zimmerman, Roy Baumeister, dan Stuart Shanker. Penjelasan lengkap dapat Anda baca dalam buku saya, “Self-Regulation dan Self-Regulated Learning dalam Pendidikan Islam.”
Referensi:
Dr. Stuart Shanker: Self Regulation, https://journeytogetherfdk.ca/dr-stuart-shanker-self-regulation/, 2016
5 Domain of Self Regulation, https://self-reg.ca/wp-content/uploads/2021/05/infosheet_5-Domains-of-Self-Reg.pdf
FAQ
Regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol pikiran, perasaan, dan perilakunya agar selaras dengan tujuan yang ingin dicapai. Ini mencakup aspek metakognisi, motivasi, dan perilaku.
Regulasi diri membantu anak mengelola emosi, membuat keputusan yang lebih baik, fokus pada tujuan, dan membangun kebiasaan belajar yang konsisten. Ini juga memengaruhi kemampuan menghadapi stres dan tantangan akademik maupun sosial.
Menurut Barry Zimmerman, regulasi diri terdiri dari tiga aspek: pengaturan kognitif, pengaturan perilaku, dan pengaturan lingkungan.
Sementara Roy Baumeister menekankan empat komponen: standar, monitoring, kemauan (willpower), dan motivasi.
Shanker menjelaskan bahwa self-regulation adalah kemampuan mengelola perilaku menuju tujuan baik secara sadar maupun tidak sadar, sedangkan self-control adalah upaya menahan impuls secara sadar. Self-regulation menjadi fondasi bagi keberhasilan self-control.
The Shanker Method terdiri dari lima langkah:
1. Mengidentifikasi tanda-tanda stres
2. Menemukan sumber stres
3. Mengurangi stres
4. Refleksi untuk meningkatkan kesadaran diri
5. Memulihkan energi







