Muktamar Rabithah: Mendukung Reformasi Tunisia dan Mesir, Mengingatkan bahaya Syiah Shafawiyah

Gejolak kawasan Timur Tengah akhir-akhir ini rupanya menjadi perhatian Rabithah Ulama Al-Muslimin (Muslim Scholars Association)/Ikatan Ulama Muslimin. Dalam sebuah Muktamar terbarunya di Istanbul, Turki yang berlangsung dari tanggal 27-28 Rabi’ul Awwal 1432 H baru-baru ini, Rabithah Ulama Muslim mendukung langkah-langkah reformasi di Tunisia dan Mesir.

Acara bertema, “Ulama dan Kebangkitan Umat” yang  yang dihadiri lebih dari seratus ulama dan du’at (dai) dari 35 negara itu membahas dan mendiskusikan berbagai topik aktual di Dunia Islam. Sejumlah keputusan dan seruan penting dari muktamar tersebut, antara  mendukung reformasi yang terjadi di Tunis dan Mesir serta negeri-negeri Islam lainnya.

Rabithah Ulama juga mengingatkan bahwa perubahan yang hakiki berawal dari taubat kepada Allah, berpegang teguh kepada agama-Nya serta dengan menunjukkan wibawa umat yang sebenarnya.

Rabithah juga ikut mendukung upaya masyarakat Libya untuk membebaskan diri pemerintahannya yang otoriter dan lalim. Meski demikian, Rabithah juga mengingatkan umat Islam dari bahaya konspirasi global Syi’ah Shafawiyah dengan propagandanya yang menipu; baik itu di Bahrain dan negara lainnya.

Selain itu, beberapa poin dari pertemuan itu adalah;  masalah kejayaan umat Islam yang pada dasarnya bertumpu pada optimalisasi peran ulama dan pemerintah.  Rabithah Ulama juga mengatakan,  para ulama yang shalih di setiap negeri adalah referensi utama bagi umat dalam menyelesaikan masalah-masalah aktual dan kontemporer.

Karenanya, menurut Rabitah Ulama, revitalisasi peran agama dalam kehidupan, perwujudan pan-Islam, penanaman moral, penghormatan terhadap HAM, kebebasan yang sejalan dengan tuntutan syariat, serta kepemimpinan umat adalah tugas ulama rabbani. Tak lupa, Rabithah Ulama mengingatkan tantangan besar umat Islam di masa depan.

“Umat Islam sejatinya sadar terhadap tantangan besar yang dihadapinya; yang merupakan simpul yang menghambat kemajuan serta kebangkitannya. Dan jawaban terhadap tantangan itu adalah menghidupkan sunnah serta mengoptimalkan pemanfaatan ilmu dan teknologi,” demikian salah satu poin keputusannya.

Para tokoh dan ulama yang berkumpul untuk membicarakan masalah-masalah umat antara lain; Syeikh Al-Amin al-Haj hafidzahullah, salah seorang ulama yang berasal dari Sudan yang menjadi Ketua pada Rabithah tersebut. Juga Nampak hadir Syeikh Abdul Aziz bin Abdul Muhsin At-Turky, menjabat sebagai penanggung Jawab Rabithah, Syeikh Muhammad Sidia dari Moritania, Syeikh Dr. Muhammad Yusri dari Mesir, Dr. ‘Adnan Umamah, Syeikh Muhammad Abdul Karim, Syeikh Dr. Mahran Mahir, Syeikh Dr. Alauddin Az-Zaky, Dr. Nashir Al-Hunainy, Dr. Ahmad Farid dari Mesir, Dr. Said Abdul ‘Adzim, Dr. Ali As-Salus, Syeikh ‘Aqil Al-Maqtary dari Yaman, Syeikh Abdullah Al-Ahdal, Syeikh Abdul Majid Ar-Rimy, Dr. Muhammad Al ‘Abdah dari Suria, Dr. Abdullah bin Hamud At-Tuwaijri dari Saudi, Syeikh Dr. Sulaiman Al-‘Asyqar dari Yordania, Dr. Hikmat Al-Hariry dan masih banyak lagi. (Hidayatullah.com)

 

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

One comment

  1. Netanyahu: Saya Sudah Menanti Invasi Militer Saudi ke Bahrain
    Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, menyatakan, “Jika Iran aman dari gelombang perubahan di Timur Tengah dan jika gerakan di kawasan mengacu pada republik Islam, maka akan sangat berbahaya.”

    Hal itu dikemukakan Netanyahu (16/3) dalam wawancaranya dengan CNN. Dikatakannya, “Saya tidak terkejut dengan pengiriman pasukan Arab Saudi ke Bahrain, karena saya sudah menantinya.”

    “Mereka (Arab Saudi) khawatir jika Iran mengendalikan kontrol atas Bahrain dan jika hal ini terjadi maka kehadiran Iran akan berpindah ke jazirah Arab,” tutur Netanyahu.

    “Yang jelas Arab Saudi berusaha menjaga kepentingannya. Selain itu, terdapat kepentingan global yang lebih luas yang sangat tergantung pada sumur-sumur minyak, bahwa jangan sampai sektor produksi minyak itu jatuh ke tangan pihak-pihak pembela Iran.”

    Di bagian lain pernyatannya, Netanyahu sangat geram atas fakta bahwa boikot dan embargo atas Iran tidak efektif memaksa Tehran menghentikan aktivitas nuklirnya. Dikatakannya, “Iran harus tahu bahwa akan ada tindakan militer, yaitu serangan terhadap seluruh instalasi nuklir Tehran.” (IRIB/MZ/SL)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *