Berbeda dari Ramadhan-Ramadhan sebelumnya, tahun ini dua stasiun televisi nasional menayangkan film layar lebar dari Timur Tengah. MNC tv dengan Sinetron Umar bin Khatab dan Jogja tv dengan sinetron Yusuf Ash-Shiddiq Alaihis Salam. Selain Umar bin Khatab dan Yusuf Ash-Shiddiq Alaihis Salam, Perfilman Timur Tengah sudah merilis film-film Islam lain yang ditayangkan setiap bulan Ramadhan penuh, seperti Khalid bin Walid, Bilal bin Rabah, Muawiyah, Hasan dan Husein dan Ja’far Ash-Shodiq.
Kita sepakat bahwa ada perbedaan mendasar antara film islami dengan film-film yang banyak tayang hari ini. Perbedaan fundamental itu terletak pada dasar dan tujuan masing-masing tayangan. MNC dan Jogja tv jelas ingin masyarakat Indonesia lebih mengenal Islam dan tokoh-tokoh Islam lewat film-film tersebut.Film tersebut mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat dan menjadi alternatif tontonan yang mendidik.
Film tidak hanya sebagai alat hiburan saja akan tetapi bisa membantu menerangkan kepada orang lain secara visual dan juga dinamik, sebagai alat bantu menyampaikan pesan agar pesan yang tersampaikan lebih hidup atau realistic dibandingkan dengan penggunaan kata-kata atau tulisan saja. Di samping itu, film juga mampu memberi penegasan kepada sesuatu penyampaian bagi para penonton agar lebih di fokuskan terhadap isi kandungan yang ingin disampaikan.
Dengan tujuan yang bernilai dan manfaat besar seperti di atas, tentu kita berharap, jangan sampai tayangan ini mengurangi makna dan dan nilai yang terkandung dalam tujuan dakwah yang selama ini sudah difahami: mengajak manusia ke jalan Allah melalui cara dan metode salaf as-shalih (sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in).
Sebagai contoh, selain masalah visualisasi sahabat yang menjadi perdebatan alot antara sunnah-syiah bahkan masih terjadi di intern ulama ahlus sunnah, film tersebut bermuatan dakwah taqrib yaitu usaha pendekatan atau penyatuan Sunni-Syiah, tujuan tersembunyi yang belum banyak diketahui masyarakat Indonesia khususnya.
*silahkan memberi komentar…