Tanggal 18 Mei kemarin pada jam 4 sore waktu UK atau 10 malam waktu Indonesia, saya mengikuti launching buku “Islamic Religious Education in Europe” yang diedit oleh Leni Franken dan Bill Gent dari Warwick University yang telah meninggal beberapa waktu yang lalu (in memoriam Biil Gent)
Buku ini secara komparatif membahas bagaimana 40 negara di Eropa melaksanakan kurikulum, materi, dan pendidikan guru. Selain itu memberikan berbagai perspektif dari kritikal hermenetis yang memberikan gambaran tantangan pendidikan agama menghadapi isu-isu penting seperti feminisme, HAM, kependudukan dalam konteks Eropa.
Materi disampaikan oleh dua panelis yaitu Martin Rothangel dan Abdullah Sahin.
Martin menyampaikan materi berjudul “Islamic Religious Education (IRE) in Europe and European Recomendations as mutual challanges”
Ada beberapa tantangan Pendidikan Agama Islam di Eropa.
- Ekspektasi negara terhadap komunitas Islam.
- Kritik publik terhadap Islam
- Tekanan dari partai sayap kanan
- Pengaruh Turki dan Saudi Arabia
- Diversifikasi komunitas Islam sebagai akibat dari beragamnya bahasa, budaya dan negara.
Defisit acuan kerja ke Eropa
- Denominasi pendidikan Agama di beberapa negara Eropa: Austria, Belgia, Finlandia, Jerman.
- atau tidak ada kontradiksi dengan rekomendasi Eropa, misal kurikulum pendidikan agama Kristen di Swizerland.
Tantangan di negara dengan denominasi pendidikan Agama
- Buku teks membenturkan Islam dan Darwinisme
- Kurangnya pelatihan dan masalah peran guru Agama
- Pendidikan agama Islam kooperatif dengan pendidikan Agama Kristen tetapi tidak dengan pendidikan agama lain.
Tantangan di negara yang menggunakan ‘pengajaran tentang agama’ (teaching about religion)
- Islam tidak direfleksikan dalam kurikulum atau tergantung kepada kemampuan guru.
- Pandangan buruk tentang Islam
- Pendidikan Agama dicampur dengan pendidikan nasional
- Agama dan pendidikan Agama dekat dengan personal seseorang sebagai identitas sosial
Rekomendasi pendidikan agama Islam di Eropa
- Rekomendasi pendidikan di Eropa merupakan satu langkah ke depan, but deficit regarding European plurality and identity statues.
- Tidak ada studi komparatif terkait efek bermacam2 format pendidikan agama seperti toleransi sikap murid, pengetahuan murid terhadap agamanya dan agama yang lain, kemampuan murid merubah perspektif. Hal ini merupakan dasar rekomendasi ke pulariltas masyarakat Eropa.
- Butuh pengembangan beberapa format pendidikan agama seperti 1) format denominasi pendidikan agama dalam membangun langkah kooperatif dengan pendidikan agama lain dalam subjek seperti etika, filsafat dan pendidikan kemasyarakatan. 2) netralitas pendidikan agama dalam mempertimbangan secara memadai pertanyaan identitas di mayoritas atau minoritas. 3) materi yang komprehensif baik agama maupun non agama dalam menghindari fungsionalisasi negara dan marginalisasi dimensi religius.
Abdullah Sahin menyampaikan materi “Islamic Education Within the Muslim Minority Context of Europe: Pedagogy, Politics and Future Direction”
Materi dari Abdullah Sahin cukup familiar bagi saya karena saya memiliki buku penelitiannya yaitu ‘New Direction in Islamic Education’ yang beliau berikan kepada saya ketika kunjungan terakhir beliau ke Jakarta dan buku ini menjadi referensi utama dalam Tesis S2 saya.
Di materinya, Dr. Sahin banyak mengungkapkan pertanyaan pemantik yang menantang. Seperti di bawah ini.
Apakah pendidikan Islam itu? apakah ada perbedaan dengan instruksi, penanaman atau pengkajian?
Apakah pendidikan berbeda dengan penanaman, sosialisasi, instruksi, indoktrinasi dan lainnya?
‘Muslim dalam Pendidikan’ berbeda dengan pendidikan dalam konteks muslim.
Pendidikan agama; apakah dia bagian dari pengkajian Islam?
Bagaimana Islam diajarkan dan direpresentasikan di sekolah negeri, sekolah Islam atau kelas konfensional?
Pendidikan yang bagus itu memberi servis kepada negara dan orang tua, bagaimana dengan keinginan dan kecenderungan murid atau anak muda?
Tantangan pedagogis; pertanyaan untuk pendidik Muslim
- Bagaimana pendidikan dipahami di tradisi muslim?
- Apakah pendidikan bagus yang dimaksudkan dalam pendidikan Islam?
- Bisakah Islam ditanamkan secara kontekstual, terbuka, kritis dan mampu merespon perubahan keinginan anak dan pemuda muslim Eropa?
- Apakah pendidikan Islam formatnya rigid dalam transmisi kultural, instruksi dan indoktrinasi yang tidak mampu menghasilkan bahasa teologis tentang iman dan pengembangan personal.
- Bisakah etika pendidikan Islam mempromosikan intra faith dan inter faith yang membagikan cita-cita ideal masyarakat Barat dan pendidikan demokratis.
Rekomendasi pendidikan agama Islam
- Pendidikan berbasis pendidikan agama yang reflektif dan kritis yang mampu menyediakan untuk pemuda muslim literasi Islam yang berintegrasi dengan pemikiran reflektif, inter kulutral dan pemahaman antar agama.
- Pendidikan agama butuh studi lapangan interdisiplin, penelitian empiris dan pengembangan profesional.
- Menuju tujuan yang luas itu, bergantung pada upaya konstruktif, kolaborasi antara institusi pendidikan muslim dan universitas mainstream untuk memberikan jembatan antara tradisi Islam dan pendidikan Barat.
- Memfasilitasi literasi Islam atau pemahaman publik tentang Islam dan Muslim.
Materi dari Martin yaitu “Islamic Religious Education (IRE) in Europe and European Recomendations as mutual challanges” dan Abdullah Sahin, “Islamic Education Within the Muslim Minority Context of Europe: Pedagogy, Politics and Future Direction” bisa diunduh di web UCSIA berikut: https://www.ucsia.org/home-en/themes/religion-society/events/islamic-religious-education-in-europe/
Dokumentasi Webinar Online
Jumal Ahmad