Jangan Cela Ketidak Sempurnaan

Abu Hurairah dalam Shahih Al Bukhari meriwayatkan sebuah hadits:

“Sungguh agama ini mudah, dan tidaklah seseorang berkeras-keras dalam menjalankannya kecuali ia akan kalah. Akan tetapi (yang benar adalah) jalankanlah dengan sempurna, (kalau tidak mampu) maka mendekatlah pada kesempurnaan, (kalau ada yang tidak mampu) maka berilah kabar gembira…..”

Shahih Bukhari


Hadits di atas adalah gambaran sempurna dari nasihat Rasulullah Saw tentang cara menjalankan agama. Buat diri kita maka tuntutannya keras, yaitu jalankan agama secara sempurna, kalau tidak mampu maka jalankan semampunya agar mendekati kesempurnaan.

Tapi saat kita melihat cara orang lain menjalankan agama, maka boleh jadi ada banyak di antara mereka jauh dari sempurna. Jangankan sempurna, mungkin mendekati kesempurnaan pun tidak. 

Tapi Rasulullah Saw tidak mengajari kita untuk mencela dan menghina, justru beliau tetap menasihati kita agar tetap memberikan kabar gembira kepada kaum muslimin yang banyak kurang-kurangnya dan tidak mampu menjalankannya dengan baik dengan ungkapannya “absyiruu“.

Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menjelaskan ungkapan “absyiruu” ini dengan mengatakan:

“Berilah kabar gembira dengan pahala atas setiap amal ibadah yang dilakukan terus-menerus meskipun kecil. Yaitu kabar gembira buat siapapun yang tidak mampu beramal ibadah sempurna, selama ketidakmampuan tersebut bukan karena niatannya maka tidak akan mengurangi pahalanya.”

Ibnu Hajar

Menuju kesempurnaan ada prosesnya, termasuk kewajiban berjamaah dan persatuan kaum muslimin. 

Jika ada sebagian umat Islam yang tergugah Islamnya karena Al-Quran yang dilecehkan maka jangalah engkau hina mereka dengan amalan mereka yang masih sedikit dan jauh dari sunnah. Tetaplah ingat bahwa Rasulullah Saw mengajarkan “berilah kabar gembira”.

Dan menjalankan agama dengan sempurna butuh proses dan waktu. Aksi Shalat Subuh berjamaah di beberapa daerah semoga menjadi titik awal umat menuju perbaikan diri menjadi lebih baik lagi. 

Yang ahli shodaqoh, jangan meremehkan yang belum bisa shodaqoh..

Yang ahli tahajjud jangan meremehkan yang terlelap dimalam hari.

Yang ahli puasa jangan menganggap yang tidak puasa banyak dosa.

Yang rajin jamaah ke masjid, jangan menganggap rendah orang yang blum jamaah ke masjid. 

Yang selalu menundukkan pandangan, jangan melihat orang yang mengumbar matanya pasti masuk neraka.

Yang sudah menutup aurat dengan rapat, jangan anggap hina yang masih mengumbar aurat..

Yang ahli ibadah, jangan menganggap hina para ahli maksiat…

Karena kata Imam Malik, Allah telah membagi amalan seseorang seperti Allah membagi rizki seseorang.

Bisa jadi orang-orang yang kita anggap rendah, lebih mulia dari kita.

Bisa jadi orang-orang yang kita anggap hina, punya amalan andalan yang diterima oleh Allah.

Bisa jadi mereka yang bermaksiat, suatu saat bertaubat dan amalanya jauh lebih dahsyat.

Bisa jadi ahli maksiat, mati dalam khusnul khotimah saat sedetik bertaubat, dan sangat mungkin ahli ibadah, mati dalam su’ul khatimah saat sedetik berbuat maksiat.

Dan bisa jadi Amalan-amalan yang menurut kita dahsyat yang selalu kita kerjakan, justru ditolak Allah karena sifat bangga diri yang kita miliki. na’udzubillahi min dzalik.

Yang ahli ibadah, tetap doakan yang ahli maksiat tanpa merendahkan.

Yang ahli maksiat, tetap berusaha bertaubat.. Semoga Allah mudahkan usahanya, dan diterima amalannya.

Aamiin ya Rabbal alamiin❤

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *