Kekuatan Doa Menaklukkan Konstantinopel

Hari-hari terakhir menjelang hari H tanggal 15 Februari 2017 mengingatkan saya kembali akan kisah Al-Fatih Sultan Mehmed yang akhirnya bisa menembus benteng Konstantinopel (saat ini bernama Istanbul), benteng terbesar dan tersulit yang tidak dapat ditembus oleh musuh, baik oleh pasukan Muslim atau pasukan non Muslim. 

Benteng itu mempunyai tinggi 18 meter (tertinggi) yang terdiri dari 3 lapis tembok (di bagian darat) dan satu lapis tembok di bagian pesisir laut (dengan dijaga pasukan laut terbesar di zamannya). 

Dalam berbagai versi kisah Sultan Mehmed, baik yang ditulis oleh cendekiawan Muslim atau orientalis, terdapat satu titik kesamaan, yaitu kemampuan manusia ada batasnya. 

Dalam buku tulisan Roger Crowley diceritakan bagaimana pasukan Sultan Mehmed, mencoba menembus benteng dengan menggali terowongan dari luar dan langsung tembus di balik tembok. 

Namun ternyata benteng yang sudah berusia lebih dari 1000 tahun itu, dilengkapi oleh “sensor” yang dapat mengetahui pergerakan di bawah tanah. Satu hal yang luput dari perhatian Sultan Mehmed dan telik sandinya. 

Sultan Mehmed juga telah membuat meriam terbesar di jamannya, dengan panjang 5,6 m, jari-jari meriam 70 cm dan sanggup menghancurkan benteng dari jarak 1,5 km. Rasanya tidak ada yang sanggup untuk menahannya meriam itu. 

Akan tetapi meriam itu punya kelemahan, yaitu re-load peluru meriam yang memerlukan waktu cukup lama, mencapai 3 jam. Ini yang menyebabkan pasukan Konstantinopel yang dipimpin oleh Glustiniani mempunyai waktu untuk menambal tembok yang sudah berlubang dengan tanah liat basah. 

Tanah liat ini yang kemudian mampu menahan gempuran Bassilica Canon raksasa tersebut. 
Pasukan laut Sutan Mehmed pun tidak mampu menggempur pasukan laut Konstantinopel karena perahu tempur dan perusak yang mereka bawa hanya sepersepuluh besarnya dari pasukan musuh. 

Baca juga:   Doa Ketika Banjir dan Hujan Deras

Tak berhasil dengan rencana yang sudah disiapkan tersebut membuat pasukan Sultan Mehmed dan pasukannya pun frustasi. Tidak ada jalan lain. Kemampuan militer mereka sudah mencapai limit, baik teknologi maupun spirit. 

Sampai kemudian muncul ide dari sultan untuk menggempur wilayah sempit yang dipintu masuknya dijaga oleh Golden Horn. 70 kapal perusak berhasil diangkut melewati bukit Galata yang dijaga oleh pasukan Konstantinopel dalam waktu semalam. Dengan kemiringan antara 25-30 derajat, kapal tersebut dapat diangkat dan dibawa masuk ke celah sempit.

Memang muncul kekhawatiran pada pasukan Konstantinopel, namun itu tidak berlangsung lama. Gempuran pasukan Sultan Mehmed tetap tidak mampu menggempur benteng yang luar biasa tersebut.

Ditambah lagi dengan informasi akan datang pasukan Hungaria yang bisa dikatakan manusia raksasa pada zamannya. FYI, pedang pasukan Hungaria kurang lebih 220 cm, dengan panjang pegangan pedangnya kurang lebih 50 cm; padahal pasukan Sultan Mehmed hanya menggunakan pedang sepanjang 150 sampai 170 cm. 

Ini membuat kondisi psikis pasukan Sultan Mehmed dan Sultan Mehmed sendiri menjadi down, yang membuat beliau akhirnya menyendiri di dalam tendanya. 

Rasanya semua upaya maksimal sebagai seorang manusia sudah dikerahkan semua, tidak ada satu pun yang dapat dilakukan lagi. 
Tinggal satu yang tersisa, yaitu doa.

Berkumpullah beliau dan mengajak pasukannya berdoa dalam sholat Jumat terpanjang sepanjang masa, dari ujung Golden Horn di Teluk Marmara sampai ke depan pintu gerbang Konstantinopel.

Itulah saat-saat kritis manusia yang sudah mengupayakan berbagai macam upaya yang bisa mereka lakukan. Tidak ada daya upaya lagi… selain berdoa… berdoa dan berdoa.
Dan Allah SWT mengabulkan doa dari pasukan Sultan Mehmed yang ikhlas mengorbankan dirinya.

Baca juga:   Doa Menguatkan Kejantanan

Benteng Konstantinopel pertama kali bukan hancur di tempat terlemah. Benteng Kontantinopel bukan hancur oleh pasukan Yeniseri yang menggali terowongan di bawah benteng. Benteng Konstantinopel bukan hancur oleh Bassilica Cannon yang dbuat oleh Orban. 

Konstantinopel bukan pula hancur oleh pasukan laut yang berusaha menembus benteng satu lapis yang diperkirakan bakal mudah ditembus.

Tetapi Benteng Konstantinopel tembus pertama kali di daerah terkuat, di benteng dengan 3 lapis.
Allah SWT ternyata telah membuat pasukan Glustiniani di dekat istana Blachernae, tempat yang full power, menjadi seolah tidak sadar bahwa ada 30 pasukan Yeniseri yang berhasil memanjat tembok 3 lapis dengan tinggi 18 meter dan mengganti bendera di benteng itu dengan bendera Tauhid. 

Bendera sudah berkibar di tempat tertinggi itu, dan membuat pasukan Sultan Mehmed menjadi bangkit dan bersemangat menghancurkan benteng. Itulah yang kemudian menjadi titik terlemah yang menyebabkan Glustiniani mencoba mengundurkan diri dari gelanggang yang tentu saja ditolak oleh Constantine.

Sedikit demi sedikit benteng yang lain pun ditaklukkan. Pasukan musuh makin melemah, rakyat Konstantinopel menjadi ketakutan dan berlari ke dalam rumah-rumah mereka.

Hari Senin malam semua benteng telah dikuasai dan Selasa pagi setelah subuh secara resmi Sultan Mehmed masuk ke Konstantinopel melalui pintu benteng yang pertama kali ditaklukan oleh pasukannya yang dipimpin oleh Hasan Ulubatli. 

Itulah puncak dari penaklukan benteng Konstantinopel (Istanbul).
Ada sebuah prasasti yang dipasang di pintu tersebut yang menandai masuknya sang Sultan muda tersebut.

Saat ini, rasanya kita berada dalam kondisi yang sama. Rasanya semua upaya sudah dilakukan untuk mencoba memenangkan pertarungan. Mungkin ada yang belum optimal, sesuai keterbatasan kita sebagai seorang manusia.

Baca juga:   Doa Ketika Gempa

Tetapi ada satu hal lagi yang perlu kita massifkan.. yaitu berdoa.. berdoa.. berdoa…karena sesungguhnya kita tidak pernah bisa tahu doa yang mana yang dikabulkan oleh Allah SWT.

Kita juga tidak tahu cara mana yang akhirnya nanti memenangkan pertempuran ini…tgl 15.02.2017  in syaa Allah. 

Kita juga tidak tahu doa orang ikhlas yang mana yang akhirnya dikabulkan oleh Allah SWT. Semoga kita termasuk di antara orang-orang yang ikhlas tersebut. 

Mari sama-sama kita makin mendekatkan diri kepada Allah SWT, banyak mengingat Allah SWT, banyak tilawah dan tegakkan sholat malam.

Mari kita berdoa dengan sebaik-baik doa dan seikhlas-ikhlasnya.

Semoga Allah SWT mengijabah doa-doa kita… 

Aamiin yaa robbal’aalamiin.

Sumber: Kiriman di Group WhatsApp 

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *