Menaklukkan Jiwa Untuk Taat

sabarsolattenang-660x375Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (Qs. An-Naziat: 37-41)

Allah membagi manusia menjadi dua golongan.

  1. Mengutamakan kehidupan dunia dan melampaui batas> neraka
  2. Takut kepada Allah dan menahan nafsu > surga.

Ayat ini memberikan perbandingan antara orang yang mampu menahan nafsu dan orang yang tidak bisa menahan nafsunya.

Manusia diciptakan untuk beribadah. Siapa yang tidak bisa menguasai nafsu atau tubuhnya sendiri, seperti seorang driver yang menguasai kendaraan, itulah orang yang menang. Maka tubuh, harta dan apa saja yang kita miliki menjadi kendaraan untuk beribadah kepada Allah.

Dan orang yang melampaui batas adalah kebalikannya, yang menjadikan tubuhnya sebagai driver, keinginan dirinya menjadi skala prioritas. Maka hendaknya selalu diingat, ketika berbuat sesuatu selalu menanyakan kepada diri, saya bergerak ini siapakah yang menggerakkan, apakah nafsu fujur saya atau nafsu taqwa saya?

Mari kita potret diri kita. Sudahkah kita memerdekakan penilaian manusia kepada penilaian Allah saja. Ikatlah penilaian kita kepada penilaian Allah Swt. Penilaian manusia bersifat fluktuatif, besok jadi teman bisa jadi besoknya lagi jadi musuh.

Mengikat penilaian kepada Allah, anda akan tetap mulia di mata manusia yang baik. Dengan memprioritaskan akhirat anda akan tetap bisa hidup enak, karena dalam mencari akhirat kita harus kaya  untuk bisa beribadah seperti menutup aurat, ibadah zakat, haji dan shadaqah. Maka salah anggapan bahwa mencari ridha Allah akan menjadi susah.

Manusia di akhirat akan menghayal jika sekiranya menjadi debu/tanah (akhir ayat surat An-Naba’) padahal di dunia terkenal, cantik dan kaya. Demikian gambaran manusia yang melampaui batas di akhirat, lebih memilih menjadi tanah daripada di siksa dan dibakar di neraka.

Baca juga:   Sengsara Membawa Nikmat

Jadilah mutiara di mata Allah walau menjadi debu di mata manusia. Kenapa menjadi debu di mata manusia? Karena jika anda menjadi mutiara di mata Allah anda akan menjadi manusia yang baik dimata orang yang baik.

Allah Swt banyak memberikan gambaran bagaimana gunung dan batu lebih baik dari hati manusia padahal mereka bukan mukallaf atau tidak diperintah dan dilarang dan mereka tidak masuk surga dan neraka. Batu, gunung dan lainnya takut kepada Allah karena keagungan Allah.

Sebagaimana firman Allah Swt berikut:

“Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.” (Qs. Ar-Ra’du: 13)

Guruh dalam ayat ini takut kepada Allah, apakah dia mukallaf (dibebani hukum Islam), apakah dia masuk surga atau neraka? lalu kenapa dia takut?

“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir” (Qs. Al-Hasyr: 21)

Gunung, makhluk terbesar di dunia, takut kepada Allah sementara manusia yang lebih kecil dan lebih lemah dari gunung tidak takut kepada Allah Swt. Gunung pun bukan mukallaf dan tidak masuk surga atau neraka, tetapi dia takut kepada Allah, takutnya adalah karena keagungan Allah Swt.

Orang yang tidak merasa takut dengan keagungan Allah Swt pasti tidak bisa menahan nafsunya. Nafsu disini bukan hanya berbuat maksiat seperti zina, contoh yang kecil saja seperti shalat cepat cepat.

Baca juga:   Donasi Pakaian Layak Pakai Dll untuk Pedalaman Mentawai (Periode sampai 17 April 2022)

Siapakah yang pertama kali kita hadapi dalam menaklukkan jiwa? nomor satu adalah diri kita sendiri. Maka dalam kesabaran yang pertama adalah kesabaran dalam menegakkan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, selanjutnya bersabar dari kesengsaraan.

Allah Swt berfirman:

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”  (Qs. Al-Kahfi: 28)

Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw juga manusia, dia juga bisa tidak bisa bersabar dalam keadaan gundah seperti yang lain. Juga menjelaskan pentingnya set up lingkungan agar terus menjadi baik. Nabi yang ma’shum saja diminta agar bergaul dengan orang yang baik apalagi kita. Mata kita pun harus terus bersama orang orang yang baik dan jangan tertipu dengan gemerlapnya dunia.

Hidup adalah ujian, agar tidak salah langkah harus menyebut nama Allah terlebih dahulu dalam segala aktifitas kita. Kenapa dalam banyak ayat disebutkan perintah untuk berdzikir, menyebut nama Allah dalam keadaan, berdiri, duduk dan berbaring? Karena dalam sebuah hadits disebutkan bahwa dalam hati manusia terdapat dua pintu, pintu yang dimasuki syetan dan pintu yang dimasuki malaikat. Jika manusia berdzikir maka syetan akan minggir dan malaikat masuk, kalau tidak berdzikir syetan akan masuk.

Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa orang yang berdzikir dan orang yang tidak berdzikir seperti orang mati dan hidup.

Hadits yang lain, orang yang tidak berdzikir laksana orang yang diserang musuh, kemudian ketika dia berdzikir laksana dia masuk ke dalam benteng, dimana musuh tidak bisa menyentuhnya.

Baca juga:   Imam Ghazali: Sang Pencari Jati Diri

Maka maksud dari ‘selalu bersama orang yang berzikir’ bukan hanya secara fisik saja, tetapi setelah selesai perkumpulan kita tetap terus berdzikir mengingat Allah Swt. Ketika membiasakan diri untuk berdzikir ketika berdiri, duduk dan berbaring, sebenarnya kita sedang menghadapi diri sendiri, seperti ketika muncul suatu ide, benturan terjadi dalam diri, jika berjalan anda menang, jika tidak anda kalah dengan diri sendiri.

Tidak ada orang yang tidak ingin masuk surga, dan orang yang masuk surga sudah terpola dia bisa menaklukkan diri sendiri. Contohnya, shalat Tahajjud adalah bentuk peperangan terbesar terhadap diri sendiri.

Allah Swt berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Qs. Adz-Dzariyat 15-20)

Ayat di atas menunjukkan life style/ pola hidup penghuni surga.

  1. Produktif ketika di dunia
  2. Sedikit tidur, melawan nafsu untuk beribadah, dia sudah terbiasa bangun sebelum shalat subuh. Lebih cinta kepada Allah daripada tubuhnya, shalat dan mengharap ampunan Allah.
  3. Memohon ampun kepada Allah sebelum subuh.
  4. Growth mindset, dengan banyak meminta ampun kepada Allah.
  5. Menyayangi orang miskin

*Resume Kajian Akhlak 06 Maret 2017 di Masjid Raya Pondok Indah

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *