Cara Menjaga Hafalan Al-Quran dengan Metode Sabak, Sabki dan Manzil

AHMADBINHANBAL.COM – Banyak yang bertanya, “Bagaimana cara menjaga hafalan Al Qur’an? kok yang sudah dihafal sering lupa ya?”

Pembaca sekalian, sebenarnya teori menjaga hafalan Al Qur’an itu sederhana saja, yaitu dengan sering diulang-ulang (murajaah). Kenapa sering lupa? karena jarang diulang. Coba kalo sering diulang, pasti tetap terjaga. Yang sering lupa, pasti jarang/tidak murajaah. Ya, cukup diulang-ulang aja. Insya Allah hafalan jadi lancar. 

Maka saya kurang setuju dengan istilah “yang penting khatam dulu, mutqinnya belakangan.”. Karena jika hafalan kita belum lancar, maka kita dilarang untuk menambah dan wajib mengulang hafalan untuk mempersiapkan ujian hafalan sebelum lanjut ke hafalan juz baru.

Sebelum melanjutkan bacaan. Save pin ini untuk memudahkan baca nanti.

Untuk memiliki hafalan Al-Qur’an yang cukup banyak, perlu ‘manajemen pengulangan’ tersendiri untuk menjaga hafalan yang dianalogikan seperti beternak onta. Rasulullah saw pernah bersabda;

“Jagalah Al-Qur’an, demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, Al-Qur’an itu lebih cepat lepas dari pada seekor unta dari ikatannya” (H.R. Bukhari)

Jadi begini, orang yang menghafal Qur’an itu seperti orang yang beternak unta…Orang yang sedang berburu unta seperti orang yang sedang menghapal Al Qur’an, Orang yang sudah menangkap onta seperti orang yang sudah hafal, sedangkan orang yang sedang memelihara onta itu seperti orang yang menjaga hafalannya.

Masalahnya, tidak semua onta jinak.  Tapi kita asumsikan saja: Unta itu ada 3 jenis: liar, ada yang setengah liar, ada yang jinak. Begitupun hafalan, ada yanglemah, agak kuat, dan sangat kuat. 

Sekarang kita analogikan lagi, hafalan yang lemah itu seperti unta liar, yang maunya kabur terus… (kabur dari ingatan) hafalan yang agak kuat itu seperti unta setengah liar, kadang mau kabur, kadang tidak. Hafalan yang kuat itu ibarat unta jinak, yang justru lebih suka pada pemeliharanya. Hafalan lemah itu biasanya berupa hafalan-hafalan yang baru saja dihafal, seminggu yang lalu, misalnya. Hafalan yang baru dihafal ini rentan lupa. Semakin baru hafalan, semakin mudah lupa, biasanya.

Baca juga:   Rahasia Hubungan Taubat dan Istighfar

Nah…strateginya, sebagaimana dalam beternak unta, seharusnya kita lebih fokus pada mengurus ‘unta-unta liar’. Karena unta liar lebih mungkin untuk kabur dibanding yang jinak. Begitupun dalam menjaga hafalan, rumusnya adalah…

“Utamakan hafalan-hafalan yang masih lemah“.

Aplikasinya…,

“Hafalan yang lemah harus lebih banyak diulang daripada halafan yang kuat“.

Banyak penghafal Qur’an yang suka murajaah hafalan yang sudah kuat saja, sedangkan hafalan yang lemah jarang diulang-ulang. Akhirnya…yang hafalannya yang kuat tambah kuat, yang lemah tambah lemah.

Walaupun demikian, bukan berarti hafalan yang sudah kuat tidak diurus. Harus diulang-ulang juga. seperti onta yang sudah jinak, dia juga tetap perlu diberi perhatian, walaupun tidak seintensif unta yang bermasalah (liar).

Idealnya, untuk unta liar, harus diurus minimal setiap 3 hari sekali. Setiap 3 hari, hafalan lemah harus diulang minimal sekali. Kalo misalnya hafalannya 3 surat dan masih lemah semua, maka murajaahnya sehari 1 surat. Untu unta setengah liar, harus diurus minimal setiap seminggu sekali.

 Setiap seminggu, hafalan agak kuat harus diulang minimal sekali. Misalnya, kalo hafalannya yang agak kuat ada 7 surat, maka murajaahnya sehari 1 surat. Sedangkan untuk unta jinak (hafalan ngelotok), boleh ditinggal agak lama. Tapi jangan kelamaan, minimal dalam sebulan keulang minimal sekali.

Sebagai contoh, misalnya ada orang punya hafalan Al Qur’an 40 surat. 30 surat diantaranya hafalan kuat, 7 hafalan agak kuat, dan 3 lemah. Maka murajaahnya hariannya: 1 surat hafalan kuat, 1 surat hafalan agak kuat, dan 1 surat hafalan lemah. Dengan cara ini, hafalan kuat akan terulang sekali sebulan, hafalan agak kuat seminggu sekali, dan hafalan lemah 3 hari sekali.

Kemudian, biarkan onta-onta itu tumbuh sehat, supaya bisa beranak-pinak, bisa diambil susunya, bisa dipakai sebagai kendaraan, dan diambil dagingnya buat makanan. 
Maksudnya, rawatlah hafalan kita, insya Allah hafalan kita akan bertambah banyak dan memberikan manfaatnya buat kita juga, insya Allah

Baca juga:   Tentang Terjemahan Surat Al-Maidah 51

Untuk teknis penerapannya, bisa anda gunakan metode Sabak, Sabki dan Manzil. Metode ini lebih menekankan pada muraja’ah daripada menambah hafalan terus menerus. 

Penjelasan ringkasnya sebagai berikut

Sabak: Hafalan Baru

Yakni menghafal ayat-ayat yang belum pernah dihafal sebelumnya.

Sabak ini, minimal setengah halaman perhari. 5 kali dalam seminggu. Kalau tidak sanggup, ya wes 5 baris. Kalau tidak sanggup juga, ya wes semampunya, meskipun seayat-dua ayat. Yang penting dalam sehari ada hafalan baru.

Lebih mantap lagi jika ikut cara menghafal Syaikh Nuh Saunders ketika menghafal satu halaman Al-Qur’an, satu halaman dibagi menjadi tiga bagian dan setiap bagian dibaca sampai 50 kali.

Sabqi: Menyempurnakan hafalan yang belum Mutqin

Contoh di Juz ‘Amma kita masih blepetan di Surat At-Takwir. Nah itu kudu diulang lagi, sampai mutqin. Sabqi ini minimal 1 halaman perharinya.

Manzil: Muraja’ah hafalan Mutqin

Sehari minimal 2,5 lembar. Kesemua itu diupayakan bersama pembimbing atau teman, agar kesalahan yang ada bisa segera diperbaiki. Sedang untuk Manzil bisa dilakukan dengan cara Shalat Sunnah dengan membaca 2,5 lembar itu.

Baca juga:   Seorang Ibu Menghafal Al-Qur`an di Usia 70 Tahun

Dari sini kita bisa ketahui, bahwa murajaah hafalan lama lebih digalakkan daripada menambah hafalan baru.

Kelebihan Metode Sabak, Sabki dan Manzil

Berikut ini beberapa kelebihan dengan metode sabak, sabki dan manzil berdasarkan hasil penelitian skripsi yang saya lakukan pada tahun 2013 lalu.

  1. Hafalan menjadi kuat karena menekankan kepada penguatan hafalan dengan secara rutin mengulang hafalan yang lalu setiap kali setoran baru.
  2. Santri terbimbing dalam hafal Al-Quran dan tidak bingung dengan apa yang harus mereka lakukan.
  3. Dengan Sabki hafalan baru menjadi lebih kuat dan dengan Manzil hafalan lama menjadi kuat dan memudahkan santri mengulang hafalan satu juz.
  4. Dengan memaksakan manzil maka seluruh hafalan dapat terulang meskipun tidak satu juz walau hanya dengan menyetorkan rubu’-rubu’.
  5. Dengan sistem sabak, sabki, manzil musyrif dapat berkreasi dalam menerapkan sistem setoran.
  6. Disiplin waktu
  7. Menjadikan tilawah harian yang dibaca menjadi lebih baik dari segi tahsin tilawah.
  8. Penekanan hafalan baru sesuai dengan keadaan siswa.
  9. Pendidikan dalam membaca Al-Quran baik dalam shalat maupun dalam luar shalat.

Selain itu, selalu gunakan waktu luang kita bersama Alquran, isi hp dengan murattal atau bacaan Alquran yang ssedang kita hafal, hapus file musik dan lainnya selain Alquran.  Jadikan Alquran wirid harian kita. 

Slide Presentasi Skripsi tentang Metode Sabak, Sabki dan Manzil

Saya lampirkan makalah slide sidang skirpsi saya tentang Sabak, Sabki dan Manzil atau dikenal juga dengan metode Pakistani. Saya membuktikan efektifitas metode ini di Pesantren Bina Qolbu, Bogor.

Link di SlideShare

https://www.slideshare.net/ahmadbinhanbal/efektifitas-metode-sabak-sabki-dan-manzil-di-pesantren-bina-qolbu

Link di ResearchGate: https://www.researchgate.net/publication/330532280_Efektivitas_Sabak_Sabki_dan_Manzil_dalam_Menghafal_Al-Quran

Unduh Skripsi Metode Pakistani: Sabak, Sabki, Manzil

Penerapan Metode Pakistani Dalam Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Tahfidhul  Quran di Pondok Pesantren Bina Qolbu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

January 2013

DOI:10.13140/RG.2.2.34928.81920

Thesis for: Sarjana Pendidikan Agama Islam

Advisor: M. Misbah, M.Pdi

Terima kasih

Diupdate

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

2 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *