Saat ini kehidupan materi telah mengalami kemajuan yang melampaui batas. Manusia sekarang ini menggantungkan diri mereka terhadap peradaban dan kehidupan modern, sehingga kehidupan dunia menjadi puncak tujuan dan cita-cta mereka, bahkan mereka hidup dan mati untuknya.
Tidaklah mengherankan jika kondisi ini menimpa orang kafir, namun yang mengherankan adalah kaum muslimin juga mengikuti pola hidup mereka, dan lupa bahwa mereka diciptakan untuk tujuan yang lebih mulia dan lebih tinggi dari hanya sekedar mencari dunia, yaitu untuk beribadah kepada Allah swt, berjihad dan berdakwah dijalan-Nya.
Harga kelalaian ini sungguh teramat mahal, mereka menjual ketenangan dan kebahagiaan dengan berbagai macam penyakit jasmani dan rohani zaman ini seperti; gelisah, gundah, darah tingggi dan lain-lain. Kebanyakan mereka memfokuskan pada penyembuhan secara fisik dan mengabaikan penyembuhan lain berupa iman kepada Allah swt, berobat dengan Al-Quranul Karim, berdzikr serta berdo’a, yang kesemuanya ini bisa menguatkan sisi maknawi dan rohani manusia, yang jika terkena penyakit dapat sembuh dengan mudah.
Maka betapa butuhnya kita, kaum Muslimin, kepada penguatan sisi keimanan agar kita hidup dengan rasa aman, iiwa yang tentram dan hati yang tenang dan bahagia, adapun cara untuk menjaga dan mengobati diri dari penyakit ada dua cara:
Pertama; Tahap Pencegahan
Sesungguhnya jiwa seorang Muslim yang berpegang teguh dengan ajaran-ajaran Islam dan adab-adabnya, baik secara perkataan atau perbuatan lalu menerapkannya setiap hari dalam bidang kehidupannya serta melazimi adab dan do’a-do’a yang diajarkan Islam dan berpegang teguh dengannnya dengan sempurna, maka itu akan menjadi benteng dari penyakit rohani, dengan zin Alllah.
Diantara amalan dan dan dzikir yang terpenting adalah:
- Melaksanakan seluruh kewajiban, khususnya shalat lima waktu
- Menjauhi seluruh maksiat dan dosa
- Senantiasa membaca wirid dari al-Quran
- Membaca dzikir pagi dan petang
- Berusaha senantiasa membaca basmalah dalam segala urusan
- Berpegang teguh pada amalan yang menambah keimanan pada Allah SWT seperti Shalat Malam dan Witir
- Memperbanyak do’a, dzikir dan Istighfar
Namun karena kelalaian yang terjadi pada sebagian manusia pada hari ini dalam melaksanakan tahapan ini, maka mereka membutuhkan terapi lain yang lebih khusus yaitu Ruqyah Syar’iyyah, yang akan kami terangkan lebih lanjut pada point dibawah ini
Kedua; Ruqyah
Ruqyah adalah kumpulan ayat-ayat al-Quran dan do’a-do’a yang bersumber dari Nabi SAW yang dibaca oleh seorang Muslim untuk dirinya, anaknya atau keluarganya guna mengobati penyakit rohani atau penyakit yang ditimbulkan oleh kejelekan ‘ain manusia dan jin, kerasukan setan, sihir ataupun penyakit-penyakit fisik yang lain.
Disyari’atkannya Ruqyah
Ada beberapa dalil yang menunjukkan bahwa Nabi SAW pernah mengamalkan ruqyah, diantaranya
Aisyah berkata: “Jika Nabi SAW mengeluh (karena rasa sakit), beliau membaca ruqyah untuk dirinya sendiri dan meniup (kedua tangannya untuk diusap ke tubuhnya dengan tiupan yang diiringi sedikit ludah). Jika rasa sakitnya memuncak, aku membaca ruqyah unutk beliau dan mengusapkan tangan kanan beliau karena mengharap berkah dari tangan tersebut.” (HR Muslim)
Nabi SAW bersabda: “Tidak mengapa melakukan ruqyah selama bukan syirik,” (HR Muslim dan Abu Dawud)
Apakah ruqyuah dikususkan untu penyakit tertentu?
Pandangan yang mengatakan bahwa ruqyah dikhususkan untuk mengobati sihir atau kerasukan jin adalah pandangan yang salah, karena terdapat banyak dalil dari al-Quran dan Sunnah yang menunjukkan keumuman manfaaat ruqyah, diantaranya adalah:
Firman Allah SWT: “Katakanlah; Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (QS Fushilat: 44)
Dalil dari sunnah misalnya ketika Jibril as mendatangi Nabi SAW untuk meruqyahnya, Jibril berkata: “Wahai Muhamad, ada yang engkau keluhkan? ‘Benar’ jawab Nabi SAW. Selanjutnya Jibril mengucapkan; “Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahnu dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejahatan setiap jiwa ataupun ‘ain yang dengki. Allah akan menyembuhkanmu. Dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu.” (HR Muslim) hadits ini menunjukkan keumuman segala penyakit. Diriwayatkan dari Abdurrahman bin al-Aswad dari ayahnya, ia berkata; Aku bertanya kepada Aisyah tentang ruqyah disebabkan sengatan hewan berbisa, dia menjawab: “Nabi SAW memberikan keringanan untuk melakukan ruqyah terhadap semua sengatan hewan berbisa.” (HR Bukhari)
Contoh nyata dari manfaat ruqyah adalah kisah Ibnul Qayyim rh. Beliau berkata: “Saya pernah sakit sewaktu berada di Makkah, tanpa mendapatkan obat atau dokter. Lalu saya mengobati diri sendiri dengan al-fatihah. Saya melihat efek yang menakjubkan, saya ambil seciduk air zam-zam, kemudian saya bacakan al-fatihah berulang-ulang, lantas saya minum, sejenak kemudian saya mendapatkan kesembuhan yang sempurna (Zaadul Ma’ad 4/178).
Seiring dengan semangat kaum muslimin untuk menggunakan Ruqyah sebagai sarana penyembuhan, perlu dijelaskan bahwa hal ini bukan berarti tidak diperbolehkan menggunakan sarana-sarana penyembuhan yang lain seperti berobat, hal ini dibolehkan dan disyariatkan dengan dalil bahwa Nabi SAW sendiri dahulu menganjurkan dan melakukannya. Ibnu Qayyim mengatakan bahwa Nabi SAW pernah ditanya oleh orang badui, “Ya Rasulullah, apakah kita boleh berobat?” beliau menjawab: “Boleh, Wahai hamba-hamba Allah, berobatlah. Sesungguhnya tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Allah juga menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit,” “Apakah itu?” Tanya para Sahabat “Penyakit tua.” (HR Ahmad).
Agar Ruqyah yang kita lakukan sesuai dengan yang kita harapkan, ada beberapa syarat yang mestinya dipenuhi yaitu: Ruqyah tersebut menggunakan firman Allah atau nama-Nya atau ucapan dari Nabi SAW, menggunakan Bahasa Arab atau yang diketahui maknanya, orang yang meruqyah yakin bahwa ruqyah tidak memberi dampak kecuali dengan takdir Allah SWT, Ruqyah tidak dilakukan dengan tata cara yang haram atau bid’ah dan pihak yang meruqyah bukanlah penyihir, dukun atau peramal.
Setelah kita meyakini manfaat dan urgensi ruqyah dalam hidup kita, tidak perlu lagi menemui orang lain untuk meruqyah, tetapi ruqyahlah diri sendiri, hal ini lebih baik dan lebih utama dari beberapa segi; hal ini sebagai bentuk kesempurnaan tawakal kepada Allah SWT, ruqyah terhadap diri sendiri lebih menimbulkan keikhlasan dan kejujuran dan kita dapat melakukan ruqyah tersebut kapan saja.
Berikut ini sejumlah ayat-ayat al-Quran yang biasa digunakan untuk meruqyah: QS al-Fatihah: 1-7, QS al-Baqarah: 1-5, 102, 137, 255, 284-286, QS Ali Imran: 1-5, 85, 173-174, QS al-An’am: 17, QS al-A’raf: 54-56, 117-119, QS Yunus: 79-82, QS al-Isra’: 82, QS al-kahfi: 39, QS Thaha: 65-69, QS al-Mukminun: 115-118, QS Yaasin: 1-9, QS ash-Shaffat: 1-10, QS al-Mukmin: 1-3, QS al-Ahqaf: 29-32, QS ar-Rahman: 33-35, QS al-Hasyr: 21-24, QS al-Mulk: 1-4, QS Jin: 1-9, QS al-Ikhlas, QS al-Falaq dan QS an-Nas. Wallahu ‘Alam Bisshawab