Resensi Serial Film Yusuf As-Shiddiq Alihissalām

Dari sekian banyak media massa, Televisi atau film adalah salah satu media massa  yang banyak digandrungi masyarakat, karena menyuguhkan gambar dan suara sekaligus yang bergerak sangat dramatis sehingga mampu mewarnai imajinasi dan juga menyihir jiwa dan mengendalikan fungsi-fungsi kejiwaaan.

Di antara film yang sempat menyihir berjuta-juta mata umat Islam adalah film nabi Yusuf As-Shiddiq. Film ini mulai ditayangkan di awal ramadhan tahun 1427 H dan menjadi film dokumenter pertama yang disukai begitu banyak penonton di seluruh dunia Islam.

Dan seperti yang kita ketahui, bahwa masyarakat muslim di negeri ini sangat haus dengan film religius, mereka sudah muak dengan semua film dan program acara yang berbau hedonis dan ditaburi kriminalitas dan seksualitas.

Namun amat disayangkan, film-film religius yang beredar terkadang ibarat serigala berbulu domba, namanya aja yang religius tapi isinya penuh dengan adegan atau narasi yang cenderung mencederai aqidah umat islam.

Maka, umat islam harus selalu berwaspada dari segala bentuk perusakan aqidah yang sering dilakukan oleh musuh-musuh islam dengan cara yang amat halus, seperti dengan media film.

Untuk level internasional, ada satu film yang sempat mengundang banyak kontroversi dari kalangan sunnah dan syiah karena menampilkan peran seorang nabi, sahabat dan malaikat yaitu film Yusuf As-Shiddiq yang disutradari oleh, Farajullah Salahshur dari Iran.

Perlu diketahui bahwa saat ini mereka (orang-orang Syiah) dengan sangat halus masuk dan menguasai pikiran manusia di seluruh dunia dalam bentuk cerita-cerita film yang dikemas dengan sangat menarik yang dijadikan alat untuk mensosialisasikan faham Syiah mereka.

Film Yusuf As-Shiddiq alaihis salam

Film ini bercerita tentang perjalanan nabi Yusuf as dari semenjak ia lahir sampai akhirnya bertemu dengan ayahnya, Ya’qub as. Film ini terdiri dari 45 episode yang tiap episodenya berdurasi sekitar 45 menit. Masuk ke dalam film terpopuler pada tahun 2008 dan telah menghabiskan berjuta-juta uang Iran, berkisah tentang kejadian-kejadian penting dalam kehidupan Yusuf as. Statsiun tv yang menyiarkan film ini cukup banyak seperti; alkawthar, almanar, albidayah dan alhuurrah.

Film ini menceritakan kisah tentang Nabi Yusuf, yang dituangkan secara interaktif. Dengan alur cerita yang seakan membawa kita berjalan menembus ruang dan waktu, menuju waktu di mana Nabi Yusuf masih menginjakkan kakinya di muka bumi ini. Seakan membawa kita berwisata secara ruhaniah, mempelajari cerita tentang Nabi Yusuf yang berjalan dalam kehidupannya.

Kisah Nabi Yusuf ini, bermula dari didapatnya mimpi kenabian yang dialami Nabi Yusuf saat kecil. Hal ini kemudian membuat ayah beliau menjadi semakin sayang kepadanya. Namun, sangat disayangkan hal itu juga memancing kecemburuan dari para saudaranya.

Selanjutnya, berkat konspirasi yang dibentuk oleh para saudaranya, Yusuf pun dibuang ke sumur. Berkat musafir yang memungutnya, dia pun sampai di Mesir, yang kemudian dijadikan budak oleh penguasa setempat.

Waktu berlalu, Nabi Yusuf (yang dipanggil “Yuzarsit” di Mesir) pun beranjak dewasa. Bakat dan keahliannya semakin matang. Dan, karena ketampanannya, istri penguasa saat itu, Siti Zulaikha tertarik kepada Yusuf dan menjebaknya dalam serangkaian fitnah yang berujung dijebloskannya Nabi Yusuf ke dalam penjara dalam waktu yang lama.

Tahun kembali berlalu. Berkat keahlian Nabi Yusuf akan penafsiran mimpi, dia pun dapat bebas setelah berhasil menafsirkan mimpi sang penguasa Mesir, akan datangnya bencana yang dapat mengancam negeri Mesir kala itu.

Berawal dari semua itu, pada akhirnya kepercayaan semua orang akan beliau semakin tinggi. Berujung pada diangkatnya beliau sebagai penguasa baru, yang membawa negeri tersebut menjadi makmur dan sejahtera.

Baca juga:   Menjaga Hubungan Dengan Allah SWT

Film ini menyajikan berbagai nilai kehidupan dari sisi Islam, yang dapat kita jadikan introspeksi bagi kita. Nabi Yusuf digambarkan sebagai sosok yang tabah dan sabar menghadapi berbagai macam masalah. Sosok Nabi Yusuf juga melambangkan pemimpin yang adil dan bijak, serta rela berkorban demi kesejahteraan rakyatnya.

Secara umum, film ini sangat prestisius karena telah berhasil dan sukses dalam menggambarkan kehidupan nabi Yusuf as dan peristiwa serta kejadian yang dialaminya. Dibuat dengan seni yang sangat tinggi dan detail sehingga seakan-akan kita benar-benar melihat panorama mesir kuno, bahasa arabnya pun pun amat fasih, cocok bagi anda yang ingin mempelajari bahasa Arab dengan baik dan benar.

Alur ceritanya juga sangat bagus dan sesuai dengan urutan sejarah karena skenario film ini dibuat oleh 20 penulis yang membutuhkan waktu selama 4 tahun untuk menyelesaikan skenario film tersebut, dengan bersandar pada kitab-kitab tafsir, hadits, fiqih, tarikh dan beberapa kitab dari mazhab sunni, sehingga terkumpul menjadi 8000 lembar, yang kemudian di ringkas menjadi 1800 lembar dengan judul: يوسف المتوكل على الله”  serta “يوسف الفتوة”dan “يوسف والدعوة إلى وحدانية الله”.

Untuk mengumpulkan apresiasi penonton, tv alkawthar membuat acara talk show “ma’al musyahidin atau bersama para penonton film Yusuf As-Shiddiq, yang menghadirkan para pemain dari film Yusuf, yang menampung semua tanggapan serta pujian dari para penonton di seluruh dunia islam.

Ada yang menyebutkan bahwa 90% orang Arab telah membeli film ini karena sangat terkesima dengan kisah-kisahnya seperti kisah bagaimana Yusuf menghindar dari cengkraman Zulaikha dan lari melewati 7 lapis pintu, bagaimana seorang anak kecil yang belum bisa berbicara menjadi saksi akan kesucian Yusuf dan bagaimana ketika Zulaikha telah bertaubat dan menyesal atas apa yang pernah dilakukannya, ia menjadi ruhaniawati sejati seperti Rabiatul Adawiyah yang cintanya sangat berlebih kepada Allah swt melebihi cintanya kepada Yusuf as, bahkan ketika ada perintah Allah agar Yusuf menikahi Zulaikha, ia enggan untuk menemui Yusuf selama 40 hari karena ingin bermunajat kepada-Nya.

Mustafa Zamani sebagai pemeran Nabi Yusuf Alaihiss Salam

Musthafa Zamani adalah aktor (mumatsil) dari nabi Yusuf as ia pria Iran yang lahir tahun 1982 M di kota Faridun Kanar di sebelah selatan kota Iran, sekarang menjadi mahasiswa fakultas teknik di salah satu universitas di Iran. Untuk menjadi pemeran dari Nabi Yusuf as ini dia harus mengalahkan 3000 orang saingannya.

Dia ditemukan oleh sang sutradara, Farajullah Salahshur, setelah selama satu setengah tahun melakukan  casting (pemilihan) pemain. Aktor lainnya adalah Katayun Riyahi yang memainkan peran Zulaikha, Husain Ja’fari yang memainkan peran Yusuf kecil, dan Ja’far Dahqan yang berperan sebagai Butifar yaitu raja mesir yang disebut Al-Aziz.

Episode pertama dari film ini, bercerita tentang kelahiran nabi Yusuf as dan bagaimana ayahnya, nabi Ya’qub as menyelisihi pendeta dan khurafatnya dan menyeru kepada agama yang benar dan hanif.

Di episode kedua diceritakan tentang proses dan peristiwa yang terjadi ketika kelahiran Yusuf as, dimana ketika dia lahir, terjadi hujan deras dan ma’bad (tempat menyembah) terbakar, sehingga manusia beriman kepada nabi Ya’qub as.

Episode setelahnya, bercerita tentang migrasinya Ya’qub beserta keluarganya ke Kan’an untuk mendapatkan perintah kenabian setelah ayahnya, Ishaq as wafat. Di tengah perjalanan istrinya yang menjadi ibu dari nabi Yusuf melahirkan saudara Yusuf, Benyamin, akan tetapi kelahiran tersebut berakibat pada kematian istrinya. Setelah kematian istrinya, Ya’qub amat cinta dan sayang kepada nabi Yusuf as yang membuat hati yang lain merasa dikucilkan dan pilih kasih sehingga mereka berencana untuk membunuh Yusuf as. Episode setelahnya berkisah seperti yang telah diketahui.

Dalam menanggapi film ini, umat islam terbagi menjadi dua kubu; ada yang setuju dan ada yang menentang. Yang setuju mayoritas adalah peganut syiah dan ahlus sunnah yang awam yang tidak mengetahui propaganda syiah di balik pembuatan film ini. Dan di antara yang menentang peredarang film ini adalah komite ulama tertinggi Syiah di Iran, Majma’ Buhuts Islamiyah sebuah lembaga tertinggi di Al-Azhar yang dipimpin oleh Dr. Ahmad Ath-Thayyib juga menyuarakan keberatan mereka terhadap film Yusuf As-Shidiq yang ditayangkan di Drama Melody di Mesir pada satelit Nil Sab dan meminta agar penayangan tersebut diberhentikan.

Baca juga:   Kepekaan Sosial Selama Ramadhan

Selanjutnya mereka mengeluarkan fatwa larangan membuat adegan film para nabi, sahabat dan ahlul bait. Fatwa senada juga diikuti institusi islam lainnya seperti fatwa Haiah Kibarul Ulama di Saudi, fatwa dari Lajnah Daimah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta’ di Saudi, Lajnah Fatwa di Mentri Wakaf Kuwait dan fatwa lainnya dari ulama-ulama tsiqah (terpercaya).

Fatwa di atas sebenarnya pernah dikeluarkan sekitar 30 tahun yang lalu, ketika sutradara Mustafa al-Akkad menyerahkan naskah filmnya al-Resala (The Message) karena menayangkan beberapa sahabat nabi seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.

Catatan atas film Yusuf As-Shiddiq

Catatan ini saya buat dari hasil menyimak dan menonton langsung film Yusuf dan saya tambah dari beberapa artikel yang saya dapat dari beberapa muntada (forum) dalam bahasa Arab yang saya ikuti. Tujuan dari catatan ini adalah sebagai rambu-rambu ketika anda melihat film tersebut agar tidak termakan dengan beberapa kejanggalan di dalamnya.

Dan berikut ini catatan-catatan atas film Yusuf As-Shiddiq.

Pertama, Menampakkan adegan peran Nabi Yusuf as dan Nabi Ya’qub as.

Telah kita ketahui bahwa beriman kepada para Nabi termasuk dari salah satu rukun iman, sebagaimana banyak dijelaskan dalam al-Quran dan hadits-hadits nabi, dan konsekwensi dari iman kepada para nabi adalah dengan menghormati serta memuliakan mereka secara layak baik ketika mereka hidup atau mati tanpa diiringi sikap ghuluw dan ifrath, karena mereka adalah hamba Allah yang terbaik.

Sudah menjadi fakta bahwa tidak ada lukisan atau patung yang menggambarkan bagaimana keadaan tubuh dari para nabi, sehingga hampir tidak mungkin menemukan gambaran asli mereka, lalu atas dasar apa seorang aktor tertentu telah memenuhi syarat untuk berperan sebagai nabi?? Bahkan syaithan pun tidak mampu dan diharamkan untuk menyerupai jasad para nabi di dalam mimpi, sehingga jika ada seseorang mengaku benar-benar bersua dengan nabi bisa jadi ia jujur, karena syaithan tidak dapat menyerupai jasad seorang nabi di dalam mimpi, sebagaimana sabda nabi saw di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim;

رآني في المنام فقد رآني، فإن الشيطان لا يتمثل بي

Lalu bagaimana jika seorang aktor memainkan peran seorang nabi, dan kemudian ia memerankan pemain sebagai seorang pemabuk misalnya, jelas ini tidak sopan dan mengurangi kesucian seorang nabi utusan Allah.

Para nabi adalah orang yang ma’shum (terjaga dari dosa) dan mendapat kemuliaan dan posisi tertinggi di sisi Allah swt, sampai-sampai Allah swt mengharamkan bumi untuk menggorogoti jasad mereka, seperti hadits yang diriwayatkan oleh imam Nasa’i dan dishahihkan oleh Al-Bani berikut:

إن الله حرم على الأرض أن تأكل أجسادالأنبياء

Lantas apakah mereka pernah meihat wajah nabi Yusuf as, apakah mereka pernah melihat wajah nabi Ya’qub as sehingga mereka membuat actor yang memerankan nabi Yusuf yang ketampanannya ½ dari ketampanan semua manusia? Apakah Musthafa Zamani setampan nabi Yusuf? Tidak ada barang 1 persen pun dari ketampanan Yusuf as.

Baca juga:   PAUD dan SD di Dusun Buttui

Kedua, Menampakkan peran aminus sama’, Malaikat Jibril as.

Jibril yang disebutkan oleh Rasulullah saw sangat berbeda dengan manusia, ia memiliki sayap, ia memiliki 600 sayap yang terlihat disebelah ufuk ketika Nabi saw menerima wahyu.

Ketiga, kisah israiliyat

  1. Yusuf memerintahkan rakyatnya untuk mengambil khumus (bagian harta yang biasa diambil oleh ulama syiah) agar selamat dari musim paceklik.
  2. Yusuf mengusapkan kemejanya di wajah Zulaikha, istri al-Aziz, agar penglihatannya pulih dan kembali muda sekali lagi agar bisa dinikahi oleh Yusuf as. Tetapi al-Quran berbicara lain, nash Al-Quran telah memutus hubungan antara Yusuf dan Zulaikha setelah si raja tahu bahwa Yusuf bersih dari segala macam tuduhan yang dialamatkan kepadanya, sebagaimana Qs. Yusuf: 52. قَالَتِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ الْآنَ حَصْحَصَ الْحَقُّ أَنَا رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِين
  3. Disebutkan bahwa nabi Yusuf as hidup di masa firaun yang disebut akhnatuun dan firaun itu akhirnya menjadi muwahhid (orang yang bertauhid) apakah benar demikian??
  4. Di akhir episode film ini disebutkan adanya kabar gembira dengan datangnya al-Mahdi yang disebut dalam film tersebut dengan al-mukhlish, dari mana mereka memasukkan al-mahdi di film Yusuf?

Ada satu hal yang banyak dipertanyakan oleh kalangan Ahlus sunnahn kepada orang-orang Iran. Ketika mereka membuat seri film Karbala’, mereka tidak menampakkan wajah Ahlul Bait seperti Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husan, Ja’far As-Shadiq dan Zainal Abidin kecuali dengan cahaya atau hanya suara saja, lalu kenapa mereka menampakkan dengan jelas nabi Yusuf dan nabi Ya’qub??

Anda tidak perlu heran karena menurut Syiah, imam mereka lebih tinggi derajatnya dari para nabi, silahkan simak perkataan ulama-ulama Syiah berikut:

Ayatullah Khomeini berkata dalam bukunya “Al-Hukumah Al-Islamiyyah: 52” demikian “Sesungguhnya di antara yang wajib diimani dalam mazhab kita ini (Syiah) ialah bahwa para imam Syiah itu mempunyai kedudukan yang tidak mungkin dicapai oleh malaikat yang terdekat dengan Allah sekalipun dan juga oleh nabiyang diutus”.

Ibrahim Al-Musawi Adz-Dzinjani berkata dalam bukunya “Aqaidus Syiah Al-Imamiyyah Al-Itsna as’ariyyah juz III bahwa “Kami berkeyakinan bahwa imam itu seperti Nabi saw, ia ma’shum dari semua kesalahan dan perbuatan, baik lahiriyah maupun batiniyah dari usia kanak-kanak sampai menjelang kematian, baik sengaja ataupun tidak. Para imam juga tidak pernah lupa dan bersalah sebab mereka dijaga oleh Allah”.

Demikian beraninya mereka berkata yang amat keterlaluan, padahal nabi Muhammad saw sendiri tidak sampai demikian.

Seandainya saja film-film demikian tidak dicegah, maka orang-orang Syiah akan lebih berani, misalnya dengan membuat film kartun yang ada gambar nabi dan malaikat dan suara nabi, malaikat bahwa suara Allah swt munkgkin juga mereka buat, waliyadzubillah.

Video Film Yusuf Ash-Shiddiq

Video Nabi Yusuf bisa diunduh dari Shiavoice.Com

  1. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/01ne.mp4
  2. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/02ke.mp4
  3. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/03kt.mp4
  4. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/04zo.mp4
  5. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/05xk.mp4
  6. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/06ch.mp4
  7. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/07qx.mp4
  8. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/08sy.mp4
  9. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/09vg.mp4
  10. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/10vc.mp4
  11. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/11ba.mp4
  12. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/12nc.mp4
  13. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/13gl.mp4
  14. http://shiavoice.com/media/video/moselsel/nebi_yosef/14vc.mp4
  15. Video lainnya bisa dilihat di shiavoice.com

Alur Kisah Nabi Yusuf Alaihissalam dalam bahasa Indonesia sejak kecil sampai menjadi bendahara Mesir dalam video berdurasi 4 Jam.

Galeri Foto Film Yusuf As-Shiddiq dan Serial Drama Islam lainnya

Link Terkait tentang Nabi Yusuf

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

31 Comments

  1. nice writing, very insightful. I like it a lot. I come acoss this website by yahoo search engine. I may visit your site oftenly and introduce it to my neibourghhood. Please keep it updated. Keep on the good work. – A sweet girl

  2. Ane Ali al Mujtaba bermubahalah “Syi’ah Ali adalah menggunakan ajaran Islam yang paling murni berasal dari Rosulullah melalui ahlul baytnya yang suci. Yang mengatakan syi’ah sesat maka dialah yang sesat sedang yang mengatakan syi’ah kafir maka dialah yang kafir.” Jika pernyataan ane ini salah maka ane akan diberi adzab oleh Alloh dengan siksaan yang sangat pedih mulai detik ini juga sampai akhir hayat ane. Jika hal ini tidak terjadi maka penghujat syi’ah adalah nmusuh Alloh, Rosul, dan ahlul baytnya yang suci

  3. Orang yang menulis komentar ini benar-benar syiah kurang ajar, dia banyak nyebarin ajakan mubahalahnya di blog-blog yang memang banyak menyindir aqidah syiahnya, seperti di blog milik akh Maulana Mufti Berikut ini komentarnya di blog itu, hanya beda redaksi:

    Memang kaum Wahabi adalah musuh Islam sejati. Ente memang wahabi sejati.
    Sesama Wahabi saja saling bermusuhan, apalagi dengan kelompok lain!
    Ane Syiah!

    Ane tantang ente bermubahalah
    “Ane Ali Almujtaba bermubahalah meminta kepada Allah yang maha adil untuk mengadili yang benar dan yang salah dengan mengatakan “Syiah adalah ajaran Islam sejati seperti Islamnya Rasulullah saw dan Imam Ali Alaihissalam, orang yang mengatakan Syiah Ali Kafir, maka dia adalah Syiah Muawiyah La’natullah.

    Jika pernyataan saya ini salah, maka saya akan dihukum Allah dengan hukuman seberat-beratnya mulai detik ini juga ane akan sekarat sampai akhir hidup ane”.

    Penentang Syiah silahkan membalas!

    Di jawab oleh Akh Mufti:
    Maka sayapun mengaminkannya….. silahkan para pembaca juga mengaminkannya, sebab pernyataan dia jauh dari kebenaran, dan mudah-mudahan dia mendapatkan apa yang dia ucapkan sendiri. Syiah bukanlah agama Allah, tapi agama yang dibuat oleh orang Yahudi yang pura-pura masuk Islam, yaitu Abdullah bin Saba’, tidak ada yang disebut Syiah Ali, atau Syiah Muawiyah.
    Ali dan Muawiyah adalah sahabat Rasulullah, mereka bukanlah Syiah. Ali telah dijanjikan masuk surga, Muawiyah adalah pencatat wahyu, dan Rasulullah saw sudah mendoakan Muawiyah, sedangkan Syiah membenci dan mengutuk Muawiyah, dan berlebih-lebihan terhadap Ali, maka tidak heran jika dulu Ali pernah menghukum orang-orang Syiah dengan cara membakarnya hidup-hidup.
    Selesai.

    Saya juga mengamini sepert yang lain. Tentang hukum Mubahalah, hukumnya jawaz atau boleh ketika tampak kejelasan hujah atas orang yang membantah, dan nampak jelas rusak tuduhannya. Apabila tidak mengakui dan tidak mau ikut, maka boleh mengajaknya bermubahalah. Mubahalah sendiri berarti Mula’anah (saling melaknat).

    Ulama Salaf pun pernah melakukan Mubahalah seperti Ibnu Abbas, Imam Auza’i, Ibnu Taimiyah dengan Syaikh Muthai’iiyyah dan Ibnu Hajar dengan pengikut Ibnu Arabi. Ibnu Hajar ketika bercerita tentang faedah dari Mubahalahnya menyebutkan siapa yang ikut bermubahalah dan dia ada pada posisi kebatilan, maka tidak lewat atasnya satu tahun dari hari ketika ia ikut mubahalah (ia terkena laknat).

    Maka kalau Ali Al Mujtaba menulis kalau dia sekarang selamat bahkan sangat sehat wal afiat tidak lantas keyakinannya itu benar, hanya masalahwaktu, kita tunggu saja waktu satu tahun dari waktu mubahalah, just wait.

  4. setelah menela’ah dan menganalisa scr detail ana juga berpandangan sama dg akhi hanbal…, konklusinya; itulah taqiyyah kaum syi’ah, bagaimana ia akan adil dlm mengimplementasikan ajaran Nabi Saw., klw ia mengkultuskan justifan (ali, hasan, husain,… radziyallahuanhum) drpd baginda Rasul Saw., dan Raul2 Lainnya yg mereka lecehkan scr Visual……….

    Ini belom ajaran2 hawa nafsu yg diusung mrk…. Laknat Allah Swt., dan Rasulnya akan sll menyertai kaum yg berbuat demikian. Sadarlah wahai Ali AlMujtaba….. Bagaimana ente bermuhabalah klw ente aja mendustai hadis nabi ttg gambar dan tdk adil dg apa yg kw bela.

  5. KISAH YANG SEBENARNYA PEMBAI’ATAN KHALIFAH ALI RA

    Terpilihnya Ali ra sebagai khalifah

    Setelah terbunuhnya Utsman di tangan para pengkhianat, mereka mendatangi ali untuk menawarkan kepadanya jabatan kekhalifahan, tetapi Ali ra tidak meresponnya. Demikian pula yang dilakukan oleh Thalhah, Az-zubeir, dan Sa’ad bin abi waqqash. Demikian pula dengan semua para ahli syura (musyawarah), mereka menolak jabatan kekhalifan agar tidak terjadi prasangka buruk yang ditujukan kepada mereka dan menuduh mereka telah bekerjasama dengan para pengkhianat yang menjadikan Utsman sebagai korban pembunuhan lewat tangan mereka. Atau mereka sebagai pendorong bagi para pengkhianat dalam melakukan kejahatan-kejahatan mereka. Demikian pula Abdullah bin umar ra menolak jabatan kekhalifahan.
    Tatkala para pengkhianat itu berputus asa dari segala usaha yang mereka lakukan dalam hal menawarkan jabatan kekhalifahan kepada para sahabat yang mulia, dan mereka mengetahui bahwa para sahabat tersebut adalah orang-orang yang tidak rakus kepada jabatan kekhalifahan. Mereka mengumpulkan penduduk madinah dan mengancam mereka akan membunuh para sahabat yang senior jika belum juga terpilih salah seorang di antara mereka yang menjabat sebagai khalifah. Seluruh penduduk madinah mendatangi Ali ra dan memaksanya untuk menerima tawaran dari para pengkhianat itu demi keselamatan mereka semua agar tidak terjadi bahaya dan musibah yang lebih besar. Mau tidak mau, Ali ra pun menerima tawaran mereka dengan pertimbangan untuk menyelamatkan penduduk madinah seluruhnya, maka diangkatlah Ali ra sebagai khalifah dengan suara terbanyak dari penduduk madinah dan sahabat-sahabat yang senior.

    Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kekhalifahan Ali ra

    Allah ta’ala berkehendak fitnah-fitnah tersebut terus menerus bermunculan melalui tipu daya dan kelicikan para musuh islam sebagai musibah dan ujian bagi kaum muslimin, karena Allah ta’ala maha bijaksana dalam menetapkan segala ketetapanNya dan maha tahu dengan segala ketentuanNya.

    1. Peranan Ali ra setelah dipilih menjadi khalifah

    Ali ra merasakan dirinya tengah dihadapkan oleh kenyataan-kenyataan yang sulit dan menyakitkan, seperti menuntaskan perkara Utsman ra yang dibunuh secara zalim. Para pengkhianat telah menguasai kota madinah, sedangkan penduduknya larut dalam keadaan sedih bercampur marah. Adapun berita-berita dusta dan isu-isu terus menyebar di tengah-tengah masyarakat demi memutarbalikkan fakta. Dan masyarakat terus hidup dalam kebingungan menanggapi berita-berita aneh yang bermunculan. Dengan kondisi demikian, maka Ali ra melakukan beberapa tindakan berikut ini:
    a. Segera melengserkan Para amir (gubernur) yang memimpin wilayah-wilayah yang dikuasai selama kekhalifahan Utsman ra, dan melengserkan orang-orang yang dituduhkan kepada mereka berita-berita bohong oleh para pendusta, di mana mereka (para pendusta itu) berbuat keji kepada mereka setelah itu mereka berlepas diri atau tidak mau tahu. Pelengseran ini merupakan ijtihad dari Ali ra dengan keyakinan hal itu akan meredam membesarnya api fitnah. Sedangkan, sebagian sahabat lainnya menasehati beliau agar jangan melengserkan kedudukan para amir, akan tetapi beliau tetap bersikukuh dengan ijtihadnya.
    b. Menunda penyidangan orang yang telah membunuh Utsman ra, padahal orang yang membunuh Utsman telah jelas dan pasti di samping kaum muslimin di berbagai belahan telah sepakat atas pengangkatan Ali ra sebagai khalifah, hal ini disebabkan bahwa para pengkhianat tersebut memiliki kekuatan dan jumlah yang besar yang tidak mungkin mengalahkan mereka dengan gampang, sebagaimana mereka menguasai madinah di mana mereka masih bercokol di sana, dan mereka memasuki ke segala urusan atau permasalahan.

    2. Peranan sebagian para sahabat

    Para amir menerima perintah pelengseran ini, kecuali Amir wilayah Syam yaitu Mu’awiyah bin abi sufyan ra yang tidak merespon pelengseran ini di samping ia mengakui keutamaan Ali ra dan rela menyerahkan kedudukan kepadanya, tetapi masalahnya ia belum mendapatkan kejelasan dari sisi syari’at atas pembaitannya. Dan dalam pandangannya sebenarnya pembai’atan itu berlangsung dan terlaksana di bawah kekuasaan para pengkhianat yang telah membunuh Utsman ra, disebabkan jauhnya jarak antara beliau dan madinah, dan jarangnya informasi-informasi yang sampai kepadanya, karena itulah tangan-tangan para perusak memainkan peranannya dan memaksa masalah qisas bagi pembunuh Utsman lebih didahulukan daripada masalah bai’at. Inilah awal mula munculnya perselisihan. Perselisihan ini adalah disebabkan ijtihad dari kalangan sahabat ra yang disertai dengan niat yang baik dan tujuan yang baik dari mereka. Karena itu, ahlussunnah wal-jama’ah menetapkan bahwa masing-masing dari mereka mendapatkan pahala, bagi yang benar mendapatkan dua pahala, sedangkan bagi yang salah mendapatkan satu pahala. Adapun yang benar adalah Ali ra, dan yang salah adalah orang yang menentang dan memeranginya, semoga Allah ta’ala merahmati dan meridhoi mereka semua.
    Adapun rafidhah dan ahlul-bid’ah wal-ahwa’ mengambil kesempatan untuk memanfaatkan perselisihan ini dan permasalahan lain yang muncul akibat perselisihan ini, mereka menuduh para sahabat rasulullah saw dengan berbagai keburukan dan mencaci maki mereka. Amru bin al-‘ash menurut mereka adalah orang yang sesat, pembuat makar (kejahatan) dan penipu. Sedangkan, Abu musa al-‘asy’ariy adalah orang yang lengah. Dan Mu’awiyah adalah orang yang rakus kepada kekuasaan, Dan lain sebagainya dari apa-apa yang mereka tulis dan riwayatkan di dalam buku-buku sejarah mereka. Semoga Allah ta’ala meridhoi para sahabat dan membersihkan mereka dari perkataan-perkataan para ahli kebatilan dan para pendengki.
    Hasil dari pemanfaatan perselisihan ini oleh para pendengki adalah terjadi dua peperangan yang sangat disayangkan di antara kaum muslimin dalam hal mempertahankan apa yang diyakini hak dan benar oleh masing-masing kelompok. Dua peperanga itu adalah;

    1. Perang Jamal

    Sebabnya adalah Ummul mu’minin ‘Aisyah rah yang ditemani oleh thalhah dan az-zubeir ra yang diikuti sebagian besar kaum muslimin berjalan menuju bashrah dengan niat melunakkan hati dan menenangkan suasana yang goncang serta mendamaikan di antara kaum muslimin yang berselisih setelah pengangkatan Ali sebagai khalifah dengan berlandaskan kepada ayat al-qur’an surat an-nisa’ ayat 114. Akan tetapi, para Saba’iyin (pengikut Abdullah bin saba’ al-yahudiy) memprovokasi waliy (gubernur) bashrah yang telah ditetapkan oleh Ali ra, bahwa mereka (‘Aisyah dan pengikutnya) datang dengan tujuan berperang. Maka, gubernur mempersiapkan kaum muslimin untuk keluar menghadapi mereka. Namun, kesempatan ini dimanfaatkan oleh para Saba’iyin dan mereka menyalakan api peperangan di tengah-tengah kaum muslimin dengan tipu muslihat dan kejahatan, akan tetapi sebagian besar para Saba’iyin terbunuh pada peperangan ini, dan tipu muslihat yang mereka buat kembali menimpa diri mereka sendiri. Walillahil-hamd.
    Sedangkan, Ali ra bersama pasukannya telah sampai di dzi qaar (daerah antara kufah dan wasith) setelah mendengarkan peperangan tersebut, padahal beliau tidak suka terjadinya peperangan. Maka, berlangsung perbincangan dan saling memahami antara beliau dan ‘Aisyah ra serta orang yang menemaninya hingga larut malam hingga jadilah malam itu merupakan malam kebaikan antara dua golongan. Akan tetapi, penyebar fitnah merasakan kekhawatiran menimpa mereka apabila terjadi kesepakatan antara dua golongan tersebut. Maka mereka berangkat pada waktu fajar, dan mereka membagi menjadi dua pasukan. Masing-masing pasukan akan menyerang dua golongan kaum muslimin. Selanjutnya kaum muslimin pun mengangkat senjata karena mengira terjadi pengkhianatan, sehingga berkecamuklah kaum muslimin dalam peperangan yang sengit. Sedangkan para saba’iyun menampakkan segala rasa kedengkian mereka terhadap kaum muslimin dan terus menyalakan api peperangan setiap kali hampir padam. Kemudian Ali ra dan ‘Aisyah rah berusaha menghentikan peperangan. Ali pun mengirim seseorang untuk menyerukan agar peperangan dihentikan, tetapi tidak seorangpun yang mendengarkannya. ‘Aisyah pun mengirim Ka’ab bin suar untuk mengangkat mushaf dan mengajak mereka untuk memperhatikannya, namun serta merta Abdullah bin saba’ melihatnya kemudian membunuhnya.
    Para saba’iyin terus menerus menyalakan api peperangan dan berusaha membasmi orang yang berniat menghalanginya. Tatkala Ali ra melihat banyaknya korban yang ada di sekitar jamal (onta), ia mengetahui bahwa kaum muslimin tidak akan selamat dari serangan pasukan yang berada di atas onta, sedangkan masih ada di antara mereka orang yang masih hidup (dikhawatirkan terinjak-injak oleh onta sehingga bertambah banyak jatuh korban). Maka Ali ra memerintahkan para sahabatnya: “sembihlah onta”. Maka, datang seseorang dari belakangnya sehingga ia menyembelih onta tersebut, kemudian onta dengan sekedupnya pun jatuh, selanjutnya seluruh pasukan pecah dan peperangan berakhir.
    Ali ra menyediakan untuk Ummul mu’minin Aisyah rah segala kebutuhannya baik perbekalan, harta dan berbagai perkakas. Dan tatkala ummul mu’minin ingin menuju makkah, Ali membekalinya dengan berbagai kebutuhan, dan ia sendiri yang melepas kepergiannya dengan berjalan di sisi sekedupnya hingga ke luar kota. Selanjutnya, Ali ra memerintahkan anak-anaknya untuk mendampingi ummul mu’minin sejauh perjalan sehari dan diiringi oleh saudaranya Muhammad bin abi bakar untuk mendampingi perjalannya menuju makkah kemudian madinah. Peristiwa ini terjadi pada permulaan bulan rajab tahun 36 H. ummul mu’minin tinggal di makkah hingga musim haji, setelah itu menuju madinah dan tinggal di sana hingga wafat tahun 58 H.
    Adapun thalhah terbunuh pada peperangan ini. sedangkan, az-zubeir bertolak meninggalkan peperangan setelah mengetahui dan mengakui kesalahannya, akan tetapi para penjahat membunuhnya di tengah perjalanan. Kemudian pembunuhnya mendatangi Ali ra dan menghukumnya.

    2. Perang shiffin

    Yaitu peperangan kedua hasil dari perselisihan yang terjadi dan dimanfaatkan oleh para pendengki. Sebagaimana telah diketahui bahwa mu’awiyah ra dan orang-orang bersamanya dari kalangan sahabat yang berada di syam belum membaiat Ali ra yang disebabkan oleh permasalan-permasalahan yang berkenaan seputar baiat diliputi ketidakjelasan dan fitnah, sedangkan madinah ketika itu masih dikuasai oleh para pengkhianat, serta kemarahannya disebabkan belum terlaksananya qisas atas orang yang telah membunuh Utsman ra. Adapun Ali ra marah disebabkan kedurhakaan mereka dan memisahkan diri dengan pertentangan, ia ra dan orang yang mengikutinya tidak ingin ada dua pemegang kekuaan dalam Negara islam, maka ia bertekad menyelesaikannya dengan diskusi dan saling tafahum, apabila tidak berhasil maka dengan jalan peperangan.
    Kedua golongan puas dengan hujjah mereka masing-masing. tidak ada indikasi rakus kekuasaan atau kejahatan dan penipuan sebagaimana yang ditebarkan oleh rafidhah (syiah), mereka berdusta atas nama sahabat rasulullah saw. Dengan demikian, maka Ali ra mengumpulkan pasukan untuk menekan terjadinya fitnah, dan semoga saja para penentang mau kembali ke jalan yang benar. Adapun mu’awiyah dan orang-orang yang bersama dengannya mengumpulkan kekuatan untuk membela kebenaran dan menuntut qisas bagi orang-orang yang telah membunuh khalifah Utsman ra yang mana sebagian besar mereka bersembunyi di tengah-tengah pasukan Ali ra, demikianlah seterusnya berlangsung peperangan di antara dua pasukan.

    • Awal mula jalannya peperangan
    Pada bulan zulhijjah tahun 36 H, Ali ra berjalan bersama sebanyak lebih kurang 90.000 pasukan, dan bertemu dengan pasukan mu’awiyah ra di kaki bukit antara heleb dan ar-riqqah yang dikenal dengan shiffin dengan jumlah pasukan yang berjumlah mendekati jumlah pasukan Ali ra.
    Sebelumnya, kedua kelompok ini sudah mengadakan surat menyurat selama 6 bulan sejak masuknya Ali ra kota kufah. Ini menunjukkan bukti yang nyata bahwa keduanya tidak menginginkan peperangan tetapi menginginkan perdamaian. Adapun muawiyah mengakui kemuliaan Ali ra dan mendahulukannya selangkah, dan itulah yang tampak jelas dari sikapnya sebagai penilaiannya kepada Ali ra, namun yang menjadi masalah adalah ia mensyaratkan agar orang yang membunuh Utsman harus segera diqisas dan setelah itu ia mau membaiat Ali ra sebagai khalifah. Sedangkan yang menjadi masalah bagi Ali ra adalah masalah akidah dan agama yang mana tidak membenarkan adanya dua khalifah dalam satu tempat kekuasaan dan masa (waktu). Maka, mulailah terjadi peperangan di antara dua kelompok tetapi dengan adab yang islami.
    لا تقتلوا مدبرا, ولا تجهزوا على جريح, …

    • Garis-garis besar jalannya peperangan
    1. Peperangan bermula dengan pertempuran yang terjadi di bulan zulhijjah yang disebabkan oleh perselisihan tentang air yang berada di bawah kekuasaan pasukan muawiyah ra, akan tetapi muawiyah memerintahkan pasukannya dengan berkata, “jangan halangi antara saudara kita dan air”.
    2. Kemudian kembali berlangsung surat menyurat di antara mereka selama bulan muharram awal tahun 37 H dengan harapan mereka menemukan solusi dan jalan keluar, tetapi kepuasan dengan pendapat antara masing-masing kelompok menyebabkan terhalangnya menemukan solusi tersebut.
    3. Kembali terjadi peperangan dengan kekuatan yang tidak seimbang namun tidak terlihat hasil kemenangan mutlak di antara kedua belah pihak, karena kedua pasukan sama-sama mengalami korban yang seimbang.

    • Kisah tahkim dan mencegah terjadinya pertumpahan darah
    Orang –orang yang ikhlas merasa khawatir kalau-kalau umat islam dari kedua belah pihak semakin banyak korban berjatuhan, maka mereka berharap peperangan segara dihentikan. Adapun amru bin al’ash ra berfikir sejenak hingga ia mendapat petunjuk untuk melakukan tahkim supaya peperangan besar tidak berlanjut. Selanjutnya ia menyampaikan pemikirannya tersebut kepada muawiyah ra, maka muawiyah ra pun senang dengan pemikirannya tersebut. Pasukan syam serta merta mengangkat mushaf sehingga menyebabkan pasukan Ali ra menghentikan serangannya.
    Pada saat demikian itu, mereka rela menyerahkan permasalahan lewat tahkim. Ali ra memilih abu musa al’asy’ari sebagai wakilnya dan mu’awiyah memilih amru bin al’ash sebagai wakilnya untuk mendiskusikan problem yang semakin parah. Kedua wakil sepakat bertemu dan mempelajari perkara yang menjadi akar permasalahan pada tahun yang akan datangnya.
    Demikianlah akhir pertempuran sengit yang melahirkan duka nestapa di kalangan kamu muslimin. Namun, kisah-kisah yang sebenarnya ini diputarbalikkan oleh orang-orang rafidhah (syiah) dan musuh-musuh islam dengan tujuan mengaburkan sejarah sahabat rasulullah saw. Di antara kedustaan itu, mereka mengatakan bahwa, “amru bin al’ash meminta diadakannya tahkim sebagai ide licik atau tipu muslihat untuk menyingkirkan muawiyah ra, sedangkan Ali ra memperingatkannya dari tipu muslihat ini, dan lain sebagainya dari kedustaan-kedustaan yang mereka ada-adakan.
    Adapun diskusi yang berlangsung di antara dua perwakilan tersebut, banyak sekali riwayat-riwayat yang memaparkannya, namun riwayat-riwayat itu kebanyakan tidak yang benar. Berikut ini, akan dipaparkan jalannya tahkim berdasarkan riwayat yang shahih ditinjau dari sumbernya;
    1. Kedua delegasi bertemu pada waktu yang telah disepakati
    2. Abu musa ra berusaha memberikan solusi yang memuaskan bagi amru bin al’ash dengan memilih Abdullah bin umar ra sebagai khalifah, tetapi amru tetap tidak menyetujuinya. Masing-masing di antara keduanya memberikan pendapat berdasarkan ijtihad mereka demi kemaslahatan kaum muslimin.
    3. Amru bin al’ash berusaha menawarkan kepada abu musa ra dengan kekhalifahan muawiyah ra, jika tidak setuju, maka dengan kekhalifahan Abdullah bin amru bin al’ash. Namun, abu musa ra juga tidak menyetujuinya. Masing-masing tetap berijtihad.
    4. Kedua delegasi sepakat mengangkat khalifah dari orang-orang yang diridhai oleh rasulullah saw sebelum beliau meninggal.
    Demikianlah peristiwa yang terjadi seputar tema-tema tahkim, tetapi yang menjadi masalah adalah tahkim berlangsung tanpa ada kesepakatan dari kedua belah pihak dalam menentukan siapa yang akan menjadi khalifah. Adapun riwayat-riwayat dusta yang disebarkan oleh musuh-musuh islam adalah bahwa amru bin al’ash ra telah menipu abu musa al’asy’ari ra, dan salah seseorang dari mereka mencaci maki yang lainnya, dan sebagainya.

    • Ke mana arah dan hasil akhir tahkim?
    Kedua pasukan bubar dan kembali ke negeri mereka masing-masing. selanjutnya muawiyah ra mengirim surat kepada Ali ra:
    Adapun jika anda berkenan, maka ambillah wilayah Iraq dan aku wilayah Syam, dengan demikian pedang-pedang dari umat ini akan kembali ke sarungnya dan tidak lagi ada pertumpah darah.
    Keduanya setuju, sehingga muawiyah ra menguasai sebagian wilayah kaum muslimin dan memasukan daerah mesir sebagai daerah kekuasaan, kemudian memerintah amru bin al’ash sebagai gubernurnya di sana, karena ia orang yang dicintai oleh masyarakatnya sekaligus sebagai pembuka kotanya.
    dari buku al-khulafa’ ar-raasyidun wad-daulah al-umawiyah

  6. Saya ingin menambah satu bantahan lagi untuk Ali Al Mujtaba seputar Syiah Ali yang dia sebut di awal komentarnya.

    Perlu anda ketahui wahai Ali Al Mujtaba bahwa hari ini syiah terbagi menjadi dua kubu besar. Kubu pertama adalah kubu Syiah Shafawi yaitu syiah yang tunduk kepada kekuasaan Iran yang berpusat di Qumm dan percaya pada wilayatul faqih di Teheran. Syiah inilah yang telah menancapkan pola keberhalaan, syirik dan taqlid buta dan memasukkan ajaran Qaramithah Bathiniyyah, sehingga memanaskan permusuhan abadi antara Syiah dan Sunni. Dengan kekuasaan politiknya mereka berhasil merubah negara Persia yang awalnya mayoritas beraqidah sunni menjadi syi’i melalui tekanan senjata.

    Kubu kedua adalah Syiah Arab atau disebut Syiah Alawi atau Syiah Ali seperti yang disebut Ali Al Mujtaba. Mereka menolak kekuasaan Iran dan menolak wilayatul faqih di Teheran.

    Dan yang mesti menjadi catatan adalah meskipun mereka berpecah-pecah tetapi dalam memusuhi Ahlus Sunnah mereka bersepakat dan bersatu padu.

    Golongan Syiah belakangan dan dewasa ini memadukan aliran dan pemikiran yang paling busuk dan berbahaya. Mereka mempadukan pendapat Qadariyyah yang mengingkari takdir, pendapat Jahmiyah yang mengingkari sifat-sifat Allah dan menyatakan Al Quran sebagai makhluk, pendapat Bathiniyyah tentang adanya kesatuan Allah dengan makhluk, aliran Sabaiyyah yang menganggap Ali sebagai tuhan, golongan Khawarij yang mengkafirkan umat Islam bahkan…mereka mengikuti cara-cara orang musyrik dalam mengagungkan kuburan, thawaf fi sekelilingnya, bahkan shalat menghadap kuburan dan membelakangi kiblat, serta perbuatan lainnya yang menjadi ciri kaum musyrikin.

    sekian tambahan saya, berharap mendapat balasan dari anda (Ali Al Mujtaba)….

  7. Sejarah tidak akan melupakan peranan Shits bin Rab’ie di dalam pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala. Tahukah anda siapa itu Shits bin Rab’ie? Dia adalah seorang Syiah pekat, pernah menjadi duta kepada Sayyidina Ali di dalam peperangan Siffin, sentiasa bersama Sayyidina Husain. Dialah juga yang menjemput Sayyidina Husain ke Kufah untuk mencetuskan pemberontakan terhadap kerajaan pimpinan Yazid, tetapi apakah yang telah dilakukan olehnya?
    “Sejarah memaparkan bahawa dialah yang mengepalai 4,000 orang bala tentera untuk menentang Sayyidina Husain dan dialah orang yang mula-mula turun dari kudanya untuk memenggal kepala Sayyidina Husain”. (Jilaau Al’Uyun dan Khulashatu Al Mashaaib, m.s. 37)
    Adakah masih ada orang yang ragu-ragu tentang Syiahnya Syits bin Rab’ie dan tidakkah orang yang menceritakan perkara ini ialah Mulla Baaqir Majlisi, seorang tokoh Syiah terkenal ? Secara tidak langsung ia bermakna pengakuan daripada pihak Syiah sendiri tentang pembunuhan itu.
    Lihatlah pula kepada Qais bin Asy’ats ipar Sayyidina Husain yang tidak diragui tentang Syiahnya tetapi apa kata sejarah tentangnya? Bukankah sejarah mendedahkan kepada kita bahawa itulah orang yang merampas selimut Sayyidina Husain dari tubuhnya selepas selesai pertempuran ? (Khulashatu Al Mashaaib, m.s. 192)

    Selain daripada pengakuan mereka sendiri yang membuktikan merekalah sebenarnya pembunuh- pembunuh Sayyidina Husain, kenyataan saksi-saksi yang turut serta di dalam rombongan Sayyidina Husain sebagai saksi-saksi hidup di Karbala yang terus hidup selepas peristiwa ini juga membenarkan dakwaan ini termasuk kenyataan Sayyidina Husain sendiri yang sempat dirakamkan oleh sejarah sebelum beliau terbunuh. Sayyidina Husain berkata dengan menujukan kata-katanya kepada orang- orang Syiah Kufah yang siap sedia bertempur dengan beliau :
    ” Wahai orang-orang Kufah! Semoga kamu dilaknat sebagaimana dilaknat maksud- maksud jahatmu. Wahai orang-orang yang curang, zalim dan pengkhianat! Kamu telah menjemput kami untuk membela kamu di waktu kesempitan tetapi bila kami datang untuk memimpin dan membela kamu dengan menaruh kepercayaan kepadamu maka sekarang kamu hunuskan pedang dendammu kepada kami dan kamu membantu musuh-mush di dalam menentang kami “. (Jilaau Al’ Uyun, ms 391).
    Beliau juga berkata kepada Syiah:
    “Binasalah kamu! Bagaimana boleh kamu menghunuskan perang dendammu dari sarung-sarungnya tanpa sebarang permusuhan dan perselisihan yang ada di antara kamu dengan kami? Kenapakah kamu siap sedia untuk membunuh Ahlul Bait tanpa sebarang sebab? ” (Ibid).
    Akhirnya beliau mendoakan keburukan untuk golongan Syiah yang sedang berhadapan untuk bertempur dengan beliau:
    “Ya Allah! Tahanlah keberkatan bumi dari mereka dan selerakkanlah mereka. Jadikanlah hati-hati pemerintah terus membenci mereka kerana mereka menjemput kami dengan maksud membela kami tetapi sekarang mereka menghunuskan pedang dendam terhadap kami “. (Ibid)
    Beliau juga dirakamkan telah mendoakan keburukan untuk mereka dengan kata-katanya: “Binasalah kamu! Tuhan akan membalas bagi pihakku di dunia dan di akhirat……..Kamu akan menghukum diri kamu sendiri dengan memukul pedang-pedang di atas tubuhmu dan mukamu akan menumpahkan darah kamu sendiri. Kamu tidak akan mendapat keberuntungan di dunia dan kamu tidak akan sampai kepada hajatmu. Apabila mati nanti sudah tersedia azab Tuhan untukmu di akhirat. Kamu akan menerima azab yang akan diterima oleh orang-orang kafir yang paling dahsyat kekufurannya”. (Mulla Baqir Majlisi-Jilaau Al’Uyun, m.s. 409).
    Daripada kata-kata Sayyidina Husain yang dipaparkan oleh sejarawan Syiah sendiri, Mulla Baqir Majlisi, dapat disimpulkan bahawa:
    (i) Diayah yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam menerusi penulisan sejarah bahawa pembunuhan Ahlul Bait di Karbala merupakan balas dendam dari Bani Umayyah terhadap Ahlul Bait yang telah membunuh pemimpin-pemimpin Bani Umayyah yang kafir di dalam peperangan Badar, Uhud, Siffin dan lain-lain tidak lebih daripada propaganda kosong semata-mata kerana pembunuh-pembunuh Sayyidina Husain dan Ahlul Bait di Karbala bukannya datang dari Syam, bukan juga dari kalangan Bani Umayyah tetapi dari kalangan Syiah Kufah.
    (ii) Keadaan Syiah yang sentiasa diburu dan dihukum oleh kerajaan-kerajaan Islam di sepanjang sejarah membuktikan termakbulnya doa Sayyidina Husain di medan Karbala ke atas Syiah.
    (iii) Upacara menyeksa tubuh badan dengan memukul tubuhnya dengan rantai, pisau dan pedang pada 10 Muharram dalam bentuk perkabungan yang dilakukan oleh golongan Syiah itu sehingga mengalir darah juga merupakan bukti diterimanya doa Sayyidina Husain dan upacara ini dengan jelas dapat dilihat hingga sekarang di dalam masyarakat Syiah.
    Adapun di kalangan Ahlus Sunnah tidak pernah wujud upacara yang seperti ini dan dengan itu jelas menunjukkan bahawa merekalah golongan yang bertanggungjawab membunuh Sayyidina Husain.
    (iv) Betapa kejam dan kerasnya hati golongan ini dapat dilihat pada tindakan mereka menyembelih dan membunuh Sayyidina Husain bersama dengan sekian ramai ahli keluarganya walaupun setelah mendengar ucapan dan doa keburukan untuk mereka yang dipinta oleh beliau. Itulah dia golongan yang buta mata hatinya dan telah hilang kewarasan pemikirannya kerana sebaik saja mereka selesai membunuh, mereka melepaskan kuda Zuljanah yang ditunggangi Sayyidina Husain sambil memukul-mukul tubuh untuk menyatakan penyesalan. Dan inilah dia upacara perkabungan pertama terhadap kematian Sayyidina Husain yang pernah dilakukan di atas muka bumi ini sejauh pengetahuan sejarah. Dan hari ini tidakkah anak cucu golongan ini meneruskan upacara perkabungan ini setiap kali tibanya 10 Muharram?
    Ali Zainal Abidin anak Sayyidina Husain yang turut serta di dalam rombongan ke Kufah dan terus hidup selepas berlakunya peristiwa itu pula berkata kepada orang-orang Kufah lelaki dan perempuan yang merentap dengan mengoyak-ngoyakkan baju mereka sambil menangis, dalam keadaan sakit beliau dengan suara yang lemah berkata kepada mereka, ” Mereka ini menangisi kami. Tidakkah tidak ada orang lain yang membunuh kami selain mereka ?” (At Thabarsi-Al Ihtijaj, m.s. 156).
    Pada halaman berikutnya Thabarsi menukilkan kata-kata Imam Ali Zainal Abidin kepada orang-orang Kufah. Kata beliau, ” Wahai manusia (orang-orang Kufah)! Dengan Nama Allah aku bersumpah untuk bertanya kamu, ceritakanlah! Tidakkah kamu sedar bahawasa kamu mengutuskan surat kepada ayahku (menjemputnya datang), kemudian kamu menipunya? Bukankah kamu telah memberikan perjanjian taat setia kamu kepadanya? Kemudian kamu membunuhnya, membiarkannya dihina. Celakalah kamu kerana amalan buruk yang telah kamu dahulukan untuk dirimu”.
    Sayyidatina Zainab, saudara perempuan Sayyidina Husain yang terus hidup selepas peristiwa itu juga mendoakan keburukan untuk golongan Syiah Kufah. Katanya, ” Wahai orang-orang Kufah yang khianat, penipu! Kenapa kamu menangisi kami sedangkan air mata kami belum lagi kering kerana kezalimanmu itu. Keluhan kami belum lagi terputus oleh kekejamanmu. Keadaan kamu tidak ubah seperti perempuan yang memintal benang kemudian dirombaknya kembali. Kamu juga telah merombak ikatan iman dan telah berbalik kepada kekufuran…Adakah kamu meratapi kami padahal kamu sendirilah yang membunuh kami. Sekarang kamu pula menangisi kami. Demi Allah! Kamu akan banyak menangis dan sedikit ketawa. Kamu telah membeli keaiban dan kehinaan untuk kamu. Tompokan kehinaan ini sama sekali tidak akan hilang walau dibasuh dengan air apapun”. (Jilaau Al ‘ Uyun, ms 424).
    Doa anak Sayyidatina Fatimah ini tetap menjadi kenyataan dan berlaku di kalangan Syiah hingga ke hari ini.
    Ummu Kulthum anak Sayyidatina Fatimah pula berkata sambil menangis di atas segedupnya, ” Wahai orang-oang Kufah! Buruklah hendaknya keadaanmu. Buruklah hendaklah rupamu. Kenapa kamu menjemput saudaraku Husain kemudian tidak membantunya bahkan membunuhnya, merampas harta bendanya dan menawan orang-orang perempuan dari ahli rumahnya. Laknat Allah ke atas kamu dan semoga kutukan Allah mengenai mukamu”.

    Beliau juga berkata, ” Wahai orang-orang Kufah! Orang-orang lelaki dari kalangan kamu membunuh kami sementara orang-orang perempuan pula menangisi kami. Tuhan akan memutuskan di antara kami dan kamu di hari kiamat nanti”. (Ibid, ms 426-428)
    Sementara Fatimah anak perempuan Sayyidina Husain pula berkata, ” Kamu telah membunuh kami dan merampas harta benda kami kemudian telah membunuh datukku Ali (Sayyidina Ali). Sentiasa darah-darah kami menitis dari hujung-hujung pedangmu……Tak lama lagi kamu akan menerima balasannya. Binasalah kamu! Tunggulah nanti azab dan kutukan Allah akan berterusan menghujani kamu. Siksaan dari langit akan memusnahkan kamu akibat perbuatan terkutukmu. Kamu akan memukul tubuhmu dengan pedang-pedang di dunia ini dan di akhirat nanti kamu akan terkepung dengan azab yang pedih “.

  8. Apa yang ditulis oleh Ali bin Umar menegaskan satu konklusi penting dalam sejarah yang sungguh kontroversial yaitu perihal siapakah yang membunuh Sayyidina Husain, Yazid bin Muawiyyah ataukah yang lain? beliau dengan tegas menyebut Syiah Kufah sebaga pembunuh Sayyidina Husain.

    Hal itu terbukti dan dikuatkan dengan beberapa temuan berikut:
    1. Golongan syiah Kufah yang telah membunuh Sayyidina Husain dikenal dengan sebuta “At Tawaabun”, cara taubat mereka dengan saling membunuh sampai mati.

    2. Golongan yang menjemput Sayyidina Husain ke Kufah untuk memberontak adalah Syiah

    3. Golongan yang tampil untuk bertempur dengan rombongan Sayyidina Husain di Karbala adalah Syiah.

    4. Sayyidina Husain dan orang-orang yang ikut serta dalam rombongannya menyaksikan bahwa syiahlah yang telah membunuh mereka.

    5. Golongan Syiah Kufah mengakui bahwa mereka yang membunuh Sayyidina Husain dan menyatakan penyesalan mereka dengan meratap dan berkabung karena kematian orang-orang yang mereka bunuh.

  9. Thanks for ones marvelous posting! I truly enjoyed
    reading it, you could be a great author. I will always bookmark your blog and
    will eventually come back from now on. I want to encourage
    that you continue your great job, have a nice morning!

  10. ini cerita film kok jd kemana2 ya?saya orang aswaja. klu menurut pendapat saya yg di gambar jangan rosulullah aja.klu nabi2 yg lain terserahlah.ini pendapat pribadi lohh!!. gak pakai dalil2 soalnya hadist bab gambar2 nabi gak mudengg!!ya ini lah dunia ada yg pro ada yg kontra..asal jngan saling menghujat.tetap damai orng islam wajib bersatu .

  11. Menonton film ini memang tidak boleh ditelan mentah-mentah. Saya setuju kalau penggambaran sosok seorang nabi atau rasul Allah kurang patut dengan menggunakan seorang aktor atau siapapun. Seperti fim the Message yang menceritakan perjuangan Rasulullah saw tidak menampilkan sosok Muhammad SAW secara kasat mata maupun memperdengarkan suara dari pemerannya. Namun film tersebut juga berhasil menyampaikan pesan bagaimana perjuangan Rasulullah SAW.
    Film Yusuf as-Shidiq secara keseluruhan memang sangat menarik dan sangat detail. Menurut keterangan film ini dibuat berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah juga berdasarkan kitab-kitab Sunni.
    Tapi ada beberapa hal yang mengganjal perasaan diluar apa yang sudah disebutkan oleh penulis Jumal Ahmad di atas :
    1. Dalam film tersebut Yusuf dijual kepada pejabat nomor 2 di Mesir dengan harga yang sangat mahal, sementara dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Yusuf dijual oleh Kafilah yang menemukannya di dalam sumur dengan harga yang sangat murah. Ketua kafilah yang menemukan Yusuf ternyata masih keturunan dari nabi Ismail AS yang mana hal ini tidak ada penjelasannya dalam Al-Quran. Saya tidak mengetahui apakah hal ini hanya rekayasa penulis skenario atau ada dasarnya.
    2. Dalam film tersebut, malahan Yusuf dijual oleh saudara2nya sendiri yang mengetahui bahwa Yusuf AS telah ditemukan oleh Kafilah. Saudara2 Yusuf menjual dengan harga yang sangat murah karena Kafilah tersebut memang tidak mempunyai cukup uang. Transaksi jual-beli antara saudara2 Yusuf AS dengan Kafilah dibuat secara tertulis, dan tulisan ini yang membuka kedok kejahatan saudara2 Yusuf pada saat menemui Yusuf yang sudah menjadi Bendahara Mesir. Skenario ini bertentangan dengan isi Al Qur’an.
    3. Pada saat Yusuf dipertemukan kembali dengan Zulaikha, Yusuf mendapat wahyu dari Allah SWT untuk menghibur Zulaikha dan menikahinya. Karena perintah dari Allah SWT, maka Yusuf AS akan menjalankan perintah tersebut. Kalau hal ini merupakan perintah Allah SWT, mengapa hal ini tidak ada penjelasannya dalam Al Qur’an. Bukankan Al Qur’an merupakan firman Allah yang tidak ada keraguan atasnya. Saya tidak paham apakah ada sunah Rasul atau bukti sejarah yang mendukung adegan yang sangat penting ini karena berkaitan dengan perintah Allah SWT ?
    4. Dalam adegan penyembuhan kebutaan Zulaikha, tidak ada adegan nabi Yusuf AS mengusapkan bajunya ke wajah Zulaikha. Digambarkan bahwa nabi Yusuf AS berdoa pada Allah SWT untuk mengembalikan penglihatan Zulaikha karena Allah SAW akan mengabulkan semua permintaan Yusuf untuk Zulaikha. Adegan ini memang tidak ada penjelasannya dalam Al Qur’an, tapi menurut pandangan awam, tidak terlihat ada penyimpangan karena doa seorang nabi yang dikabulkan Allah SWT. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan kepada para pendeta kuil Amun bahwa Maha Kuasanya Tuhan yang Maha Esa atas diri manusia. Di luar kesan logis yang digambarkan dalam adegan ini, masih menjadi pertanyaan apakah benar kejadiannya seperti itu ?
    5. Terdapat adegan dimana nabi Yusuf AS selalu menggenggam kalung yang disebut Al-Ma’uud (yang dijanjikan ?) setiap nabi Yusuf AS merasa gelisah atau cemas, seperti pada saat kelahiran puteri pertamanya dan pada saat nabi Yusuf mengetahui akan segera bertemu dengan saudara2nya. Kalung tersebut diperoleh nabi Yusuf AS pada saat nabi Yusuf berada dalam sumur. Kalung itu diberikan oleh malaikat yang menyampaikan perintah dari ALLAH SWT (Jibril ?). Diceritakan bahwa kalung itu dapat membuat perasaan nabi Yusuf AS lebih tenang. Kalau memang ada kalung tersebut bukankan itu merupakan mukjizat dari Allah SWT, tapi mengapa tidak ada penjelasannya dalam Al-Qur’an ? Mengapa nabi Yusuf AS harus menggenggam kalung itu padahal beliau tau bahwa hanya Allah SWT yang dapat memberikan ketenangan ?
    Adakah yang dapat memberikan penjelasan mengenai “keanehan2″ yang saya tangkap dalam film ini ?

  12. Terima kasih yang demikian besar kami sampaikan atas tambahan saudara yang sangat berharga ini dan telah membantu saya menemukan kejanggalan-kejanggalan dalam film Yusuf as-shidiq buatan Iran.

    Jujur, saya masih perlu membuka-buka buku dan meneliti untuk menjawab pertanyaan anda, sekiranya ada poin yang bisa saya jawab akan saya jawab.

    Namun kalau tidak bisa saya persilahkan pembaca yang lain yang lebih mempunyai ilmu dari kami yang masih belajar ini untuk menjawabnya.

    Terima kasih.

  13. Yg nmr 1 mungkin yg disebut murah ituu tdk sebanding dengan harga seorg yg berharga sperti yusuf . Yg nomor 5 . Sy jg tdk sepakat dgn kalung yg dipkai . Itu yg bikin aneh . Tp diluar itu pemain sgt bagus memerankan perannya smp saya benar2 byk terinspirasi .

  14. Terima kasih komentarnya.
    Saya juga sangat terkesan dengan para pemain di film ini, meskipun ada hal hal yg kurang bagus karena bermuatan syiah.

  15. ribut dunia ramainya dunia,
    kita sebagai makhluk umat manusia yang akan mendekati akhir zaman sejati dan sebenarnya kita ini semuanya berawal dari bodoh dan tidak tau apa2,jika kita tau atau soh tau,jika kita pandai atau soh pandai itu saja kita hanya belajar dan membaca alias menfoto kopi ilmu dari orang atau guru bahkan buku,apalagi kita nggak menyaksikan hidup di jaman para pendahulu kita,kalau hanya apa yang kita lihat dan kita baca,itu bukan jaminan sama sekali,karna sadarlah kita semua bahwa kita nggak hidup di zaman para nabi dan rasul serta sahabat dahulu,karna kita sama nggak hidup di jaman para pendahulu,kenapa kita semua pada ribut sih

  16. ribut dunia ramainya dunia,
    kita semua hanya seorang umat manusia yang hanya sebagai bayi kemarin sore yang baru lahir dan hidup di zaman era baru sekarang dan bukan era dahulu kan,kenapa kita nggak sadar diri bahwa kita ini semua sering soh tau dan soh pandai dan sering lalai sebagai hamba tuhan lalu menuhankan ilmu dan hawa nafsu dan penafsirannya atau madzab-madzabnya imam kita sendiri yang harus kita ketahui mari kita semua sama2 introspeksi diri muhasabah sebagai umatnya nabi muhammad saw di akhir zaman yang bikin mereka semua para beliau kecewa dan malu bercampur sedih melihat kita sebagai umat akhir zaman yang hanya sebagai bayi yang baru lahir kemarin sore.

  17. ribut dunia ramainya dunia,
    ribut negara ramainya negara,
    ribut kota ramainya kota,
    ribut kampung desa ramainya kampung desa,
    ribut para penghuni rumah2 di dunia ramainya satu keluarga,
    masyarakat warga negara dan semua umat manusia.

  18. ribut dunia ramainya dunia,
    ribut negara ramainya negara,
    ribut kota ramainya kota,
    ribut kampung desa ramainya kampung desa,
    ribut sewilayah keluarga masyarakat warga negara
    dan umat manusia,
    ribut bikin kalang kabut,
    tinggal saksi para daun rumput,
    ingat kita semua suatu saat bakal di jemput,
    kita dan dunia jadi emput.

  19. ORANG YANG BIJAK, TIDAK MUDAH MENUDUH, MENCACIMAKI, MENGFITNAH, NAMUN AMBIL HIKMAH DIBALIK SEBUAH PERISTIWA DIDUNIA INI.

    DAN PERLU DIINGAT, IMAM GHOZALI MENGATAKAN, YANG INTI MAKSUDNYA “Jangan mudah percaya omongan orang sebelum kalian melihat sendiri”
    WALHASIL “HATI-HATI YANG SUKA MENGHINA,MENGFITNAH,
    NABI PERNAH MEMPERINGATKAN PADA KITA, inti maksudnya
    “Apa yang kamu katakan, namun tidak sesuai apa yang kamu katakan itu berdosa, jika mengatakan kafir akan berbalik pada diri sendiri”

    SAYA SARANKAN…JIKA ANDA BELUM TAHU/INGIN TAHU JELAS KEBENARAN FILM TERSEBUT, ALANGKAH BAIKNYA ANDA LANGSUNG MENEMUI SUTRADARANYA, ini demi menghindari dari FITNAH. Kalau tidak sanggup, ambil himahnya saja, dan diam itu lebih baik.

  20. Terima kasih atas pencerahannya…. Sy tdk terpikir sampai kesana d terhanyut/terbuai dgn alur film ini… Bhkan menyimpulkan seluruh adegan nabi yg diperankan adalah benar dan sangat baik, tp ternyata setelah baca artikel ini sy salah. Betapa msih awam nya sy d pola pikir yg salah. Sy lupa dgn petunjuk2 kebenaran yg ada di Al qur’an dan hadist ttg nabi yusuf. Betapa salahnya membenarkan seluruh adegan nabi yg diperankan, cukuplah membenarkan ayat – ayat Al qur’an dan hadits.

  21. Terima kasih atas pencerahannya…. Sy tdk terpikir sampai kesana d terhanyut/terbuai dgn alur film ini… Bhkan menyimpulkan seluruh adegan nabi yg diperankan adalah benar dan sangat baik, tp ternyata setelah baca artikel ini sy salah. Betapa msih awam nya sy d pola pikir yg salah. Sy lupa dgn petunjuk2 kebenaran yg ada di Al qur’an dan hadist ttg nabi yusuf. Betapa salahnya membenarkan seluruh adegan nabi yg diperankan, cukuplah membenarkan ayat – ayat Al qur’an dan hadits.

  22. saya beneran baru nonton film ini.. secara keseluruhan film ini banyak mengajarkan saya pada sifat2 mulia Nabi, sangat menginspirasi sekali justru saya berpikir apalagi kisah sesungguhnya.. maksudnya Kisah Nabi Yusufnya yang asli mungkin jauh sekali lebih baiknya.. karena film ini cukup membantu saya untuk memperbaiki diri. intinya yang jeleknya tidak saya ambil namun sifat2 terpujinya bisa diterapkan untuk kita. aamiin

  23. Salam kenal dari Malaysia. Pada hari ini 12/8/2021 filem nabi yusuf ada di channel tv9 ninmedia di satelit asiasat9. Mohon diberi teguran saudara kita dari tv9 untuk filem ini. Saya dari Malaysia ada melihat filem ini. Ya nampaknya ada sedikit kejelekan dalam filem ini. Tahniah saudaraku.
    pogee752@gmail.com

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *