Bahaya Pemikiran Kyai Liberal CS

Pemikiran Kyai LiberalBedah buku “Membendung kebatilan Kyai Liberal cs” di adakan hari Selasa 16 Maret 2010 bertepatan dengan hari Nyepi, hari rata umat Hindu, dihadiri oleh ust. Hartono Ahmad Jaiz selaku penulis buku dan termasuk sosok ulama Indonesia yang produktif dan pembicara kedua, sebagai pembanding adalah ust. Farid Ahmad Uqbah. Menariknya bedah buku ini menjadi semacam diskusi panel karena kedua pembicara sudah lama konsen dalam membendung virus-virus sesat seperti dari kalangan Islam Liberal.

Panelis Pertama sekaligus Penulis: ust Hartono Ahmad Jaiz

Buku ini sebenarnya turunan dari buku-buku Hartono Ahmad Jaiz sebelumnya yang membahasa siapa kyai liberal tersebut? Di antaranya Bila Kyai menjadi Tuhan (membedah faham keagamaan Nu dan Islam Tradisional), Bahaya Islam Liberal dan Bahaya Pemikiran Gusdur.

Pengertian Kiyai masih multitafsir, buktinya setiap daerah di Indonesia memaknai kyai dengan berbagai varian, di Jawa kata Kiyai merupakan gelar kehormatan bagai para ulama pada umunya, ada kiyai yang berarti dukun, ada alat musik di jogja yang bernama kiyai sekati, bahkan di Solo kata kiyai digunakan untuk menjuluki kerbau, yaitu kiyai Selamet, khurafat ini berkembang di keraton solo jawa tengah dimana kiyai selamet ini dilepaskan kemana saja ia mau setiap malam satu muharram, yang disebut tanggal satu syuro.

Liberal didefinisikan oleh ust. Hartono sebagai faham relativitas yaitu faham yang menganggap kebenaran setiap agama itu relative atau bersifat nisbi saja, relatifitas sendiri dikeluarkan oleh Albert Einstein yang menganggap bahwa ukuran gerakan ruang dan waktu bersifat relative. Lalu apa maksud kyai liberal itu? Jika kedu kata ini digabungkan, tidak klop karena maknanya saja sudah ta’arudh (bertentangan), namun istilah ini menjadi benar karena kenyataan memang demikian, ada oknum yang mengatasnamakan kiyai untuk menjual liberalisme.

Setelah menjelaskan definisi kiyai Liberal, penulis hanya memaparkan borok-borok sang kiyai Liberal (baca Gusudur) saja tanpa menyebutkan kiyai lainnya padahal di cover buku tertulis “..kiyai Liberal cs” sampai terbetik pada hati saya pertanyaan, apakah pak Hartono sedang ghibah??. Karena Gusdur telah meninggal maka yang perlu diwaspadai adalah pemikirannya bukan orangnuya dan sorotan ust. Hartono terhadap gusdur ada beberapa point, di antaranya:

1. Gusdur menghadiri kontes waria

2. Gusdur membela pengebor seksi Inul Daratista

3. Gusdur dikenal sebagai Bapaknya Pluralis di Indonesia

***

Panelis kedua: ust. Farid Ahmad Uqbah

Ada beberapa saran dan kritik yang ust. Farid sampaikan untuk ust. Hartono dan bukunya guna perbaikan pada cetakan selanjutnya.

1. Dalam masalah Takhrij ust. Hartono masih belum jeli sehingga dua hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang sama, salah satunya tidak ditakhrij misalnya ada hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan sanad shahih, namun hadits yang lain tidak disebutkanapakah itu dha’if, hasan atau shahih, padahal takhrij hadits termasuk urgen dalam pengambilan ilmu.

2. Kaitannya dengan mashadir (sumber rujukan), ust. Hartono masih banyak mengambil dari sumber yang sifatnya sekunder seperti dunia maya, jarang sekali beliau kutip sumber primer dari kiyai NU, padahal kita tahu bahwa buku itu mencerminkan pemikiran seseorang dan untuk mendapatkan tulisan gusdur yang mengandung liberal tidaklah sulit.

3. Banyak terjadi pengulangan kata atau pembahasan yang mungkin disebabkan kurang teliti dari penulis atau editor atau karena isti’jal, maunya cepat selesai cepat dicetak.

Saya melihat banyak keterangan dari Ust. Hartono belum sampai menghilangkan dahaga ilmiyah sehingga banyak tambahan yang diberikan oleh ust. Farid, hal ini bisa dimaklumi karena basic ust. Hartono adalah wartawan sehingga bukunya enak dibaca dna tidak membosankan, namun dalam menghadapi audience beliau masih kurang, adapun ust. Farid adalah orang lapangan dan banyak mengisi kajian-kajian dan kalau beliau menyampaikan ceramah, dijamin tidak ada yang mengantuk, kalau ada itu namanya keterlaluan, namun dalam dunia kepenulisan beliau sedikit menulis, dan jika saja beliau mau menyempatkan waktu untuk menulis, saya yakin tidak akan kalah dengan tulisannya ust. Hartono.

Enam karakter ulama idaman

Ada 6 sifat ulama yang jika sifat ini ada pada seseorang maka ia berhak untuk dicap sebagai ulama:

  1. Zuhud terahdap dunia
  2. Semangat terhadap akhirat
  3. Faham agama
  4. Mengetahui apa yang baik di antara dua kebaikan dan dua keburukan
  5. Terus menerus dalam beribadah kepada Allah swt
  6. Menjaga diri dan tidak mengambil hak orang lain.

Definisi dan sejarah Liberal di Indonesia

Jika dalam mendefinisikan liberal ust. Hartono hanya mendefinisikanya sebagai faham relatifitas saja, maka ust. Farid menambahkan bahwa liberalisme adalah faham yang berkembang di Barat pada abad 16-18 yang berusaha untuk membebaskan masyarakat eropa kala itu dari cengkeraman kekuasaan gereja yang sangat kuat dan hegemonic. Ilmuwan Batar pun mengakui bahwa liberal tidak ada dalam Islam karena arti liberal adalah free yaitu bebas dari segala batasan sedangkan dalam Islam kita harus terikat, setipa gerak-gerik orang Islam ada aturannya.

Melihat sejarah sekuler dan liberal di Indonesia akan semakin jelas jika kita membaca buku Gagasan Islam Liberal di Indonesia karangan Greg Barton, teman akrab gusdur, dalam buku tersebut ia membuktikan bahwa wacana liberal di Indonesia bukan asal-asalan tetapi sudah diformulasikan sebelumnya, selanjutnya ia menyebut nama-nama yang dianggap sebagai pendiri dan penyokong liberalisasi di Indonesia yaitu Gusdur; yang tugasnya meliberalisasikan para santri, Mukti Ali yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Agama NKRI, ia bertugas pada tataran formal, Harun Nasution; ketika ia menjadi Rektor IAIN (sekarang UIN) memasukkan kurikulum liberal di dalamnya, kemudian Nur Khalis Majid yang bertugas untuk meliberalkan para mahasiswa pasca Sarjana dan tokoh lainnya seperti Djohan Efendi dan Ahmad Wahib yang menjadi anak asuh dari Romo Wiilenbourg dan Romo H.C.Stolk SJ.

Strategi baru perang Barat

Pemikir Barat hari ini telah menyadari bahwa usaha mereka untuk membendung arus Islam dengan isu terorisme telah gagal, kerugian ril dan materil tak dapat dihitung. Maka mereka membuat strategi baru dengan membagi umat islam menjadi empat golongan.

  1. Fundamentalis, yaitu golongan dari umat Islam yang menginginkan agar umat Islam kembali pada pemikiran salaf as-Shalih atau pada zaman seakarang dicerminkan dengan sikap menolak demokrasi dan kultur Barat kontemporer, sikap yang diambil Barat adalah hadapi dan lawan
  2. Tradisionalis atau Islam abangan yaitu golongan dari umat Islam yang hanya sibuk dengan rutinitas mereka konserfatif dan sering curigaterhadap modernitas, sikap yang diambil Barat adalah dukung mereka untuk melawan Fundamentalis.
  3. Modernis yaitu segolongan umat Islam yang ingin dunia Islam jadi bagian dari modernitas global Barat, sikap yang diambil Barat, mereka didukung dan diberi bantuan oleh Barat.
  4. Sekularis, mereka ingin agar Islam memisah dari urusan dunia, mereka menganggap bahwa islam adalah urusan individu dan hanya masuk pada tataran privat saja, oleh barat mereka diberi dukungan kuat, namun demikian mereka tetap mengambil sikap hati-hati.

CS-annya Kyai Liberal

Ada beberapa nama kiyai yang mengusung faham liberal dan selanjutnya bisa dibaca lebih lanjut pada buku 50 tokoh Islam Liberal di Indonesia, namun disini saya cantumkan beberapa nama dari mereka:

  1. Masdar F Mas’udi, ia orang NU asli dan seoprang wartawan, menjadi terkenal setelah punya gagasan agar ibadah haji tiap tahun itu waktunya diperluas, bukan hanya pada bulan Dzulhijjah. Karena di dalam Al-Qur’an disebutkan, Al-Hajju asyhurun ma’luumaat, ibadah haji itu pada bulan-bulan tertentu, yaitu Syawal, Dzulqo’dah dan Dzulhijjah. Menurut Masdar, ayat Al-Qur’an itu jangan dikorbankan oleh hadits al-Hajju ‘Arofah, ibadah haji itu Arafah.
  2. Nasaruddin Umar, ia memberi kata pengantar dan memuji-muji tulisannya Anand Krishna yang banyak menghujat Islam.
  3. Said Agil Siraj, ketua PBNU Jakarta, ia pernah mengatakan kalau seseorang berdo’a kepada batu secara khusyu’ maka Allah akan mengabulkan do’anya. Karena kalau tidak, maka Allah akan sama dengan batu.

Di akhir bedah buku ust. Farid Ahmad Uqbah menyampaikan satu himbaun untuk melawan liberal dengan segala daya upaya yang kita punya dan dengan menggunakan segala sarana yang ada serta masuk pada semua lini, sebagaimana firman Allah swt: “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.” (QS al-hajj: 78).

***

*Resume Bedah Buku “Membendung Kyai Liberal CS di IC Nurul Islam Bekasi, oleh: Jumal Ahmad bin Hanbal

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *