Bahaya Perbuatan Khulwah

Sesungguhnya hal yang paling besar yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi lemah dan hina adalah perbuatan dosa dan maksiat, karena sesungguhnya dosa dan maksiat dapat mencabut akar-akar keimanan dan dapat menimbulkan kerusakan dan kejahatan, dan ia merupakan faktor utama yang menyebabkan seseorang tidak taat kepada Allah.

Ibnu Qayim berkata: “Dan diantara pengaruh perbuatan maksiat adalah lenyapnya ketaatan, dan seandainya perbuatan dosa itu tidak mempunyai hukumannya maka sesungguhnya ia menghalangi seorang hamba untuk berbuat ketaatan yang sedang terlintas, lalu ketidaktaatan itu menghentikan ketaatan yang lain, kemudian menghentikan ketiga, keempat dan seterusnya hinga habislah seluruh ketaatan yang disebabkan dosa-dosa, padahal setiap ketaatan adalah lebih baik daripada dunia beserta isinya, hal ini sama halnya dengan seseorang yang memakan satu macam makanan kemudian menyebabkan ia sakit dalam waktu yang sangat panjang yang membuatnya tidak dapat memakan berbagai macam makanan yang paling baik daripada makanan yang telah ia makan dahulu. Dan kepada Allah kita memohon perlindungan.”

Kalau sekiranya perbuatan maksiat hanya merupakan faktor yang menyebabkan kehinaan seseorang dihadapan Tuhannya, maka tentu sudah cukup. Allah berfirman: Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya.” (QS Al Hajj: 18)

Perbuatan dosa itu sangat buruk dan bahayanya besar, akan tetapi yang lebih buruk lagi adalag perbuatan-perbuatan dosa yang tidak diketahui manusia, tetapai diketahui oleh Allah, yaiatu dosa-dosa khulwah (dosa-dosa yang dilakukan oleh seseorang dan hanya Allah yang mengetahuinya)., yaitu dosa-dosa yang menghanguskan iman dan mneghilangkan rasa malu seseorang ketika melakukan dosa yang tersembunyi dari manusia lain dan mustahil tersembunyi dari Allah.

Perbuatn dosa khulwah ini dapat menghancurkan benteng ketakwaan dan mengguncangkan bumi kebaikan dan menyebabkan porak poranda karena ia menyangka Allah tidak mengawasinya. Mengapa hal itu bisa terjadi? hal itu terjadi karena ia menganggap bahwa pengawasan manusia itu lebih besar, sementara Allah baginya adalah pengawasan lemah. Oleh karena Allah mengatahui anggapan orang itu maka Allah mencabut dari dalam dirinya kecintaan kepada ketaatan lalu menggantikannya dengan kelemahan dalam beragama, dan akibatnya adalah bahwa orang itu termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi walaupun pada lahirnya dia adalah seorang yang konsisiten.

Dan ketika seseorang menyadari akibat akan hal tersebut, maka akan gemetarlah tubuhnya dan tersayat-sayat hatinya. Rasulullah saw bersabda: “Sungguh saya mengatahui bahwa sebagian di antara umatku akan dating pada hari kiamat dengan kebaikan-kebaiakan sebesar gunung lalu Allah menjasdikan kebaikan itu debu yang beterbangan, mereka itu sesungguhnyasaudara-saudara kalian yang melakukan shalat malam sebagaimana kalian melakukannya akan tetapi mereka itu adalah sekelompok manusia yang melakukan perbuatan –perbuatan yang diharamkan Allah jika mereka berkhulwah (menyendiri).” (HR Bukhari)

Alangkah menyedihkan nasib yang menimpa seorang yang melakukan ibadah bertahun-tahun lamanya hingga ibadahnya menajdi sebesar gunung, kemudian apa yang terjadi ? yang terjadi adalah bahwa Allah menjadikan ibadahnya itu debu yang berterbangan, mengapa ? karena melauikian perbuatan dosa yang tak terlihat manusia akan tetapi tak lepas dari pengawasan Allah.

Oleh karena itu Rasulullah selalu berdoa seraya mengucapkan: “Ya Allah, sesunguhnya aku memohon kepadaMu agar aku takut kepadaMu dalam keadaan terlihat maupun tak terlihat.” (HR Ibnu Hibban, Nasa’i) Dan bersabda Rasulullah saw kepada Mu’adz: “Wahai mu’adz, takutlah kepada Allah dimanapun engkau berada….” (HR Bukhari). Inilah wasiat Rasululah keapda Muadz untuk bertakwa kepada Allah dalam keadaan dilihat manusia maupun tidak dilihat manusia.

Berkata Yahya bin Muadz Ar Razi: “Sungguh aku amat tersentuh ketika seorang yang bakal dalam doanya ia berkata: Ya Allah janganlah engkau jadikan musuhku bersenang-senang di atas penderitaanku, lalu setiap musuhnya bertanya: bagaimana hal itu bisa terjadi ? ia menjawab : dia berbuat maksiat kepadsa Allah maka musuhnya akan bersenang-senang di atas penderitaanya pada hari kiamat. Berkata Dzunnun : “barangsiapa yang mengkhianati Allah dalam khulwah atau kesendiriannya maka Allah akan membuka tabir rahasianya secara terang-terangan.” (al jawab al kafi. Ibnu Qayyim)

Maka orang yang berakal adalah orang yang selalu menempatkan Rabbnya sebagai pusat perhatianya, ia merasakan ilmu dan luasnya pengetahuan Allah, tidak sesuatu apapun yang tersembunyi dari Nya. Maka tidak ada yang dapat menghapuskan keelokan iman kecuali perbuatan maksiat, tidak ada yang melemahkan hati dan tubuh kecuali kemaksiatan.

Share your love
Jumal Ahmad
Jumal Ahmad

Jumal Ahmad Ibnu Hanbal menyelesaikan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Pengkajian Islam di SPS UIN Jakarta. Aktif di lembaga Islamic Character Development dan Aksi Peduli Bangsa.

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *